Hari terakhir di Bali, kedua keluarga itu sedang makan siang di sebuah restoran yang berada di kota Denpasar. Mereka akan flight jam lima sore nanti. Masih tersisa empat jam lagi. Jam tiga sore mereka akan berangkat menuju airport.
"Abis ini mau kemana lagi?" Kayla bertanya setelah menyeruput jus jeruknya.
Jacob melihat jam kulit yang melingkar ditangan kirinya, "Dua jam lagi sebelum ke airport."
"Iya mangkanya kemana" bahu Kayla melemas, lelah dengan sifat Jacob yang suka gak nyambung. Ditanya apa dijawab apa.
"Kemana yang searah sama airport?"
"Paling deket sama airport mangrove, ma" jawab Kayla.
"Ya udah kesana aja. Kita belom kesana, kan?" tanya Bunda.
Enam gelengan menjawab pertanyaan Bunda.
Setelah membayar makanan yang keluarga itu makan, mereka langsung naik ke mobil dan menuju hutan mangrove.
Masih dengan mini bus yang sama, mereka duduk dengan posisi yang tidak sama setiap harinya.
Tapi satu yang tetap, Roy tetap duduk disamping supir yang selama seminggu ini mengantar mereka kemana pun yang keluarga itu mau.
Supir itu bernama bli Made. Semua memanggil bli Made. Bli Made sudah mempunyai istri dan seorang anak laki-laki yang baru berumur dua setengah tahun.
Tidak semua panggilan untuk menjadi supir pribadi Bli Made ambil. Dalam sebulan, bli Made hanya kerja minimal dua minggu dan maksimal tiga minggu. Yang pasti, bli Made harus menyisakan waktu untuk anaknya yang masih kecil.
Bli Made juga sering menyarankan destinasi wisata yang bagus di pulau Bali.
Selama menjadi supir keluarga Dolan dan Aldric, bli Made tinggal dalam satu hotel yang sama. Pertamanya bli Made menolak. Ia bersikeras tidak mau menginap satu hotel dengan keluarga itu, karna biaya permalam hotel itu tidak bisa dibilang murah.
Tapi, bukan Kayla namanya kalau tidak bisa membujuk orang agar mau menuruti perintahnya. Seribu satu cara sudah dipersiapkan Kayla agar bli Made mau menginap satu hotel dengan keluarganya.
Baru cara keempat, bli Made sudah mengalah dan akhirnya mau menginap di hotel yang sama tapi dengan alasan, kalau makan ia akan tanggung sendiri. Tidak mau dibayarkan lagi dengan keluarga itu.
Semua sepakat dan akhirnya bli Made tidur satu hotel dengan mereka. Kamarnya berjarak enam kamar dari kamar Kayla.
Sewaktu di Bedugul, bli Made juga tinggal satu vila dengan mereka. Satu kamar disisakan untuk bli Made.
Tidak membutuhkan waktu yang lama dari restoran tadi untuk ke hutan bakau. Sesampainya disana, ada beberapa pedagang yang menjual makanan dan minuman.
Disana tidak ramai. Hanya ada beberapa mobil pribadi yang terparkir ditempa parkir yang sudah disediakan di hutan mangroveitu.
Ayah membeli ticket masuk, Bli Made juga ikut masuk. Karna tadi Kayla bertanya, 'Bli pernah ke sini gak?'. Bli Made menjawab tidak, jadinya Kayla meminta Ayah membelikan ticket untuk Bli Made juga.
Kamera berwarna putih itu tidak lepas dari tangan Nolan dari sepuluh menit yang lalu. Sudah sepuluh menit ia berada didalam hutan bakau ini. Ia memotret apapun yang dianggapnya bagus. Tapi lebih banyak foto candid seorang perempuan yang berada didepannya.
Perempuan itu hanya memakai celana pendek, sweater pull&bear berwarna hijau tosca dan tas selempang hitam yang selalu ada dipundaknya selama di Bali ini. Perempuan itu Kayla.
Nolan memang berjalan paling belakang, tepatnya dibelakang Kayla. Jarak Nolan dan Kayla bisa dibilang delapan meter. Jadinya, ia bisa masih bisa mendengar suara tawa Kayla akibat lelucon yang dilontarkan Jacob, Evan atau Bli Made.
Orangtua mereka berjalan lebih dulu karna tadi anak-anaknya menunggu Jacob yang kebelet pipis.
Nolan terus mengarahkan kameranya kearah Kayla, ia sedikit menzoomnya agar muka Kayla terlihat jelas. Tidak lagi memfoto, kini Nolan memvideokan hutan bakau ini. Dan orang-orang yang berada didalam hutan bakau.
Nolan mempause vidio, kemudian berjalan lebih dekat dengan rombongan didepannya.
Ia merangkul pundak Kayla dan tersenyum manis kearahnya, sementara Kayla terkejut tapi langsung tersenyum karna menyadari Nolan yang merangkulnya, bukan orang lain.
"Gue kira orang lain tau kak yang ngerangkul gue"
"Gue kira lo jalan duluan sama yang tua-tua, Lan" Jacob menoleh sebentar kebelakang, Evan dan Jacob berada didepan Bli Made, Kayla dan Nolan.
Nolan terkekeh pelan, "Gue dari tadi dibelakang. Foto-foto, biasa fotografer"
"Gayalu" cibir Evan.
Mendengar itu, Kayla langsung merapatkan dirinya pada Nolan, "Liat dong kak"
"Nanti ya dimobil"
"Foto gue sama Kayla dong" Jacob merangkul Kayla kemudian berjalan lebih depan dari rombongannya, Jacob berbalik masih dengan satu tangan merangkul pundak Kayla.
Klik
"Ganti pose" perintah Nolan.
Jacob diam sebentar, kemudian memeluk Kayla dengan kepala Kayla disembunyikan di dadanya. Posisinya, muka Kayla tidak kelihatan di kamera.
***
"Kee, bangun udah nyampe" Jacob menepuk-nepuk pelan pipi Kayla yang tertidur disampingnya.
Merasa Kayla belum bangun, Jacob mengambil tas ransel Kayla yang berada dipangkuannya. Kepalanya menoleh kebelakang mendapati Nolan yang melihat gerak-geriknya dari tadi.
"Lo bangunin Kayla ya? Gue udah ditungguin Papa, tiketnya gue yang megang soalnya. Ingetin Kayla tasnya udah gue yang megang" selesai berucap, Jacob langsung turun dari mini bus yang sudah selama kurang lebih seminggu mengantarnya kemana saja selama di Bali.
Nolan duduk disamping Kayla, tangannya mengelus rambut Kayla yang dibawah bahu itu. Gerakannya tidak bermaksud membangunkan Kayla, tapi Kayla malah terbangun.
Tangannya mengucek kedua matanya, ia menyipit karna belum bisa menyesuaikan cahaya sore itu. Matanya melihat seluruh sudut mini bus ini. Dia tidak menemukan orang lain selain dirinya dan Nolan yang masih menatapnya dengan wajah datar.
"Yang lain udah turun, yuk" ucap Nolan seakan tau apa yang akan Kayla ucapkan. Ia menarik tangan Kayla lalu mengajaknya keluar.
***
Maaf banget baru update ya hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayla?
Teen FictionPerempuan biasa, punya cerita yang menyedihkan dimasa lalunya. Bertemu dengan dua orang lelaki yang sangat baik kepadanya. Dua orang lelaki itu adalah sahabat dari SD. Mereka berdua mencintai Kayla. Perempuan biasa yang tidak gampang terbuka. Cuek...