17. Flahsback

1K 39 0
                                    

Flashback on:

"Gue ngerasa de javu tau kak." Kayla melihat sekilas Nolan.

"De javu gimana?" Nolan mempererat genggaman tangannya.

"Dulu, waktu gue kecil. Gue pernah ke Bandung sama keluarga gue. Sama keluarga orang juga. Dulu, dia itu tetangga gue. Rumahnya pas banget didepan rumah gue." Kayla tersenyum mengingat sahabat lamanya dulu.

Nolan tersenyum. "Sahabat lo cewek atau cowo?"

"Cowo. Dia lebih tua gitu. Umurnya sama kaya bang Jac."

"Terus sekarang dia dimana?"

"Waktu gue SD kelas 2, dia pindah. Pindah keluar daerah. Seinget gue, dia pindah ke Bali gitu."

"Dia pindah gara-gara apa? Kenapa dia pindah?"

Kayla tidak langsung menjawab. Ia mengingat alasan kenapa sahabat kecilnya itu pindah. "Dia pindah gara-gara ayahnya pindah kerja. Gitu deh."

"Terus?"

Kayla melihat Nolan bingung. Tidak mengerti maksudnya.

Nolan mengacak rambut Kayla. "Terus lo kangen gak?" ia merangkul Kayla erat.

"Kangen banget lah. Udah berapa tahun ya gak ketemu?" Kayla menghitung kesepuluh jarinya. "Delapan tahun lebih gitu deh gak ketemu. Pasti sekarang dia ganteng,"

"Kalo lo ketemu dia, lo mau ngapain?"

Kayla berhenti didepan Nolan. Mereka berhenti berjalan. "Gue bakal meluk dia ereeeett banget" Kayla memeluk dirinya sendiri.

"Peluk gue aja" Nolan terkekeh. Nolan kembali menggenggam tangan Kayla.

"Lo mau tau sesuatu gak?"

Kayla mengangguk. Walaupun Nolan tidak menoleh, ia melihat perempuan itu mengangguk dari ekor matanya.

"Dulu, gue juga punya sahabat cewe. Dia beda 2 tahun gitu sama gue. Dia seumuran sama lo. Dia tetangga gue juga, rumahnya didepan rumah gue."

"Dia anaknya cantik banget. Tapi, setiap gue bilang 'kamu cantik' pasti dia cemberut. Dia gak mau dibilang cantik. Dia maunya dibilang manis. Katanya, kalo cantik ntar kalo udah tua bakalan jelek. Sedangkan kalo manis, sampe tua bakal tetep manis." lanjutnya sambil tersenyum.

Kayla dengan simak mendengar cerita Nolan.

"Gue seumuran sama abangnya, tapi lebih sering main sama dia. Dia gak suka main boneka-bonekaan. Gak suka juga main masak-masakan. Dia lebih suka bantuin mamanya. Bantuin mamanya nyiram tanaman lah, masak lah, bersih-bersih lah. Sampe mamanya nyuru dia buat main aja sama gue daripada bantuin mamanya. Darimana gue tau dia gak suka main boneka atau masak-masakan? Gue pernah ngajakin dia main boneka yang ada dikamarnya, tapi dia gak mau. Katanya, 'mama sama mba cape rapiin, masa kita berantakan lagi? Main yang bisa kita rapiin sendiri nanti aja'. Gue inget banget omongannya dia itu." Nolan tidak menghilangkan senyum di bibirnya.

"Jadinya, kalo kita main, kita itu belajar. Dia ngajakin gue baca buku atau nonton film anak yang kaya hitung-hitungan atau speak English gitu. Bokap gue kan emang bule, cuman gue gak bisa bahasa Inggris. Dan gue bisa bahasa Inggris gara-gara main bareng dia."

"Namanya siapa kak? Pasti sekarang dia cantik kaya gue ya?" Kayla terkekeh.

"Kayla Stefanie Dolan."

Si empunya nama menoleh kearah Nolan. Ia menoleh karna merasa dipanggil. "Kenapa kak?"

"Namanya, Kayla Stefanie Dolan."

Kayla memberhentikan langkahnya. Ia langsung menghadap Nolan. Rangkulan Nolan pun terlepas begitu saja. Matanya terasa panas, pandangannya sedikit buram. Bahunya bergetar kecil.

"Lo Olan?" suara Kayla sangat pelan, tapi sanggup didengar Nolan.

Nolan mengangguk pelan. Perasaannya campur aduk. Pasrah. Kata yang bisa mendeskripsikan perasaannya kali ini. Pasrah, jika Kayla membencinya. Dan pasrah jika Kayla menerimanya kembali.

Kayla langsung memeluk Nolan erat. Tangannya melingkar dileher Nolan.

Nolan yang belum siap menerima serangan itu, sedikit terhuyung. Beruntung dia bisa menjaga keseimbangan.

Tidak ada tangan yang melingkar dipunggung Kayla. Nolan tidak membalas pelukannya.

"Lo gak marah sama gue?" tanya Nolan ragu. Ia merasakan Kayla menggeleng dilekukan lehernya. Nolan tersenyum lalu membalas pelukan Kayla tidak kalah erat.

Isakan kecil terdengar. Nolan sudah tau pasti akan terjadi seperti ini. Ia menuntun Kayla duduk dibangku taman. Ia membeli sebotol air mineral di pedagang kaki lima dekatnya.

"Nih, minum dulu. Haus kan? Dari tadi ngomong mulu"

Kayla menerimanya lalu meneguknya setengah botol. Punggung tangannya ia gunakan untuk menghapus sisa-sisa air dan air mata diwajahnya. "Kenapa lo baru ngasi tau sekarang? Gue kangen bego!" Kayla memukul pundak Nolan menggunakan botol air mineral yang ia pegang.

Nolan tidak mengaduh, ia tersenyum. "Gue nunggu waktu yang tepat"

"Kaya nembak aja nunggu waktu yang tepat!" Kayla melihat jalanan yang cukup ramai didepannya.

"Serius. Gue takut tau gak sih ngomong gini ke lo. Tapi semua udah nyuruh gue buat kasi tau semuanya pas di Bandung ini."

Kerutan didahu Kayla muncul lagi. "Semua?"

Nolan mengangguk. "Ayah, Bunda, Mama lo, papa lo, Jacob, mba, pokoknya semua yang tau kita waktu kecil dulu."

"Jadi mereka semua duluan tau daripada gue?!" pekik Kayla cukup nyaring. Tapi lebih nyaring suara karaoke keliling yang ada di dekatnya, jadi tidak seorangpun menoleh padanya.

Mengangguk adalah jawaban Nolan lagi.

Kayla melipat tangannya didepan dada sambil cemberut.

Dari dulu emang gak berubah. Cepet banget ngubah moodnya sendiri , batin Nolan.

"Kan udah gue bilang. Nunggu waktu yang tepat." Ia menyenderkan punggungnya pada bangku taman itu. "Lo gak marah kan, sama gue?"

Kayla menggeleng pasti. "Gak lah! Mulai sekarang, lo harus selalu disamping gue! Lo harus jagain gue! Titik!"

"Oh ya! Dekat-dekat ini, lo gak boleh suka atau dekat atau bahkan pacaran sama cewe. Gue mau bareng lo dulu, kalo lo deket sama cewe, pasti lo jadiin gue nomer 2" lanjutnya.

Mengangguk jawaban Nolan lagi. "Udah yuk balik. Udah dingin"

"Dari tadi juga dingin" Kayla bangun sambil menatap sinis Nolan.

"Kode nih?" Nolan menaik-turunkan alisnya.

"Gue tau ya maksud lo! Jangan modus deh"Kayla memutar bola matanya. Mereka kembali melanjutkan perjalanan.

Tak lama mereka sampai di vila. Jacob dan kawan-kawan sedang duduk santai diruang tamu lantai 2. Pintu kaca yang menghubungkan ruang santai dengan balkon.

Jacob dan Daffa bermain PS. Daffa, Devin dan Abi duduk di sofa. Sedangkan Sarah makan roti bakarnya sambil tiduran di karpet berbulu dilantai itu.

Kayla?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang