46.

585 17 0
                                    

"Ani." tok tok tok. "Bangun sayang. Gurunya udah di bawah itu." karna tidak ada sahutan. Indi membuka pintu kamar anaknya. Loh, kok gak ada.

Kayla tidak ada dikamarnya.

Indi memegang kepalanya yang terasa pusing. Indi sudah mencari kesemua ruangan. Jangan bilang Kayla kabur. Tapi emang iya?

Indi menjentikkan jarinya. Kamar mandi, ia belum mencari di kamar mandi. Baru ingin melangkah ke kamar mandi, ia sudah dikejutkan dengan Kayla keluar menggunakan celana bali dan tank top. Indi dan Kayla sama-sama terkejut.

"Arkh!"

"Ani! Mama panggil dari tadi!"

Kayla meringis, ia mengangkat speaker di tangan kirinya dan hand phone ditangan kanannya. Yang artinya ia mendengar lagu di kamar mandi dan tidak mendengar Indi memanggilnya.

Indi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Guru kamu udah dibawah, buruan. Ada Kian juga." ucapnya lalu keluar dari kamar bernuansa abu-abu itu.

Kayla menghembuskan nafasnya. Ia menaruh speaker dan hpnya d atas kasur lalu berlalu menuju walk in closetnya. Mengambil kaus berwarna hitam dan celana kain selutut. Menyisir rambutnya lalu memakai parfum.

Kayla mengambil buku lesnya yang sudah siap diatas meja belajarnya dan mengambil hpnya. Kemudian turun kebawah.

"Kan belajar barengnya malem. Sore jam gue buat les, Yan." Ucap Kayla setelah mendaratkan bokong teposnya di sofa ruang keluarga.

Disamping kanannya duduk Kian yang menggunakan celana panjang jeans berwarna hitam, kaos hitam polos yang ditutupi boomber armynya.

"Gue pengen les bareng juga. Gue bayar juga kok, tenang aja." jawabnya dengan wajah tersenyum lebar.

Kayla memutar bola matanya lalu berdiri. "Ya udah ayok." ajaknya. "Btw, lo gak bawa buku?"

"Bawa kok, udah di gazebo belakang. Guru kita udah dateng juga." Kian ikut berdiri.

Mereka berjalan berdampingan menuju gazebo yang terletak dibelakang rumah Kayla. Rumah orangtua Kayla, tepatnya.

"Terus lo ngapain diruang keluarga tadi? Gak nunggu di gazebo."

"Malu sama guru lo. Hehe" Kian menggaruk tengkuknya. Malu.

"Apaan banget deh." Kayla tertawa.

"Sore, Pak. Ini ada tambahan murid, gak papa ya pak?" Kayla berkata setelah duduk dihadapan gurunya. Disamping kanannya ada Kian yang sudah melepas jaketnya. Ditengah-tengah mereka terdapat meja kayu yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar.

"Iya sore. Teman sekelasnya Kayla, nak?" tanya Pak Sapto, guru les matematika Kayla. Pak Sapto memang suka memanggil anak muridnya dengan sebutan 'nak'.

Kayla sebenarnya sudah cukup mengerti dengan pelajaran mat. Tapi kalau tidak dipelajari terus menerus, ia akan lupa dengan caranya. Jadi harus les agar tetap mengerti dan lebih mengerti. Kayla hanya les mat. Jago menghitung, jago menghapal, tapi susah mengerti. Itulah sebabnya Kayla memilih les matematika.

"Iya, Pak. Murid baru. Belum satu semester pindah kesini." jawab Kian sopan. Kemudian mengeluarkan buku paket dan tulis matematika. Tak lupa sebuah pulpen yang ia pinjam di Kayla.

"Dulu sekolah dimana? Dan kenapa pindah?" tanya Pak Sapto lagi. Tangannya sibuk menghapus papan tulis mini.

"Pindahan dari Amrik, Pak. Pindah ke Indo soalnya dady ditugasin di Indo."

"Nyokap lo asli sini?" kini Kayla yang bertanya.

Kian mengangguk.

"Pindah ke Amrik dari kapan? Asik gak sekolah disana?"

"Dari smp udah pindah. Ada yang asik ada yang gak juga. Tapi kalo temen-temen gue mah asik semua."

"Ya sudah. Mari kita mulai lesnya. Sebelumnya, agar diberi kemudahan, mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai." Pak Sapto, Kayla dan Kian berdoa. Lalu memulai les hingga jam setengah delapan malam.

***

Selesai les matematika dengan pak Sapto, Kian diajak makan malam bersama oleh Indi. Dan disinilah keluarga Dolan dan Kian. Diruang makan sedang menikmati hidangan yang sudah disediakan oleh Mba Tini. Tapi semua hidangan itu dibuat oleh Indi.

"Kian jadi ikut les bareng Kayla?" tanya Roy setelah selesai mengunyah makanannya.

"Iya om. Boleh kan om?" Kian menjawab kemudian bertanya ragu. Takutnya calon mertuanya ini tidak mengizinkan. Calon mertua?

"Oh ya jelas boleh. Tapi tergantung Kayla. Kayla minta les privat karna dia gak bisa mengerti kalau suasana ribut dan banyak orang." jawab Roy.

"Boleh kok, pa. Jadi bayarnya bagi dua ya?" canda Kayla.

"Iyalah. Ya kali gue nebeng les." Kian meminum air putih di gelasnya.

"Kalau itu terserah Kian. Mau bayar boleh, mau gak bayar juga boleh. Om sama tante masih sanggup bayar lesnya Kayla, kok." Roy terkekeh yang diikuti lainnya.

"Awas aja lo les cuman buat ganggu adek gue! Apalagi sampe nilainya turun, habis lo sama gue." ancam Jacob.

"Sambil menyelam minum air bang." Kian terkekeh.

"Kalo imbang sih gak papa. Kalo kebanyakan modus, gue gak setujuin dari awal lo sama Kayla."

"Walaupun lo setujuin juga, gue gak bakalan mau kalo bang." Kayla mendelik kemudian tertawa.

Indi menatap anaknya. Seperti berbicara kayla gak boleh gitu sama orang.

Seakan bisa membaca raut wajah dan pikiran Indi, Kian menjawab "Kayla udah biasa kaya gitu kok, tante. Saya juga udah biasa digituin Kayla." candanya.

Obrolan terus berlanjut sampai makan selesai dan Kian pamit pulang.

"Pamit pulang dulu tante. Makasi ya." Kian menyalami tangan Indi dan Roy. "Pulang dulu, bang." Kian menepuk bahu Jacob.

"Dadah tata Tian!" Litha berdadah dari gendongannya. Litha digendong Roy.

"Ani, anterin Kian sampe depan, sayang." ucap Indi lalu berlalu menuju kamarnya bersama Roy dan Litha. Jacob masih diam diruang keluarga sambil menonton tv.

Kayla mengantar Kian sampai teras rumahnya. Motor Kian terparkir didepan teras rumah Kayla.

"Thanks ya Kay. Keluarga lo hangat banget, sampe bisa segampang itu nerima gue yang baru pertama kali kerumah lo. Gue jadi betah." ucap Kian sambil menaiki motor sportnya.

Kayla tersenyum. Ia akui keluarganya memang seperti itu. Semua teman-teman Kayla dan Jacob yang bermain kerumah Kayla pasti disambut baik oleh keluarganya. Disambut baik oleh Indi, Roy dan asisten rumah tangganya yang lain. "Betah sih betah. Tapi jangan sampe nginep" Kayla tertawa.

"Gak nginep. Nanti kalo kita udah nikah, ini bakal jadi rumah gue juga." kekeh Kian.

Kayla memukul bahu Kian pelan. "Cepet deh pulang. Udah malem, Yan."

"Ngusir?"

"Bukannya gitu. Ini udah malem, udah jam 9 lebih."

"Khawatir?"

"Serba salah deh gue." Kayla memutar bola matanya.

Kian terkekeh. "Iya iya, gue balik. Jangan kangen ya."

"Buruan deh. Jangan bikin gue kesel." Kayla mendorong bahu Kian pelan.

Kian terkekeh. Sedetik kemudian helm full face berwarna hitam sudah terpasang dikepalanya. Motornya sudah nyala dari tadi. "Dadah" Kian berdadah sebelum akhirnya keluar dari pekarangan rumah yang lumayan besar itu.

Kayla?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang