Chapter 8

2.2K 243 0
                                    


Hari ke 2 bulan ke 10. Sebuah perang pecah di perbatasan selatan kota Jinhau. Tepatnya di kota Tian Shui. Yang merupakan kota yang berbatasan langsung dengan kerajaan Shu.

Sebanyak 10.000 pasukan musuh datang menyerbu kota Tian Shui yang hanya dijaga oleh 3.000 pasukan tentara Wei. Kerajaan Shu mengadakan sebuah ekspansi untuk menaklukan kota-kota yang berbatasan langsung dengan Negara mereka. Guna mengamankan dan memperluas daerah kekuasaan kerajaan Shu.

Target utama mereka adalah kota chiang Nan. Yang merupakan kota penting. Jalur perdagangan para negara tetangga.

Hanya dalam waktu 1 hari tentara pasukan kerajaan Shu sudah bisa menguasai kota Tian Shui. Mereka menghabisi sebagian tentara perbatasan yang berjaga dan memukul mundur sisa tentara pasukan kerajaan Wei yang tersisa.

Sisa pasukan tentara kerajaan Wei yang kalah telak karena serangan kejutan yang di lancarkan kerajaan Shu hanya bisa melarikan diri ke kota-kota terdekat untuk mendapatkan perlindungan. Seorang utusan telah diperintahkan untuk melaporkan penyerbuan itu secara langsung ke ibu kota.

Istana yang mendengar laporan mengenai penyerangan kerajaan Shu, langsung kebakaran jenggot.

Kaisar memerintahkan 12.000 pasukan untuk bersiap terjun ke perbatasan. Guna merebut kembali kota Tian Shui yang dikuasai oleh tentara Shu. Kaisar juga telah memberikan petisi kepada para pejabat daerah. Untuk para tentara perbatasan yang melarikan diri dari pos penjagaan mereka di Tian Shui.

Dalam petisi itu mereka diberikan 2 pilihan, yakni:

1. Hukuman pancung karena dianggap melalaikan tugas dan menyebabkan kerugian besar untuk Negara

2. Ikut bergabung dengan ke 12.000 tentara kerajaan untuk merebut kembali kota Tian Shui dan mati terhormat di medan peperangan

Petisi itu telah di sebarkan ke seluruh wilayah kerajaan wei.

Para tentara perbatasan yang melarikan diri ke kota terdekat tengah bersiap-siap. Memulihkan diri mereka untuk ikut bertempur di medan pertarungan. Pilihan dari petisi itu sudah jelas. Mereka pasti akan lebih memilih untuk mati di medan pertempuran. Setidaknya mereka akan tetap menyandang gelar pahlawan yang gugur. Dari pada harus di hukum pancung, mempermalukan seluruh keluarga dan keturunan mereka, karena di cap sebagai pengecut dan penghianat Negara.

Begitulah system pemerintahan Kerajaan Wei yang di pimpin oleh Kaisar muda bernama Cao Chen Yonru. Dalam system pemerintahan dan pengadilannya ia selalu menawarkan 2 pilihan. 'Madu atau racun' 'kesetiaan atau hukuman berat'

Di usianya yang masih sangat muda, 23 tahun. Ia tergolong raja yang bijak. Ia tak pernah langsung menghukum para bawahannya yang bersalah dengan hukuman yang kejam. Apapun kesalahan bawahannya, ia selalu memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki nama baik mereka sebelum mati sebagai seorang pendosa. Dengan cara terjun ke medan perang atau menggunakan keahliaan khusus mereka untuk keuntungan Negara.

Banyak sekali tahanan Negara yang memilih kesempatan kedua yang ditawarkan oleh kaisar.

Mereka yang memilih terjun ke medan perang dan mati disana, setidaknya menyandang status terhormat sebagai prajurit yang gugur di medan perang. Meskipun mereka mati, nama baik mereka yang di pulihkan membuat keluarga yang ditinggalkan bisa melanjutkan hidup dengan membawa kebanggaan. Sedangkan bagi mereka yang bertahan hidup setelah melewati peperangan. Akan diangkat menjadi seorang prajurit tetap. Mereka diberikan kesetaraan hak dan kewajiban dengan prajurit lainnya. Mereka berhak mendapatkan promosi dan naik jabatan tergantung dengan besarnya potensi yang dimiliki. Mereka juga berhak mendapatkan gaji dan kesejahteraan hidup sebagai abdi Negara.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang