Chapter 18

2K 235 0
                                    

Setelah meledakan Qi nya, Jianguo membuka matanya perlahan. Sebuah pemandangan mengejutkan tersaji di hadapannya.

Sekitar 20 orang tentara kerajaan Shu tergeletak, dengan sebuah panah menancap di tubuh mereka. Saat ini mereka sekarat. Bahkan beberapa dari mereka telah mati.

Rupanya panah yang mereka lesakan tadi, berbalik menyerang mereka.

Setelah Jianguo meledakan Qi-nya. Panah-panah itu memantul ke segala arah. Menyerang siapa saja tanpa ampun dan pandang bulu.

Tentara berpedang dari kerajaan shu yang berada di barisan paling depan menerima akibat paling fatal dari serangan itu. jarak mereka yang hanya 1,5 yin membuat korban dari pihak mereka banyak yang berjatuhan.

Jianguo melihat ke arah kanan, tempat para tentara kerajaan Wei berada. 4 orang dari mereka mengalami nasib yang serupa dengan tentara Shu. Jarak mereka yang -/+ sekitar 2 yin telah menyelamatkan mereka. Setidaknya korban yang jatuh lebih sedikit.

Jianguo tak menyangka jika ledakan Qi-nya akan sebesar ini. ia hanya bermaksud untuk menghalau panah-panah yang menghujani tubuhnya. Ia sama sekali tak bermaksud mementalkannya sejauh itu.

'DEG' kegelisahan tiba-tiba saja menyelimuti dirinya

"Qiao Feng" mulutnya tanpa sadar menggumamkan sesuatu.

Jianguo langsung membalikan badannya. Melihat jauh ke belakang. Tempat dimana anak dan istrinya berada.

' Jika panah itu bisa menumbangkan orang sebanyak ini dengan jarak yang cukup jauh. Ada kemungkinan. Panah-panah ini juga sampai ke tempat Qiao Feng berada ' pikirnya.

Jianguo memusatkan pandangannya. Dengan jarak sejauh ini, ia harap anaknya akan tetap aman. Tetapi alangkah terkejutnya ia, Jianguo melihat bayangan kecil sebuah anak panah menusuk bagian sebelah kiri tubuh anaknya. Panah itu menancap di area sekitar bahu/leher Qiao Feng. Ia tidak terlalu yakin dengan penglihatannya. Jarak mereka terlampau jauh membuat ia sulit mendapatkan gambaran yang jelas

' SIAL. Jangan bilang jika panah itu juga mengenai Qiao Feng' umpatnya dalam hati

Ketakutan mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Kenyataan yang harus ia hadapi karena kehilangan istrinya sudah cukup membuat jiwa nya hancur. Jika kali ini ia juga harus kehilangan anaknya. Maka lilin terakhir yang menerangi hidupnya juga akan padam. Ia akan kehilangan tujuan hidupnya.

Ia tak sanggup memikirkan segala kemungkinan buruk itu. Dengan segenap kemampuannya. Ia memusatkan Qi di pita suaranya dan dengan sekali tarikan nafas. Ia meneriakan sebuah nama. Membuat orang-orang yang ada di sekitarnya secara reflex menutup telinga masing-masing karena teriakan penuh kekuatan itu. jika mereka tidak melakukannya. Bisa dipastikan gendang telinga mereka pasti akan pecah.

_ _ _

" QIAO FENG "

Sebuah teriakan keras yang dipenuhi oleh Aliran Qi membuat Qiao Feng terkejut. Tanpa sadar ia telah membuka matanya.

Dari jauh, seorang pria berjanggut lebat sedang menatapnya dengan wajah penuh ketakutan dan kekhawatiran.

"Ayah...."  Gumaman lembut meluncur dari mulut Qiao Feng.

Tiba-tiba seperti ada tangan Dewa yang memasuki tubuhnya. Kesadarannya seolah ditarik paksa untuk menghadapi realita yang sesungguhnya. Ia tertegun sejenak, tetapi tak lama kemudian fungsi otaknya kembali bekerja. ia segera menilai situasi yang terjadi saat ini.

Beberapa saat yang lalu dirinya sangat kesulitan untuk bernafas, otot-otot tubuhnya menegang, keringat membanjiri wajahnya dan sebuah perasaan aneh menjalar disekujur tubuhnya. Saat itu ia yakin jika dirinya sedang mengalami efek dari penyebaran racun. Tapi aneh sekali, sekarang semua gejala itu seolah menghilang dalam sekejap. Ia bisa bernafas dengan normal. Otot tubuhnya kini bisa rileks, keringat memang masih membasahi tubuhnya. Tapi semua perasaan aneh yang ia rasakan tadi telah hilang. Seolah ikut sirna tersapu kerasnya gelombang suara dari teriakan ayahnya tadi.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang