Chapter 26

1.9K 241 13
                                    

Teng Fei terpaku melihat mayat pria dan wanita yang terbaring dihadapannya. Tangan keduanya saling terhubung. Mayat si pria penuh dengan darah, sedangkan sang wanita kulitnya memucat dan warna bibirnya berubah kebiruan. Tetapi bukan pemandangan itu yang membuatnya terkejut. Melainkan wajah sang wanita lah yang membuatnya kini kebingungan setengah mati.

Tadi memang ia sempat mengantarkan ayah dan anak itu ke tempat perempuan ini berada, tetapi Teng Fei tak sempat memerhatikan wajah perempuan itu. Ia terburu-buru pergi untuk mengejar Wolong dan Jiang Wei. Dan kini setelah melihat dengan jelas wajah wanita yang ada dihadapannya, ingatan lamanya segera timbul ke permukaan.

Meski mengalami sedikit perubahan, wajah itu masih sangat jelas terpatri dalam ingatannya. Setahun lebih ia habiskan waktu untuk memburu wanita ini. Hingga wajahnya yang terlukis di selembar kertas buronan sudah sangat ia hafal di luar kepala. Dulu wajah cantik itu masih tampak sangat polos, kini gadis di lukisan itu menjelma menjadi seorang wanita cantik yang anggun dan dewasa.

' Mengapa aku harus terus mengalami masalah. Satu dan yang lainnya '  batinnya

_ _ _

12 tahun yang lalu ketika ia masih menjadi seorang ketua bandit gunung. Ia menghabiskan waktu dengan merampok para pejalan kaki, tuan tanah, saudagar kaya, dan para pejabat yang kebetulan melewati wilayah kekuasaannya. Ketika ia mendapatkan mangsa, uang yang ia dapat cukup untuk kebutuhan makan ia dan kawanannya selama seminggu atau lebih. Tergantung besarnya mangsa yang di dapat.

Semakin lama, reputasi buruk mereka semakin menyebar. Hingga orang-orang ketakutan dan lebih memilih jalan memutar dari pada menerobos wilayah kekuasaannya.

Mangsa yang semakin berkurang membuat Teng Fei dan kawanannya memperluas area jarahan mereka. Tetapi masyarakat yang semakin pintar, bisa memprediksi rute yang aman sedangkan para saudagar kaya memilih untuk memperbanyak bodyguard untuk melindungi mereka selama perjalanan. Hal ini semakin mempersulit ia dan kawanannya.

Seminggu sudah mereka tak mendapatkan mangsa. Tak adanya pemasokan, membuat Teng Fei dan kawanannya kelaparan. Sebagai ketua yang bertanggung jawab atas para bawahannya, ia berinisiatif pergi ke kota untuk mendapatkan mangsa. Ia berencana menjarah beberapa toko atau rumah para pejabat. Meski berbahaya karena di lakukan di keramaian kota, tetapi Teng Fei tak memiliki pilihan lain.

Sebagai permulaan, ia berjalan-jalan dikota untuk meninjau situasinya. Saat itu ia kebetulan  melihat kerumunan orang. Ia penasaran dengan kerumunan itu, lalu ia menanyakan pada para penduduk. Apa yang menyebabkan kehebohan ini

Salah seorang penduduk menunjuk sebuah lukisan seorang gadis muda cantik yang berusia belasan tahun. Di bawahnya terdapat tulisan yakni

" Siapapun yang bisa menemukan wanita ini dan membawanya hidup atau mati kepada kaisar, akan di berikan hadiah berupa sekantung emas "

Pada Zaman itu, emas sangat langka. Hanya keluarga kerajaan dan beberapa pejabat tinggi saja yang memilikinya. Masyarakat umum hanya menggunakan koin tembaga. Mendapatkan satu buah perak saja bisa membuatmu kenyang selama satu bulan. Apalagi dengan sekantung emas. Kehidupanmu selama bertahun-tahun bisa terjamin tanpa perlu mengkhawatirkan apapun. Iming-iming hadiah 'sekantung emas' itu telah menjadi topik hangat perbincangan para penduduk kota ini atau bahkan negeri ini. karena kabarnya lukisan itu telah disebar ke seluruh penjuru kerajaan Wei.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang