Chapter 4

2.7K 284 5
                                    


Perhatian ... di chapter kali ini, saya banyak menggunakan istilah bahasa jepang untuk menjelaskan tentang 'bagian – bagian pedang' dari karakter utama tokoh ini. Karena pedang yang saya gambarkan lebih mirip samurai dari pada pedang cina kuno. Istilah-istilah itu sudah saya tandai. Untuk memahami dan mengagambarkan bentuknya keterangan lebih lanjut bisa di lihat di bagian akhir chapter.

"kalo nggga mau pusing, baca aja keterangannya dulu. Biar Paham. Baru lanjutin baca chapternya ^^"

_ _ _

"Feng... ambilah ini!" Jianguo menyerahkan sebuah pedang panjang ramping berwarna putih pada anaknya.

Qiao Feng menerimanya tanpa banyak bertanya. Dia melihat pedang itu dengan sangat seksama. Mulai dari ujung 'saya' sampai 'Tsuka' semuanya berwarna putih bersih. Tak ada jejak tinta hitam atau tinta emas yang menonjol pada ukiran 'saya-nya" bahkan 'tsuka ito' dan 'tsubanya' pun berwarna putih bersih. Begitu sederhana. Tak ada sedikitpun tanda kemewahan pada pedang panjangnya itu.

Tapi entah kenapa, dia sama sekali tak merasa kecewa. Pedang itu memang tidak sekuat, seindah, dan semewah pedang 'kuroichi' milik ayahnya. Akan tetapi dia merasakan ikatan yang kuat dengan pedang itu. Dia seolah merasa bahwa pedang putih itu adalah miliknya. Belahan jiwanya. Teman yang selama ini dirindukannya.

" Kau menyukainya?" Tanya Jianguo. Dia sudah menduga reaksi anaknya pasti akan seperti ini.

Qiao Feng tersadar dari penghayatannya yang sejak tadi mengagumi pedang putih ini.

" Ya... Sangat"

"Aku menyukainya ayah.. terima kasih"

Qiao Feng tak kuasa menahan air matanya. Di peluknya ayahnya itu dengan erat. Ungkapan rasa syukur dan kegembiraannya.

Ayahnya... Li Jianguo. Sama sekali tak bergeming. Hanya bisa berdiri dengan kaku. Tanpa membalas atau melepas pelukan anaknya.

Sekian lama berlalu, dan anaknya tak jua melonggarkan pelukannya yang erat. Merasa risih. Akhirnya Jianguo berinisiatif. Tangannya terangkat. Dieluslah kepala anak perempuannya itu dengan lembut dan penuh kasih sayang. Berharap anaknya akan segera tersadar dan melepas pelukannya.

Qiao Feng tersentak kaget. Mendapati kepalanya sedang dielus dengan lembut dan penuh kasih sayang. Feng tahu bahwa kini ayahnya sedang merasa risih dan ingin segera melepaskan pelukannya. Tapi apa mau dikata? Feng tidak ingin melepaskan moment langka ini. Dia malah memeluk pinggang pria itu semakin erat.

Li Jianguo.. ayahnya. Merupakan sosok seorang pria pendiam dan tanpa ekspresi.

Tapi tidak bisa di katakan sepenuhnya 'tanpa ekspresi'. Karena terkadang dia akan mengeluarkan ekspresi kesal, marah, kebingungan, murung dan perasaan bersalah yang amat dalam.

Ya... ekspresi seperti itu lah yang sering muncul pada wajah ayahnya. Jangankan tertawa, tersenyum saja sudah sangat sulit untuknya.

Dengan jambang yang hampir menutupi setengah wajahnya. Ia terlihat seolah-olah sudah berumur lebih dari 45 tahun. Padahal pada kenyataannya, umurnya itu baru sekitaran 37/38 tahunan. Cukup muda memang.

Jika saja dia mau memangkas habis jambangnya itu dan merapikan ikatan rambut dikepalanya, wajah tampan ayahnya itu pasti akan mempesona setiap wanita. Dari mulai anak-anak, remaja, sampai nenek-nenek sekalipun pasti akan bertekuk lutut dihadapannya.

Sayang, entah apa alasan dibalik ke-keras kepalaanya yang tidak mau mencukur habis jambangnya itu. Paling-paling dia hanya mau memotong ujungnya saja. Itupun jika dirasa sudah mengganggu pekerjaan.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang