Chapter 33

1.6K 236 75
                                    




" Feng ... "

Bagaikan bunyi denting lonceng yang lemah. Suara itu tiba-tiba muncul dalam benak Qiao Feng.



" Feng ... "

Di iringi dengan nada kesedihan, kegundahan dan kekecewaan. Suara itu kembali menggema.



Mendengar nada suaranya yang memilukan... hati Qiao Feng tiba-tiba terasa sakit. Ada rasa sesak yang memenuhi dadanya.



" Siapa? " Feng memberanikan diri untuk bertanya.



Gelap Gulita.

Hanya itu yang memenuhi semua pandangannya. Qiao Feng tak tahu suara siapa atau dari mana suara itu berasal. Ia sepenuhnya buta dalam kegelapan yang mencekam.



"Feng, ada apa? Kau baik-baik saja? "

kini suara itu tak lagi di penuhi dengan kesedihan.

Khawatir.

Lebih tepat jika dikatakan demikian.



Qiao Feng mengenal suara ini, tetapi ia tak yakin suara siapa sebenarnya itu. Ia dan keluarganya tinggal di gunung. Mereka hanya pergi ke kota beberapa kali dalam sebulan. Tak banyak orang yang ia kenal. Tapi entah kenapa Qiao Feng merasa benar-benar familiar dengan suara ini.

Qiao Feng hanya diam. Tak menjawab pertanyaannya. Ia memfokuskan pandangan ke arah cahaya yang perlahan muncul. Menampakan sesosok wajah tampan dengan ekspresi yang sulit di gambarkan.

Khawatir? Sedih? Kecewa? Qiao Feng tak tau pasti. Ekspresinya seolah-olah terus berubah.



" Wei? " Tanya Qiao Feng

Wajah orang itu kini terlihat semakin jelas. Cahaya itu perlahan menampakan sosok utuh Jiang Wei. Bukan hanya wajah bahkan seluruh tubuhnya.

Pantas saja ia merasa pernah mendengar suara ini. Jiang Wei. Itu adalah suara si Jendral yang arogan.

' Tunggu sebentar '  benaknya seolah sedang mencerna sesuatu.

" Wei kau kah itu? "

Qiao Feng kini tak lagi yakin jika sosok yang ada di hadapannya itu adalah Jiang Wei.

Wajahnya memang mirip. Tapi ekspresinya? Itu benar-benar asing. Qiao Feng tak pernah melihat Jiang Wei yang seperti ini.

Kemana perginya si Pria cuek, kejam, menyebalkan yang sombongnya minta ampun itu?

Meski Qiao Feng enggan mengakui. Sikap arogan pria ini memang beralasan. Wajah tampan, tubuh dan otot yang kekar, perawakannya yang tinggi langsing, kecerdasan dan kemampuan beladiri yang mengesankan serta Jabatan Jendral yang disandingnya. Pantaslah jika pria ini besar kepala. Surga dan para dewa terlalu baik kepadanya.



" Kau tak apa? Syukurlah....? " bukannya menjawab. Sosok Wei yang ada di hadapannya ini malah melontarkan perkataan aneh lainnya.

Dan sekali lagi. Raut wajahnya berubah. Kali ini ekpresinya menunjukan kelegaan. Raut wajah yang tiba-tiba membuat perut Qiao Feng bergolak tak nyaman. Seolah ada seekor belut yang menggeliat di dalam perutnya.

'Kenapa dengan orang ini? dia terus saja menanyakan keadaanku? Tak bisakah ia lihat? Aku baik-baik saja. Sehat dan segar bugar. Apa ia buta sehingga terus bertanya?' batin Qiao Feng.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang