Chapter 42

1.6K 191 102
                                    





Berat. Sesak.


Atmosfir di ruangan ini terasa begitu menyiksa. Sorot mata tajam dari pria yang duduk di posisi tertinggi itu semakin memperburuk suasana. Ia tak bergeming. Tatapannya masih tertuju kearah dua sosok pria yang duduk di hadapannya. Menunggu mereka untuk berbicara.

Dua orang yang kini jadi terdakwa itu hanya bisa diam. Menunduk tanpa kata.

Hampir satu jam berlalu dan keduanya masih setia membisu. Tak ada protes, penjelasan, apalagi pembelaan. Kedua orang itu seolah pasrah menerima hukuman atas tindakan berbahaya yang mereka lakukan.

" Yang Mulia .... "

Changyi berlutut. Meminta izin untuk berbicara. Tetapi, sebelum ia sempat melanjutkan ucapannya, pria yang mengeluarkan aura menakutkan itu telah mengangkat sebelah tangannya. Pertanda bahwa ia tak ingin mendengar penjelasan apapun kecuali dari kedua terdakwa itu.

Changyi bangkit. Kegundahan tergambar jelas di raut wajahnya. Ia ingin mengambil tanggung jawab atas kejadian ini. Membebaskan para terdakwa dan kedua orang tuanya dari segala tuduhan dan hukuman berat yang mungkin di jatuhkan. Tapi apa daya? Ia tak bisa menipu sang penguasa. Instingnya tak bisa di remehkan. Belum lagi sumber informasinya yang terpercaya. Mereka pasti telah melaporkan kejadian itu pada sang Kaisar.

Ruangan itu kembali sunyi.

10 menit dalam kebungkaman yang mencekam. Sebelum akhirnya sang terdakwa mulai angkat suara.

" Yang Mulia... Hamba yang salah. Hamba keluar tanpa sepengetahuan keluarga Liu. Hamba memaksa Changyi untuk menemani perjalanan hamba menuju perbatasan. Sedangkan Boxin menyusul kesana karena ia khawatir dengan kondisi hamba. Mereka sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan semua ini. Kejadian tadi semata-mata karena kecerobohan hamba. Oleh sebab itu, hamba mohon Yang Mulia bersedia untuk mengampuni mereka. Hamba siap menerima konsekuensi atas tindakan yang hamba lakukan "

Semua mata kini tertuju ke arah sang pemuda. Keterkejutan terlihat jelas dari raut wajah mereka. Mereka terkejut bukan karena keberanian sang terdakwa atas pengakuan dosanya. Bukan pula karena ucapan dan penjelasannya. Mereka terkejut karena ekspresi yang ditunjukan sang pemuda.

Jinhae. Ia telah membuat pengakuan atas dosanya. Ia telah memasang badan untuk melindungi orang-orang terlibat karena ulahnya. Ia juga nampak siap menerima kemarahan dari kakak tertua nya. Tapi ada satu hal yang membuat semua orang heran, yaitu Exspresi wajahnya.

Lihatlah ia, Wajahnya Nampak tenang, sorot matanya begitu tajam. Gesture, mimik wajah dan tatapannya menunjukan keteguhan, keyakinan dan kepercayaan diri penuh. Exspresi wajah yang tak biasa dari seseorang yang baru saja mengakui kesalahannya.

Sang kaisar memandang pemuda itu tanpa berkedip.

Semua orang yang ada di ruangan itu hanya bisa menahan nafas. Perhatian mereka terpusat pada dua sosok pemuda yang saling memandang tanpa kata. Keduanya bagai hewan buas yang siap bertarung. Meski keduanya dalam posisi diam, tetapi jelas sekali batin dan pikiran mereka sedang bergolak saat ini. Keduanya seolah ingin menggali dan menilai pemikiran masing-masing lawan.

" Semuanya keluar. Tinggalkan kami berdua "

Setelah sekian lama, akhirnya Yang Mulia mengeluarkan titahnya. Semua hadirin tahu, perintahnya ini mutlak. Tanpa bantahan, semua orang keluar dari ruangan yang menyesakan itu. Hanya menyisakan Sang Kaisar dan Adiknya seorang diri.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang