Chapter 14

1.9K 259 1
                                    



Jianguo akhirnya berhasil sampai ke tempat istri dan anaknya. Kini ia bisa melihat dengan jelas keadaan orang-orang terkasihnya itu. Sang istri terbaring tak sadarkan diri dalam pelukan anak perempuannya. Sementara sang anak perempuan sedang membenamkan wajahnya ke dada istrinya. Nampaknya kehadiran Jianguo tak disadari oleh anaknya itu. karena ia bahkan tidak mengangkat wajah, untuk melihat siapa orang yang baru saja datang dihadapannya. Ada suara tangisan samar terdengar dari arah bawah, tempat anak perempuannya itu membenamkan wajah.

' Qiao Feng menangis? '  tanyanya dalam hati.

Sudah bertahun-tahun lamanya semenjak ia terakhir kali mendengar anak perempuannya itu menangis. Qiao Feng bukan seseorang yang cengeng, ia anak yang kuat. Bahkan cukup kuat untuk menahan rasa sakit akibat cakaran seekor singa.

Pernah suatu hari ia dan anaknya tak sengaja masuk ke wilayah sang raja hutan. Lalu tiba-tiba mereka diserang, bahkan sebelum dirinya sempat bereaksi. Lengan Qiao Feng terkena cakar sang singa. Lukanya cukup dalam dan darah yang mengalir cukup deras. Ekspresi wajahnya penuh dengan kesakitan dan keringat dingin membanjiri jidatnya. Meskipun begitu, tak setetespun air mata mengalir dari sudut matanya. Ia tetap tenang, tegar, tak bergeming, hanya wajahnya saja yang terus memucat akibat kekurangan darah.

Kini Jianguo semakin penasaran, separah apa memang keadaan mereka hingga membuat sang anak menangis. Jianguo berlutut, agar bisa mengecek keadaan mereka dengan lebih seksama, matanya menangkap suatu pemandangan yang tidak biasa. Keanehan itu berasal dari bibir sang istri. Bibir Guang Jiao yang berwarna merah Jambu kini berubah menjadi kebiruan.

' SIAL, kau pasti bercanda '  Ucapnya dalam hati

Kegelisahan mulai singgah di hati dan pikirannya.

Ia memegang pergelangan tangan istrinya.

Tangannya dingin. Warna kukunya mulai menggelap. Dan denyut nadi yang seharusnya berdetak, tak bisa ia rasakan.

Kegelisahannya semakin meningkat. Ketakutan terlihat jelas di raut wajahnya.

Ia lalu mengarahkan jari telunjuknya ke bagian bawah hidung istrinya.

Hembusan nafasnya sudah tak terasa.

Setiap hasil pengecekan yang ia dapatkan membuat Jianguo sepenuhnya sadar bagaimana keadaan sang istri. Istri tercintanya kini telah mati. Dari tanda-tanda yang ada di tubuhnya, bisa dipastikan bahwa penyebab kematiannya adalah racun. Racun yang berasal dari panah yang menusuk punggungnya tadi.

Jianguo merasakan sebuah gejolak yang luar biasa. Sekujur tubuhnya mulai menggigil. Menahan berbagai macam perasaan yang mulai meluap. Perasaan takut, gelisah, marah, kesal, benci, kesedihan dan kehilangan. Semua bercampur menjadi satu.

Otot-ototnya menegang, telapak tangannya mengepal dengan erat. Saking eratnya sampai kukunya yang sedikit panjang menusuk telapak tangannya sendiri. Darah segar pun menetes di jubah panjangnya. Mulutnya terkatup rapat, Gigi-giginya saling menekan. Matanya membelalak. Untuk beberapa saat, ia bahkan tak sadar telah menahan nafasnya.

Mata, hati dan pikirannya kini tertutupi gumpalan awan gelap yang menghimpitnya. Membuat pikirannya kosong dan jiwanya pun seolah ikut meninggalkan raganya.

Jianguo tak bisa berpikir dengan Jernih.

Istri tercinta telah pergi meninggalkan dirinya. Mati. Bahkan tanpa sempat bertemu atau pun mengucapkan salam perpisahan.

Sumber cahaya kehidupan, penyelamat sekaligus penjerumus dosanya. Pusat dari kebahagiaan sekaligus kesengsaraannya. Alasan terbesarnya, penyebab dirinya rela meninggalkan semua kejayaan dan kehormatan. Ia bahkan rela mengkhianati Negara kelahirannya.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang