Chapter 39

2.1K 262 147
                                    

Maaf temen-temen, tadi pagi sempet insiden. Niatnya Klik save, malah klik publish...

Abi panik donk... orang ceritanya belom beres. Langsung d unpublish saat itu juga. Maaf kalo notifnya udah terlanjur masuk. Trus pada heran kenapa ngga bisa di baca.

Buat temen-temen yang terlanjur di PHP-in. Sekali lagi, abi bilang maaf.🙇

Ya udah langsung aja..... Selamat membaca....😄




_ _ _




" Hongli... ayo cepat.. atau Wei akan membunuh kita "

Feng terus menyeret temannya. Lari secepat yang ia bisa. Berusaha menerobos hutan dengan seorang pengejar ber aura menakutkan yang terus memburu mereka tanpa ampun.

Rencana gagal.

Wei memergoki mereka saat mereka akan meninggalkan tenda.

" Hongli, ayolah... "

Feng masih terus berusaha menyeret temannya itu agar mempercepat langkahnya. Tetapi sepertinya itu percuma, Hongli seperti sesosok mayat sekarang. Sebuah raga tanpa jiwa. Wajahnya pucat pasi. Ia seperti baru saja bertemu dengan malaikat pencabut nyawa.

" Feng! Lari lebih jauh, dan kau tau akibatnya "

" Bug " Hongli tersungkur ke tanah. Feng tiba-tiba saja menghentikan langkahnya, membuat hongli yang ia tarik, kehilangan keseimbangan karena gerakan mendadak itu.

' Sial. Sial. Sial '  Feng mengumpat dalam hati. Ia mengutuk dirinya sendiri. Lebih tepatnya, ia mengutuk tubuhnya.

Mengapa tubuhnya itu tak mau mengikuti perintahnya. Feng ingin lari. Pergi sejauh mungkin. Ia ingin kabur dari pengejar beraura menakutkan itu. Tapi mengapa? Mengapa Kakinya terasa sangat berat. Seolah kaki-kaki itu terpaku ke tanah. Enggan beranjak meski sudah di paksa.

Pemilik aura menakutkan itu perlahan mendekat. Selangkah demi selangkah. Udara dingin mulai menyebar seiring dengan langkahnya yang semakin mendekat. Feng tiba-tiba saja merinding.

Meski orang itu datang dari arah belakang, Feng bisa merasakan tatapan matanya yang tajam. Sorot mata itu seolah sedang berusaha melubangi punggungnya. Terus menatap Feng tanpa berkedip.

Hongli masih terduduk di tanah. Badannya kaku. Ia tak bisa menggerakan tubuhnya seincipun.  Aura menakutkan itu sangat mengintimidasi. Membuat Hongli kehilangan kontrol atas tubuhnya

' Aku akan Mati. Aku akan mati. Aku akan matiKata-kata itu terus menggema di  pikirannya. Hongli tahu, dari semenjak awal, ia tak seharusnya menyetujui ide gila dari teman-temannya. Ia seharusnya jujur saja pada ibunya sejak awal.

' Ibu... maafkan aku, maaf, maaf. Sepertinya ini hari terakhirku sebagai seorang prajurit ' Ujar Hongli dalam hati. Ia pasrah. Pasrah menerima takdir yang tersaji di hadapannya. Mau tak mau ia harus siap menerima kemurkaan atasannya. Ia harus siap menerima Hukuman dari sang Jendral karena perbuatannya. Hanya satu hal yang harus ia lakukan sebelum hukuman terberat di jatuhkan. Ia harus menyelamatkan Feng. Temannya itu tak bersalah. Ia melakukan semua ini karena di paksa, di bujuk. Feng, anak itu tak boleh menerima ganjaran atas kesalahan yang mereka lakukan kali ini.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang