" Tapi sebelum itu, aku ingin pulang ke rumah " ujar Qiao Feng
Senyuman lebar pria tadi luntur, di gantikan ekspresi wajahnya yang masam. Alis matanya kembali mengerut. Urat di pelipisnya mulai menonjol. Ia hampir meledak
" KAUU......BUKANKAH......"
" Aku hanya ingin mengambil sesuatu "
Sebelum pria itu benar-benar meluapkan kemarahannya, Qiao Feng segera memotong perkataannya di tengah jalan.
" Mengambil sesuatu? " tanya pria itu heran.
Qiao Feng mengangguk
" Apa setelah kita mengambil benda itu, kau akan menuruti semua ucapanku? " Tanyanya sembari berusaha mengontrol emosinya yang saat ini sedang memuncak.
Qiao Feng kembali mengangguk
Pria berdagu belah dengan kerutan di alisnya itu terdiam sebentar. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya melalui mulut sekaligus.
" Baiklah, aku mengerti. Kalau begitu, ayo kita pergi ke rumahmu " ucapnya. Nada suaranya kini terdengar biasa. Sepertinya ia berhasil meredam kemarahannya.
" Sekarang tunjukan dimana rumahmu " ucapnya kemudian
Qiao Feng menunjuk ke arah timur laut dari tempat mereka berdiri. Di arah itu terdapat sebuah desa terpencil yang hanya di huni puluhan penduduk. Sebuah desa yang jarang di lalui oleh para pengelana. Tepat dibelakangnya, sebuah Gunung besar menjulang bak raksasa. Tak ada seorang pun yang cukup berani untuk memasuki Gunung itu. Hutannya yang lebat, hewan Liar dan rumor mistis yang banyak beredar. Membuat Gunung itu tak terjamah.
" Hmmpppp jadi desa Min? tempat yang cukup bagus untuk dijadikan tempat persembunyian. Kalau begitu, ayo kita kesana "
Qiao Feng memandang heran ke arah pria itu. Dalam hatinya ia bertanya, apa maksud dari kata 'persembunyian' yang baru saja orang itu ucapkan. Apa pria itu bermaksud mengajaknya bersembunyi di sana hingga 5 tahun? Jika memang seperti itu, maka itu akan menjadi 5 tahun yang paling membosankan dalam hidupnya.
" Ada apa? Ayo cepat jalan! " ucap pria itu.
Seruannya membuyarkan lamunan Qiao Feng. Ia sadar dan segera mengutarakan maksud dari tempat yang mereka tuju.
" Bukan desa Min " Ucap Qiao Feng
" Gunung Lontang, rumahku ada disana " Tambahnya kemudian. Memperbaiki kekeliruan pria tampan yang ada di hadapannya.
" GUNUNG LONTANG? SELAMA INI KALIAN TINGGAL DI SANA? "
_ _ _
" APA KAU BILANG? MEREKA HILANG? BAGAIMANA BISA? Bukankah kau selalu bersama dengan mereka? " ledakan amarah itu terdengar hingga ruang depan. Seorang perempuan berusia 40 tahunan, terlonjak mendengar teriakan penuh kemarahan itu. Ia pun segera menuju ke pekarangan belakang rumahnya. Tempat sumber suara itu berasal.
Kemurkaan terlihat jelas di raut wajah kakek Tua berbadan tinggi ramping yang sedang memarahari seorang anak kecil berusia 14 tahunan. Matanya melotot, urat-urat syarafnya menegang. Ia terlihat bagai sosok penjaga neraka dengan tampangnya yang seperti itu.
" Sayang, ada apa? Mengapa kau berteriak seperti itu? " Tanya sang wanita. Ia berjalan dengan langkah kecil yang cepat. Tergesa-gesa menghampiri Suaminya yang terlihat murka
" Tanyakan sendiri pada anakmu. Bagaimana bisa Ia membiarkan anak-anak itu hilang dari pandangannya. Tak tahukah Ia, di luar sana banyak bahaya yang mengancam " ujar kakek berwajah seram itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Li Qiao Feng (hiatus)
Historical Fiction# 999 in historical fiction (03 Mei 2018 ) ? 😁 Kisah ini terjadi sekitar tahun 234M dimana Era ini di kenal luas sebagai zaman 3 negara (Wei,Wu,Shu). Ini adalah Era penghujung dinasti Han, disaat tiongkok terpecah menjadi 3 negara yang saling ber...