" Kau sudah sadar? "
Suara itu berhasil mengalihkan pandangan Qiao Feng.
Seorang kakek tua dan seorang pemuda tampan terlihat di pintu masuk.
Kakek tua itu perlahan memasuki ruangan. Sedangkan sang pemuda menatapnya dengan tatapan yang menusuk. Seolah ia ingin menyakiti Qiao Feng hanya dengan tatapannya.
" Jinhae... kemarilah... " pemuda itu menampakan sebuah senyuman di wajahnya, tetapi dari nada suaranya, semua orang tau, jika kini ia sedang berusaha menahan amarah.
Ia benar-benar kesal melihat tangan adik kesayangannya di cengkram dengan kasar oleh Qiao Feng. JIka bukan karena Jinhae bilang bahwa anak ini penyelamat hidupnya, Junjie pasti sudah memotong tangan kurang ajarnya itu.
Qiao Feng tersadar. Ia melepaskan cengkraman tangannya dari sang anak.
Anak kecil yang di panggil Jinhae itu memegang pergelangan tangannya yang memerah.
Ia menatap wajah si pemuda yang memanggilnya tadi. Tanpa berkata apapun ia berbalik. Mengacuhkan sepenuhnya seruan sang kakak. Dan malah melakukan sesuatu yang tidak terduga. Ia mengelap keringat yang bercucuran di kening Qiao Feng dengan menggunakan sebuah handuk kecil.
Qiao Feng terkejut. Ia sedikit menarik kepalanya kebelakang. Membuat anak kecil itu kesulitan menjangkau keningnnya.
Anak kecil itu cemberut tapi ia tak habis akal. Jinhae berusaha naik ke atas tempat tidur. Dengan susah payah ia berhasil. Masih tetap bungkam seribu bahasa, Ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Mengelap kening Qiao Feng yang berkeringat.
Qiao Feng tak bisa mundur lebih jauh. Ia pasrah menerima perlakuan anak kecil ini.
Alis Junjie mengerut. Ia nampaknya semakin tak suka dengan keberadaan bocah ini.
" BRAKKKK "
" Jinhae... ayo ikut aku ke halaman belakang! "
Dengan kasar. Tanpa kata permisi ataupun tatakrama yang sepatutnya. Boxin menerobos masuk ke dalam kamar. Begitu matanya bertemu dengan wajah Qiao Feng, ia pun reflex bertanya
" Ouw, kau sudah bangun?! "
Tanpa menunggu jawaban, Boxin segera mendekati tempat tidur. Di sana ia lihat sang adik sedang memegang sebuah handuk kecil. Ia sepertinya melakukan kegiatan rutinnya. Mengelap kening si bocah asing. itu lah yang dilakukannya setiap hari di tempat ini. Tanpa pernah bosan, tak pernah lelah, apalagi mengeluh.
" Namaku Boxin, sebagai kakak dari Jinhae, adikku tersayang, aku ingin mengucapkan terimakasih kepadamu. Berkat kau, adikku selamat. Sekali lagi terimakasih " Boxin membungkukkan badannnya sebagai tanda hormat.
Bukan hanya Qiao Feng. Si tua Liu Shousan dan si tampan Junjie memandang lekat ke arah Boxin. Mereka tak menyangka anak sombong yang suka seenaknya sendiri itu ternyata bisa bersikap layaknya seorang pria sejati.
" Junjie, lihatlah adik-adikmu. Kau seharusnya mencontoh mereka. Mereka benar-benar tahu bagaimana cara memperlakukan orang yang telah berjasa pada mereka " ucap Liu shousan. Sebuah senyuman lebar mengembang di bibirnya.
" hahhhhhhhh... H A I.. H A I... H A I.... " Junjie menghembuskan nafas panjang.
Dengan setengah terpaksa ia menghampiri dipan tempat Qiao Feng berbaring, lalu membungkukkan badannya seperti yang Boxin lakukan dan berkata
" Terima kasih. Kau telah menyelamatkan adik-adik ku" ucapnya datar.
Guru Liu pikir kejadian Ini benar-benar menarik. Tingkah mereka sangat tak biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Li Qiao Feng (hiatus)
Historische Romane# 999 in historical fiction (03 Mei 2018 ) ? 😁 Kisah ini terjadi sekitar tahun 234M dimana Era ini di kenal luas sebagai zaman 3 negara (Wei,Wu,Shu). Ini adalah Era penghujung dinasti Han, disaat tiongkok terpecah menjadi 3 negara yang saling ber...