Chapter 21

2.1K 239 0
                                    


"BUGGGGG"

Tubuh para tentara kerajaan Shu yang tiba-tiba terhempas, mengenai Jianguo dan Teng Fei. Masing-masing dari mereka ikut terlempar dan jatuh ke tanah. Di situasi yang membingungkan itu. siluet dua orang pria berbadan tinggi besar berdiri di tengah kekacauan. Salah satu nya berambut panjang terurai dengan kipas putih di tangan kanannya. Usianya kira-kira sudah setengah abad. Sementara di sampingnya berdiri seorang pria tinggi besar dengan wajah kaku tetapi memiliki pesona ketampanannya sendiri. Hidung mancung dan dagu belahnya sangat cocok dengan parasnya yang rupawan.

" Wolong, nampaknya kekhawatiranmu memang benar. Jendral Fei mampu menebak pergerakan kita. Adanya ia disini membuktikan segalanya" ujar si pria muda berdagu belah

" Hmppp benar sekali. Dan sepertinya saranmu kali ini juga sangat tepat Jiang Wei " balas si pria tua berambut panjang.

Kedua orang pria bertubuh tinggi besar itu kini sedang menatap langsung ke arah Jendral Teng Fei yang terpental. Kedua orang itu menunggu kawan dan lawannya untuk bangkit.

Ketika melihat kedua sosok orang yang amat mereka kenal. Semua pasukan kerajaan Shu. Baik itu para pemanah. Pasukan berpedang dan para pasukan yang terpental, semuanya secara serentak langsung berlutut dan memberikan penghormatan kepada sang Perdana Mentri dan Jendral muda.

Tetapi bukannya memberikan izin para pasukannya untuk berdiri, Si pria tua berambut panjang itu justru mulai membuka mulut dan berbicara

" DASAR SEKUMPULAN PECUNDANG TAK TAHU MALU "

" Kerajaan Shu tidak memerlukan para prajurit pengecut seperti kalian yang gemetar ketakutan hanya karena mendengar nama musuh"

" Jika kalian memang tak sanggup untuk bertarung, aku akan dengan senang hati mengambil nyawa kalian dengan tanganku sendiri" suaranya begitu dalam, rendah dan penuh dengan aura berat yang menekan.

Otot-otot para prajurit kerajaan Shu langsung menegang, wajah mereka pucat pasi. Keringat dingin mengucur deras di sekujur tubuh. Tak ada satupun dari mereka yang berani mengangkat kepala untuk menatap langsung wajah sang Perdana Mentri.

Beberapa detik berlalu bagaikan berjam-jam. Tak ada jawaban yang terlontar dari mulut para prajurit. Di dalam hati, mereka mengakui kelemahan dan kesalahan masing-masing karena telah gentar dan takut oleh musuh. Jadi tak ada satupun dari mereka yang berani menyanggah pernyataan pria tua itu. Jangankan untuk berbicara, untuk bernafaspun mereka kesulitan, karena takut suara nafasnya akan terdengar dan menarik perhatian sang Perdana Mentri.

" Sreengggg " pria muda dengan dagu terbelah mengeluarkan pedang dari 'saya-nya'

" Tak ada pembelaan?"

"Sepertinya kalian menerima kesalahan dan siap menerima hukuman " ucapnya dengan nada yang sangat ringan. 'Hukuman' yang ia maksud sudah jelas artinya adalah 'kematian' tapi pembawaan dan nada suarannya yang santai Seolah sedang membicarakan tentang sekumpulan barang bekas yang siap di buang. Bukan tentang sekumpulan nyawa para prajurit.

Rupanya pusat dari kekacauan ini adalah dua orang asing yang baru tiba itu. Sepertinya mereka tiba di arena pertempuran hanya beberapa detik sebelum Jianguo dan jendral Fei tiba. Lalu menghempaskan tubuh para prajuritnya sendiri tanpa ampun karena kesal. Jianguo sangat mengenal orang berambut panjang yang di panggil 'wolong'. ia tak lain adalah Zhuge Liang sang 'naga tidur'. Sementara pria muda yang berada di sampingnya tak bisa ia kenali.

Tak ada satu pun dari kedua orang itu yang memperdulikan keberadaaan Jianguo. Mereka hanya memusatkan perhatian ke arah Jendral Fei dan para pasukan Kerajaan Shu. Mereka melewatkan ekspresi keterkejutan yang Nampak Jelas di wajah Jianguo.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang