Chapter 27

2.2K 276 57
                                    


" sstttt "

Pedang kecil yang Qiao Feng arah kan ke tubuh pria di hadapannya itu tiba-tiba saja terhenti di udara.

" Terlalu cepat 100 tahun bagimu untuk bisa membunuhku " ucap pria yang tadi terbaring itu. Rupanya ia sudah terbangun atau memang dari awal ia tak tertidur sama sekali, Qiao Feng tak tahu pasti. Suaranya yang dalam dan khas memberikan tusukan tersendiri bagi Qiao Feng.

Tangannya yang besar dan kuat memegang pergelangan tangan Qiao Feng erat-erat. Qiao Feng merasa kesakitan. Tetapi ia Gengsi untuk mengakui kelemahannya. Ia hanya menarik lengannya itu sekuat tenaga. Berusaha membebaskan dirinya dari cengkraman kuat musuh.

" Putri kecil tak pantas membawa sebuah pisau. Apalagi berusaha menggunakannya untuk membunuh orang. Itu tindakan yang tak terpuji. Ck...ck...ck... " ucap pria itu santai. Seolah ia sedang menceramahi muridnya yang nakal.

Qiao Feng melotot tajam kearahnya.

" LEPASKAN TANGANKU " ucapnya kesal

" Agar kau bisa membunuhku? Tentu saja tidak nona muda " bantah pria itu

" Kenapa kau membawaku? Apa yang kau inginkan? tanya Qiao Feng.

" Entahlah. Andai saja aku tahu jawabannya" nada bicaranya yang dari semenjak tadi terdengar santai. Menyulut emosi Qiao Feng. Ia merasa sedang di permainkan. Kemarahannya pun tak terbendung, Ia berteriak dengan penuh keputusasaan

" KALAU BEGITU, BIARKAN AKU PERGI. AKU INGIN BERSAMA KEDUA ORANG TUAKU "

Mendengar nada bicara Qiao Feng yang semakin tinggi, pria itu mengerutkan alisnya, lalu ia menjawab dengan nada yang sama kerasnya.

" DIAMLAH. Bukan hanya kau satu-satunya orang yang kesal disini. Satu hal lagi, lupakan orang tuamu. Mereka sudah mati" Ucapnya sembari melepaskan genggaman tangannya dengan kasar.

Qiao Feng kembali memandang tajam ke arah pria itu. kebenciannya semakin memuncak. Qiao Feng tahu benar bahwa kedua orang tuanya kini telah tiada. Dan pria itulah yang telah menjadi salah satu penyebab kematian ayahnya. Jika ia bisa, Qiao Feng ingin sekali merobek wajah tampan dan mulut kasarnya itu hingga terkoyak.

" Oh, demi tuhan. Hentikan tatapanmu itu. kau tak kan bisa membunuhku hanya dengan memelototiku " ucap pria tinggi ramping itu. Masih terdengar sedikit kekesalan dalam nada suaranya.

" Terimalah. Anggap saja kau dan aku terjebak dalam takdir yang terpaksa harus kita jalani " tambahnya kemudian.

Qiao Feng diam. Ia tak menanggapi perkataan pria itu. Matanya yang setajam elang masih memandang lekat pria muda yang ada di hadapannya.

" Tidurlah! Dan biarkan juga aku tidur. Jangan coba-coba untuk membunuhku. Kau tahu itu percuma. Biarkan aku istirahat. Ini hari yang sangat melelahkan" keluhnya

Pria itu kembali berbaring. Ia tampak kurang nyaman dengan posisi tidurnya. Tanpa sadar, ia hampir beberapa kali mengganti posisi tidurnya dengan cara menyamping, tetapi luka di perut bagian kanannya dan luka di tangan kirinya membuat ia meringis kesakitan. Dan akhirnya ia pun terpaksa mengurungkan niatnya itu.

Pada malam itu, Qiao Feng tak tidur. Ia duduk bersandar di bawah pohon, tak jauh dari tempat dimana pria itu berbaring. Posisi kakinya menekuk, sejajar dengan dada. Ia memeluk kedua kakinya untuk menghalangi udara dingin yang menghembus keras sekujur tubuhnya. Dagunya ia topang di atas kedua lengan yang melingkari lututnya. Qiao Feng Terus saja memandangi pria kasar itu. berusaha mencari kelemahan yang bisa ia manfaat kan.

Racun terbukti gagal membunuhnya, luka-luka di tubuh pria itu juga tampaknya tak terlalu berpengaruh untuknya. Dan serangan tiba-tiba yang berusaha ia lakukan tadi pun bisa dengan mudah di hentikan olehnya. Musuh yang ada di hadapan Qiao Feng ini memang bukan orang biasa. Selama memikirkan semua itu, tak terasa pagi menjelang. Di sepertiga malam, tanpa sadar Qiao Feng rupanya tertidur. Dan ia terbangun saat kicauan burung bernyanyi riang di atas pohon tempatnya bernaung. Qiao Feng terlonjak, dan segera melihat kesekelilingnya.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang