Chapter 10

1.9K 244 0
                                    


Ketika semua barang bawaan sudah naik ke gerobak. Keluarga LI pun memulai perjalanan mereka menuruni Gunung.

Beberapa jam waktu berselang. Kini bulan telah beranjak dari tempatnya. Digantikan oleh mentari yang tengah bersiap membentangkan cahayanya. Saat itu keluarga Li baru tiba di dasar gunung. Dari situ di butuhkan waktu sekitar setengah hari bagi mereka untuk mencapai pusat kota Jinhau.

Benar kata anak mereka Qiao Feng. Ketika tiba di Jinhao, matahari sudah berada di puncak kepala. Pertanda bahwa sekarang sudah tengah hari. Untung saja sekarang musim gugur. Jadi cuacanya tidak terlalu panas.

Gerobak yang berisikan barang dagangan, mereka simpan di pojok jalan. Tak jauh dari Jalan utama. Jianguo meminta anak dan istrinya menunggu disana. Sementara ia pergi mencari lahan kosong tempat untuk mereka berjualan.

_ _ _

' Ada yang aneh dengan situasi kota saat ini ' pikir Jianguo

Dari semenjak tadi, mereka sering sekali berpapasan dengan para tentara. Bukan hanya 1 kali. Lebih dari 3 rombongan tentara telah mereka temui. Suasana pasar yang biasanya ramai pun kini terbilang sepi. Banyak lapa-lapak yang tidak berjualan. Dan rumah-rumah penduduk semuanya tertutup rapat. Hampir tidak ada satupun jendela rumah yang terbuka.

' Pasti sedang terjadi sesuatu ' Jianguo menyimpulkan.

Beberapa saat kemudian, dia pun menghampiri seorang kakek tua yang sedang bersiap untuk menutup lapaknya. Ia lalu bertanya

" Mmm... Permisi tuan, hari masih siang. udara tidak terlalu panas, dan daganganmu nampaknya masih banyak. Kenapa gerangan anda malah bersiap menutup toko? Bukankah masih banyak waktu sebelum matahari terbenam? " Tanya Jianguo

" Tuan dari mana asalmu? Apakah anda seorang pendatang?" Tanya si pedagang tua.

"Tak tahukah anda? Beberapa minggu yang lalu terjadi peperangan di perbatasan kota TIan Shui. Dan sekarang kota itu telah sepenuhnnya di kuasai oleh musuh. Menurut kabar yang beredar, target sebenarnya kerajaan Shu adalah kota Chiang Nan. Dan bisa di pastikan, kalau kota ini pun akan menjadi tempat tujuan mereka yang selanjutnya. Sebelum mereka mencapai kota chiang Nan." lanjut kakek tua tadi.

" Menurut kabar yang beredar. Kaisar telah mengutus 12.000 prajurit pergi ke Tian Shui untuk merebut kota itu kembali. Mungkin dalam beberapa hari kedepan, para pasukan itu akan segra melewati kota ini." tambahnya.

Jianguo tersentak kaget.

Sudah ia duga. Sesuatu pasti sedang terjadi. Ini benar-benar di luar prediksinya. Waktu untuk turun gunung kali ini tidak tepat. Ini adalah waktu yang paling buruk. Dia harus segera mengajak keluarganya untuk kembali pikirnya.

" Tuan, apakah anda seorang pengelana?" Tanya si kakek tua.

" Sebaiknya segera lanjutkan perjalananmu. Jangan menetap di kota ini. Lihatlah sekeliling, suasana kota sudah mulai memanas. Para penduduk sudah banyak yang mengungsi ke kota lain. Dan para pasukan bantuan dari kota-kota terdekat sudah mulai berkumpul di kota ini. mereka sedang menunggu pasukan utama dari kerajaan untuk ikut bergabung merebut kembali kota Tian Shui. Hari ini pun hari terakhir kami berjualan. Kami akan segera ikut mengungsi ke kota yang lain "

'Pantas saja' pikir Jianguo. Dari tadi mereka sering sekali berpapasan dengan gerombolan tentara. Ternyata mereka para pasukan bantuan dari kota-kota terdekat.

'Ini benar-benar gawat'

'Perang pasti akan segera pecah' pikir jianguo

" Tuan, terima kasih untuk informasi dan peringatannya. Saya akan segera pergi meninggalkan kota ini."ujar Jianguo yang sekarang sedang menautkan kepalan dan telapak tangannya di depan. Sambil menganggukan kepala. Sebagai bentuk tanda hormat dan terimakasih kepada kakek tua tadi.

" Sekali lagi terima kasih" tambahnya.

Setelah berpamitan, Jianguo bersiap kembali menuju ke tempat keluarganya yang sedang menunggu gerobak di pojok jalan. Ketika tiba-tiba saja sebuah teriakan membuat adrenalinnya berpacu kencang.

"LARIIIIIII..... TENTARA PASUKAN SHU MENYERANG. SELAMATKAN DIRI KALIAN" teriak seorang pemuda berulang-ulang. Pemuda itu kini sedang berlari ke arahnya. Dengan langkah yang terburu-buru.

" Tuan, jangan diam saja. Ayo cepat lari. Selamatkan dirimu. Tentara kerajaan Shu sudah masuk ke kota ini. Jumlah mereka semakin bertambah. Para pasukan bantuan kini sedang bertarung dengan mereka"

"Ayo cepat. Jumlah pasukan bantuan yang sedikit tak akan mampu menahan mereka terlalu lama. Cepatlah... jangan mengulur waktu lagi mereka sudah semakin dekat." Ujar pemuda yang sedang berlari tadi.

Bukannya mengikuti si pemuda untuk berlari menjauhi jalan utama. Jianguo justru mempercepat langkahnya menuju ke pojok jalan. Tempat dimana tadi ia meninggalkan keluarganya.

Keringat dingin kini membasahi telapak tangannya. Pikirannya tidak tenang. Jianguo hampir mencapai tempat tujuannya. Dan alangkah terkejutnya ia. Para tentara kerajaan Shu ternyata sudah tiba di jalan utama. Dan mereka sedang bertarung dengan pasukan bantuan kerajaan Wei.

Dadanya langsung berdegup kencang, otot-ototnya menegang. Matanya berkeliaran ke segala arah. Mencari tanda-tanda keberadaan istri dan anak perempuannya ditengah hiruk pikuk yang ada

Bukan hanya telapak tangan. Sekujur tubuhnya kini berkeringat dingin. Ia tak melihat sedikitpun tanda-tanda dari keberadaan mereka. Hanya ada gerobak dagangan mereka saja yang kini sudah terguling dan barangnya berserakan di tanah.

'Dimana mereka?' tanyanya dalam hati

'Semoga mereka berhasil melarikan diri..' harapnya.

Jianguo melanjutkan pencariannya. Suasana kini semakin kacau. Jumlah tentara bantuan tidak sebanding dengan jumlah tentara musuh yang terus berdatangan. Satu persatu tentara kerajaan Wei mulai berjatuhan.

Hatinya kini semakin tak tenang. Keluarganya masih belum ditemukan.

Ketika ia bersiap pergi ke arah lain, matanya menangkap sebuah kilatan samar dari arah timur jalan utama. Saat itulah dia melihat sebuah peristiwa mengerikan terjadi tepat di hadapan matanya. Sebuah peristiwa yang membangkitkan sisi hewan buas yang tertidur dalam tubuhnya.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang