Chapter 13

2K 258 1
                                    

Jianguo terbang meluncur secepat kilat. Berusaha menuju ke tempat anak dan istrinya yang kini berada di ujung jalan.

Adrenalinnya berpacu kencang. Baru saja ia melihat sebuah adegan paling mengerikan terpampang di hadapannya.

Puluhan anak panah tiba-tiba saja meluncur dari arah barat. Tempat para pasukan kerajaan Shu datang menyerbu. Dan salah satu anak panah itu mengenai tubuh seorang perempuan muda cantik yang sedang berlari bersama seorang anak kecil yang tampan.

Mereka adalah anak dan istrinya. Panah itu jatuh dan mengenai tubuh sang istri.

Ketika ia melihat hal itu, ia merasa seolah-olah ada panah serupa yang jatuh menimpa dirinya. Jianguo jatuh terduduk menyaksikan adegan itu. ia merasakan rasa sakit menusuk jantungnya. Seolah-olah malaikat maut sedang menarik paksa setengah bagian jiwanya.

Jianguo mengernyit kesakitan. Ia masih dalam posisi terduduk ketika ia melihat para tentara Wei berhasil di pukul mundur. Dan sekarang medan pertarungan semakin mendekat kearah anak dan istrinya.

Otot-otot tubuhya menegang, matanya terbelalak.

' ini bukan waktunya untuk melemah ' pikirnya

Jianguo segera bangkit dan meluncur ke arah anak dan istrinya.

_ _ _

Para tentara bantuan kini semakin terdesak. Jumlah mereka tak sebanding dengan musuh. Lawan ternyata melakukan serangan mendadak untuk yang kedua kalinya, setelah mereka melakukan penyerbuan yang serupa ke kota Tian Shui.

Para tentara yang jelas kalah telak, tak menyerah begitu saja. Mereka terus melawan, berusaha untuk mengulur waktu. Memberikan kesempatan kepada para penduduk yang belum mengungsi untuk bisa kabur. Menyelamatkan diri.

Jika nyawa mereka bisa menyelamatkan satu saja nyawa penduduk, maka mereka rela jika harus mati di medan perang ini.

Jumlah tentara yang gugur semakin bertambah. Tetapi para tentara yang masih bertahan bisa bernafas lega. Karena para penduduk sepertinya sudah berhasil melarikan diri.

Mereka bersiap untuk mundur, ketika tiba-tiba saja mereka melihat seorang anak kecil sedang memeluk erat tubuh seorang wanita. Sepertinya wanita itu adalah ibunya yang telah mati.

' Anak kecil itu dalam bahaya, kita harus segera membawanya pergi dan mundur sebisa mungkin ' pikir salah seorang tentara.

Ketika tentara itu hendak menuju kearah si anak, tiba-tiba saja sebuah kilatan bayangan melintas di hadapannya. Dan bayangan itu kini berdiri tepat di depan anak dan wanita muda itu.

Bahkan dari jarak sejauh ini. Tentara itu bisa merasakan, ada sebuah aura berbahaya yang mengalir dari sosok pria tinggi besar berjambang lebat yang baru muncul itu.

_ _ _

Beberapa jam yang lalu, di kota Seishu

" Jendral Peng, siapkan kudamu. Kau akan ikut denganku ke kota Jinhau " Ujar seorang pria berbadan tinggi besar yang baru saja memasuki tenda utama. Tempat para Jendral berkumpul untuk mengatur strategi.

Jendral Peng, Jendral Hui, Jendral Ying dan Jendral Fang yang sedang rapat pembahasan strategi perang, kini mengalihkan pandangan mereka ke arah pria yang baru memasuki tenda itu. Pria berbadan tinggi kekar itu tak lain adalah Jendral besar Teng Fei.

" Ada apa Jendral? Bukankah kita berencana untuk pergi kesana di saat pagi menjelang? Ini masih tengah malam. Alangkah baiknya kita membiarkan para tentara beristirahat." Ujar Jendral Hui penuh dengan tanda Tanya.

" Tidak. Kau salah paham Jendral Hui "

" Kau, Jendral Fang, dan Jendral Ying akan tetap disini. Memimpin para pasukan untuk melanjutkan perjalanan esok pagi sesuai dengan rencana. Hanya aku dan Jendral Peng yang akan pergi ke Jinhau terlebih dahulu " Ujar Jendral Teng Fei

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang