Chapter 17

1.8K 242 0
                                    



" JLEB "


suara tusukan panah terdengar jelas di telinganya. Matanya kini tertutup rapat, ia duduk dengan posisi badan tegak lurus. Ketegangan memenuhi urat-urat syarafnya. Ia tahu, kali ini panah nyasar tersebut berhasil menembus sasarannya.

' Apa aku terlambat menghindar? ' Tanya Qiao Feng dalam hati.

Ia tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri. Ia mulai merasakan sebuah sensasi aneh yang menyebar di tubuhnya.

Qiao Feng masih memejamkan mata. Anak pemberani itu tak mampu menghadapi kenyataan yang ada di hadapannya.

' SIAL... apa kali ini aku akan mati? '  tanyanya kepada diri sendiri

Pikirannya dipenuhi oleh adegan kematian sang ibu beberapa saat yang lalu. Bayangan tentang wajah pucat dan raut kesakitan yang ibunya rasakan, kini terlintas di benaknya.

' Apa aku akan mati sama sepertimu bu?' pertanyaaan tak terucap itu menggantung di kerongkongannya.

Qiao Feng tahu, racun yang di oleskan pada anak panah yang mereka gunakan merupakan jenis racun yang sangat berbahaya. Racun itu mampu membunuh ibunya hanya beberapa saat setelah ia tertusuk.

Qiao Feng mau tak mau harus menerima kenyataan. Ia menyiapkan hati dan pikirannya untuk menghadapi rasa sakit yang akan tubuhnya rasakan.

Beberapa detik yang berlalu terasa bagaikan berjam-jam. Ia masih belum merasakan rasa sakit itu, hanya saja dadanya kini mulai sesak.

' Apa penyebarannya racunnya sudah di mulai? '  tanyanya dalam hati.

Alarm di tubuhnya kini mulai menyala, memberi tahu bahwa tubuhnya kekurangan suplay oksigen. Cadangan udara di paru-parunya mulai menipis. Dadanya semakin sesak. Dan ia kesulitan untuk bernafas.

Keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya

' Ternyata memang sudah di mulai '  pikirnya

Otot yang menegang, Kesulitan bernafas dan keringat yang lebih dari biasanya merupakan tanda-tanda umum dari racun yang mulai menyebar di tubuh. Mungkin kini bibirnya sudah mulai membiru sama seperti ibunya.

Qiao Feng tahu waktu hidupnya kini hanya tinggal beberapa saat lagi sebelum racun yang berada di aliran darahnya itu sampai ke jantung. Ia pasrah menerima takdirnya. Tetapi ada satu hal yang membebani fikirannya

kenapa dirinya tidak merasakan rasa sakit akibat tusukan dari panah itu? 

Qiao Feng masih bertanya-tanya dalam hati, tetapi ia ingat. Tubuhnya sudah biasa menahan rasa sakit, separah apapun itu. Dan tusukan dari sebuah anak panah kecil bisa dianggap merupakan luka ringan untuknya. Meskipun begitu, rasa sakit akibat panah yang tiba-tiba menusuk seharusnya masih bisa ia rasakan meskipun sedikit. Tetapi kini ia tak merasakan hal itu sama sekali.

Apa ketegangan besar yang menyelimuti jiwa dan raganya menyebabkan rasa sakit itu terabaikan?

' Ya... pasti seperti itu' simpulnya dalam hati.

Ia terbiasa bersikap tenang dalam menghadapi situasi seperti apapun, bahkan ketika tubuhnya terluka, ia bisa mengatur Pikirannya agar bisa tetap focus menyelesaikan masalah dan menahan rasa sakitnya untuk sementara waktu.

Tetapi kali ini situasinya berbeda. Semua kejadian dan peristiwa buruk yang terjadi di hadapannya membuat ia kehilangan kontrol atas kendali tubuh dan pikirannya. Membuat ia beraksi hanya dengan instingnya.

Begitupula dengan rasa tegang yang muncul begitu saja, jelas ia tak bisa mengendalikannya. Nampaknya besarnya ketegangan yang dirasakan telah membuat ia semakin kebal terhadap rasa sakit. Sehingga membuatnya tidak bisa merasakan apapun selain dari tanda-tanda racun yang menyebar.

Ia bersyukur karena ia tidak harus terlalu menderita menghadapi kematian yang akan segera menghampirinya. Tetapi sebuah pertanyaan tiba-tiba terlintas di benaknya.

Apa ibunya juga merasakan hal yang sama ketika ajal menjemputnya?

Hanya beberapa detik berselang sebelum ia sadar jawaban atas pertanyaannya itu.

' Bodohnya aku. Sudah jelas, jika ibu pasti merasa lebih tersiksa. Raganya tak sekuat diriku. Rasa sakit yang teramat sangat pasti memenuhi sekujur tubuhnya '

Kenyataan itu membuatnya sangat sedih. Andai saja ia bisa bertukar tubuh. Ia lebih dari bersedia, untuk menanggung rasa sakit yang ibunya rasakan.

Tetapi masa lalu tetaplah masa lalu. Dan ia tak bisa kembali mengulang kejadian itu. ia hanya bisa menghadapi kenyataan yang ada di hadapannya sekarang. Waktu hidupnya mungkin hanya tinggal beberapa detik lagi. Dan Dewa kematian akan segera datang menghampirinya.

Qiao Feng tidak takut. Ia tahu, ia akan mati. Tetapi ia tidak akan kesepian, Ibunya sedang menunggunya di gerbang surga. Mereka akan bisa kembali bersama-sama. Kematian tak akan bisa memisahkan mereka.

Sebuah senyuman tiba-tiba saja terbentuk di bibir kecilnya yang mungil.

Kini ia sepenuhnya siap menyambut kematian yang akan segera datang.

.

.

.

"QIAO FENG"



Sebuah teriakan keras yang dipenuhi oleh Aliran Qi membuat Qiao Feng terkejut. Tanpa sadar ia telah membuka matanya.

Dari jauh, seorang pria berjanggut lebat sedang menatapnya dengan wajah penuh kekhawatiran.


" Ayah...."  Gumaman lembut meluncur dari mulut Qiao Feng.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang