Chapter 23

1.9K 236 9
                                    

Teng Fei tersentak kaget.

' Apa aku tak salah dengar? Apa sebenarnya yang ada dalam isi kepala orang-orang ini? ' Tanya Teng Fei dalam hati.

Matanya tak lepas dari kedua orang yang jadi pusat perhatian itu.

Yang satu adalah seorang pria berjanggut lebat. Yang penuh dengan keyakinan dan tanpa rasa takut baru saja mengatakan bahwa ia akan menghabisi semua orang yang ada disini. Tapi anehnya tak sedikit pun nafsu membunuh terpancar dari auranya. Sangat berbeda dengan kejadian beberapa saat yang lalu.

Sedangkan pria yang satunya adalah seorang penasihat militer sekaligus perdana mentri Shu Han. Yakni Zhuge Liang si Naga Tidur. Ia mendapatkan sebuah pernyataan perang dari adiknya. Tetapi bukannya amarah atau kemurkaan yang ia tunjukan, melainkan sebuah senyuman yang tersungging diantara kumis lebatnya. Raut wajahnya begitu tenang. Seolah-olah ia sudah bisa menebak tindakan yang akan diambil adiknya itu.

Teng Fei benar-benar heran, bagaimana bisa kedua orang ini memperbincangkan masalah serius dengan pembawaan,ekspresi dan suara yang tenang. Seakan semua ini hanya masalah sepele.

'Orang-orang ini sudah tidak waras ' umpat Teng Fei dalam hati

_ _ _

" Dimana pedang-mu? " Tanya Zhuge Liang

" Entahlah, tadi aku meninggalkannya di gerobak jualan yang kami bawa. Sayangnya gerobak itu telah hancur dan isinya berserakan di jalan " Jawab Jianguo.

Perbincangan mereka masih terdengar santai

" Hmmpp, begitukah? Kalau begitu ayo kita periksa. Pedang itu begitu mencolok dan aku belum melihat seorangpun membawanya. Kalau beruntung, pedangmu mungkin masih ada disana " ujar Zhuge Liang

Jianguo berpikir sejenak. Ucapan kakaknya memang masuk akal. Mungkin memang belum ada seorangpun yang memungutnya. Lagipula, pedang itu ia bungkus dengan kain hitam yang cukup tebal. Dan orang-orang pasti tak-kan menyangka jika isi gulungan kain hitam itu adalah sebuah pedang.

Jianguo kemudian mengangguk. Menyatakan persetujuan atas ide sang kakak. Lalu ia memandu jalan ke tempat dimana gerobak miliknya terguling.

Jianguo dan Zhuge Liang telah sampai ke tempat yang mereka tuju. Berbagai macam tanaman obat, buah-buahan, hewan buruan dan barang jualan lainnya berserakan di jalan. Sebagian besar barang-barang itu telah hancur terinjak-injak.

Mata Jianguo berkelana sesaat, lalu pandangannya jatuh kearah gulungan kain hitam yang tertimpa sebagian body gerobak yang terguling. Ia segera menuju kesana, lalu mengangkat gulungan kain hitam itu dari tempatnya terjepit tadi. Ketika beban berat dari gulungan kain itu terasa di tangannya, tanpa sadar mulutnya membentuk sebuah senyum simpul.

Mata tajam Zhuge Liang segera menangkap perubahan mimik wajah sang adik. Ia tahu, dibalik gulungan kain hitam itu terdapat benda yang mereka cari.

" Bukalah! " ucap Zhuge Liang. Ada nada tak sabar dari suaranya. Jelas ia sangat menantikan moment ini.

Tanpa diminta dua kali, Jianguo pun segera membuka gulungan kain hitam yang melilit pedangnya sedikit demi sedikit. Lalu tak berapa lama, nampaklah sebuah pedang hitam panjang besar . Ditengah 'saya'-nya terdapat sebuah ukiran indah yang dibubuhkan dengan tinta emas. 'Tsuka'-nya pun berwarna senada. Benar-benar pedang yang cantik sekali. Terlihat tangguh dan elegan.

Zhuge Liang meraba ukiran yang terbentuk di sarung pedang itu, lalu ia mengalihkan tatapannya kearah sang adik sambil berkata

" Bolehkah ? " tanyanya

Jianguo mengerti maksud sang kakak. Ia kemudian menyerahkan kuroichi miliknya kepada Zhuge Liang yang segera menyambut pedang itu dengan tangan terbuka.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang