Chapter 32

1.8K 247 69
                                    

Maaf ya temen-temen, updatenya ngga sesuai janji 😁

Biasalah pengarangnya PHP 😜

Untuk menyesuaikan dengan chapter terbaru ini, saya sedikit merubah cerita di chapter sebelumnya

Dikit banget aseliiii tapi pengaruhnya Gede
😅

Buat kalian yang mau baca ulang chapter sebelumnya 'Monggo'

Buat yang mau langsung lanjut juga 'Tak apeu'

Adegan apa coba yang berubah ???? kalo yang baca chapter kmarennya pake penghayatan pasti bisa tau 😉😉😉

_ _ _

Di ujung hutan, tepat di bawah, di pinggir sebuah sungai yang alirannya tak terlalu deras. Junjie melihat dua sosok anak yang sangat ia kenal.

Kedua anak itu saling berpelukan. Mereka tampak ketakutan melihat dua orang pria yang berada di dekat mereka. Sosok pria yang masih remaja, terlihat hanya mengenakan sebuah pakaian lapisan kedua di tengah malam musim gugur yang dingin ini, sedangkan Pria lainnya yang bertubuh tinggi tinggi dan tegap terlihat mengenakan sebuah pakaian yang berlumuran darah. Tangannya memegang sebuah pedang panjang. Ia kini sedang melihat kearah anak-anak itu.

Meskipun sepintas, Junjie tahu bahwa orang-orang asing itu bukanlah orang biasa. Mereka seorang pendekar yang terlatih. Mereka pastilah orang-orang yang dibahas oleh para pengawal khusus dalam surat terakhir mereka sebelum ajal menjemput.

Junjie merasakan alarm bahaya. Ia dan sang Guru segera meluncur secepat kilat.

Melewatkan waktu sedetik saja bisa beresiko kematian bagi anak-anak itu.

_ _ _

" JANGAN BERGERAK "

Para pengawal khusus tiba beberapa detik lebih awal sebelum pangeran Junjie dan Guru Liu sampai disana.

Untuk mengamankan para pangeran, mereka lebih memprioritaskan menangkap orang-orang mencurigakan ini terlebih dahulu.

" MINGGIR " ucap sang pria berwajah tampan. Ia mengeluarkan pedang yang masih terbungkus 'saya'-nya. Lalu mengacungkan benda tajam berwarna keperakan itu dengan posisi bertahan. Melihat dari pakaiannya yang berlumuran darah, Orang ini jelas merupakan tersangka utama dalam kasus kematian kawan-kawan mereka.

Dari suaranya yang tegas dan tak kenal rasa takut, para pengawal khusus itu tahu bahwa lawan mereka kali ini bukanlah orang biasa. Dia memiliki aura yang berbahaya.

" Turunkan pedangmu " kata sang Pengawal dengan sebuah luka di bawah matanya.

" Agar kalian bisa langsung menyerang kami? Humpph Jangan bercanda " Ucap pria berdagu belah itu. senyuman sinis terlihat mengembang dari bibirnya.

Bahkan setelah berada di bawah todongan pedang. Di kepung oleh orang yang jumlahnya dua kali lipat. Pria itu sama sekali tak terlihat punya niatan untuk menyerah. Ia Justru menguatkan genggaman pedangnya. Lalu dengan gerakan cepat, ia melakukan serangan dan berhasil menangkis semua pedang yang mengepungnya dari berbagai arah.

Li Qiao Feng (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang