" Ban Hok, katakan apa pendapatmu! Apa aku harus memarahi mereka atau aku pura-pura tak tahu? " Pria yang berada dalam tandu itu menyibakan tirai penutup yang menghalangi pandangannya. Ia bertanya pada seseorang yang sedang berkuda tepat di samping kanannya.
" Menurut pendapatku, Yang Mulia lebih baik menutup mata perihal masalah ini. Biarkan Pangeran Jinhae bergabung dengan pasukan. Itu akan menambah pengalaman bertarungnya. Lagi pula, pelanggarannya tak terlalu berat. Ia hanya bergabung setahun lebih awal. Bukankah anda juga telah menempatkan Pelindung bayangan tambahan untuk menjaganya? Para Jendral pun sudah di beritahu mengenai masalah ini. Hamba yakin, mereka pasti tak akan melepas pengawasan terhadap Pangeran "
" Begitukah?! " Jawab pria itu ragu. Ia tak habis pikir. Mengapa adiknya yang paling kecil itu selalu saja membuatnya cemas. Anak itu sebenarnya anak yang manis dan penurut. Tapi terkadang, sifat keras kepalanya itu membuat orang lain kelimpungan.
" Berapa lama lagi kita akan sampai ? " Tanyanya kemudian.
" Hanya sekitar 13 Lie lagi Yang Mulia. Hamba perkirakan, sore nanti kita sampai di Shin "
" Humphh.... " pria yang berada dalam tandu itu menghembuskan nafas berat.
Lelah. Benar-benar Lelah. Perjalanan ini sangat melelahkan. Berada di tandu seharian membuat seluruh badannya pegal. Ia lebih senang berkuda. Dan biasanya memang seperti itu. Tetapi Ban Hok, kapten istananya ini memaksanya menggunakan tandu. 'Untuk alasan keamanan' itu lah peringatan tegas darinya. Pria yang di panggil Yang Mulia itu mau tak mau menurut. Karena memang selama beberapa bulan terakhir, musuh telah mengirimkan para pembunuh bayaran. Bukan hanya sekali. Bukan hanya seorang. Selusin tersangka yang tertangkap bahkan telah di hukum mati. Dan berdasarkan perkiraan, teror pembunuh bayaran itu masih berlanjut. Yang Mulia Kaisar mau tak mau harus ikut bekerja sama demi keamanannya.
Rombongan kecil itu terus melanjutkan perjalanan. Satu bulan. Perjalanan ini lebih lama dari Yang mulia harapkan. Sabar... Ia harus sabar, hanya tinggal setengah hari lagi. Dan semua siksaan ini akan berakhir.
_ _ _
" Wei... Ayolah... Bukankah aku sudah meminta maaf? Aku sudah menceritakan semuanya? Aku terpaksa ok?! Aku hanya ingin menolong anak itu "
Di tengah hutan. Di pinggir sebuah danau kecil yang jernih dan indah. Feng masih terus berusaha membujuk Jiang Wei agar memaafkannya.
Wei menatap tajam wanita yang sekarang ada di hadapannya. Ada banyak. Banyak sekali hal yang ingin dia katakan. Sepatah dua patah kata tak kan cukup untuk membuat anak ini sadar, seberapa berbahayanya tindakan nya kali ini.
" LEPAS! " hardik Jiang Wei
" Huh? " Feng bertanya kebingungan
" Lepas bajumu. Mandi dan hapus riasan itu. Aku ingin dalam waktu 15 menit kau sudah ada di hadapanku dengan penampilan layaknya seorang prajurit " Ucapnya tegas.
" Apa kau gila? Maksudmu aku harus mandi di sini? Di danau ini? Di depanmu? Yang benar sa..."
" Feng! Aku tak ingin berdebat "
KAMU SEDANG MEMBACA
Li Qiao Feng (hiatus)
Historical Fiction# 999 in historical fiction (03 Mei 2018 ) ? 😁 Kisah ini terjadi sekitar tahun 234M dimana Era ini di kenal luas sebagai zaman 3 negara (Wei,Wu,Shu). Ini adalah Era penghujung dinasti Han, disaat tiongkok terpecah menjadi 3 negara yang saling ber...