6. Married?

97K 5.1K 363
                                    

   Dengan sekuat tenaga, Agil dan Ben menyiksa sasaran di depan mereka. Berbagai pukulan dan tendangan yang tidak termasuk dalam gerakan bela diri manapun dilayangkan mereka secara membabi buta kepada objek di depan mereka.

   Beginilah saat kedua sahabat itu sedang melampiaskan amarah mereka, kepada samsak tinju di depan mereka.

   Bukan, mereka bukan sedang berada di dalam sebuah gym yang merupakan tempat berlatih kick boxing para atlet professional maupun amatir, hanya sebuah tempat di bagian pojok belakang rumah Agil yang sengaja dibuatnya menyerupai sebuah sasana.

   Ruangan yang dari luar terlihat seperti sebuah bekas garasi itu berisikan dua buah samsak tinju yang digantung pada sisi kiri, bagian tengah terdapat ring tinju dan sisi kanan ruangan itu berisikan barang-barang yang tidak berguna, atau tidak ingin dipakai lagi oleh semua penghuni rumah. Dan anehnya barang-barang itu terusun rapi di dinding.

   "Jadi bokaplo ngomong apa?" tanya Agil sembari melayangkan kombinasi jab dengan tangan kirinya tiga kali lalu melanjutkannya dengan pukulan overhand keras dari tangan kanannya. Pukulan kanan itu yang membuat samsak tinju di hadapan Agil terayun dengan keras ke belakang.

   "Dia bilang," jawab Ben gantung saat lelaki itu mendaratkan tendangan samping ke arah samsak yang dipasangi foto wajah ayahnya sendiri. "gue cuman nginjek-injek harga dirinya doang. Padahal," lanjutnya yang kembali gantung saat Ben mendaratkan sikunya di sisi samping samsak.

   "Padahal apa?" tanya Agil yang menjejak samsak itu dengan keras, ngomong-ngomong samsak Agil dipasangi foto wajah sepupunya sendiri, Muhammad Gilang Febriansyah, sang mantan suami dari Oliv.

   "Padahal motor itu satu-satunya kebanggaan gue karena gue beli pake hasil keringet gue sendiri" ucap Ben yang kini memegangi samsak di depannya dengan kedua tangannya dan melayangkan lututnya dengan sangat keras berkali-kali, seakan benar-benar ingin menyiksa guling keras tak bersalah itu.

   "Ambil aja motor gue, besok gue beli lagi" ucap Agil santai sembari melayangkan pukulan bertubi-tubi ke bagian perut samsak di depannya.

   Ben meninju samsaknya dua kali dengan tangan kanan, pukulan asal-asalan tapi sangat bertenaga. "Lo ga ngerti Gil, ga segampang itu. Ini bukan cuman nyangkut harga diri, tapi tentang siapa gue di mata orangtua gue sendiri"

   "Jadi lo ga mau ngambil Ducati gue?" tanya Agil lagi sambil menyeringai tanpa menghentikan serangan demi serangannya kepada samsak tinjunya.

   "Ngga, gue temenan sama lo ga ngeharepin harta lo" ucap Ben dengan penuh keseriusan dan kesungguhan pada setiap kata yang ia ucapkan.

   "Terus apa yang lo harepin?" tanya Agil lagi, masih dengan memukul samsak itu keras-keras.

   Ben menahan samsak itu dengan kedua tangannya dan menoleh ke arah Agil dengan tatapan serius. "Adeklo" ucapnya sambil menyunggingkan senyuman selebar mungkin kepada Agil.

   Ben memang sudah lama menyukai Rea, namun entah mengapa Ben belum pernah menyatakan perasaannya kepada adik dari sahabatnya itu.

   Agil hanya tersenyum lalu kembali melancarkan kombinasi pukulan kepada samsak di depannya, begitu juga dengan Ben yang kembali menyiksa objek yang tergantung dengan rantai besi itu.

   "Bang, jadi mau nonton ngga?"

   Ben yang mendengar suara dari arah pintu ruangan yang terbuka ke atas itu langsung menghentikan aksinya dan menatap sumber suara itu sambil menyunggingkan senyum manisnya.

   "Hai Rea" sapa Ben kepada perempuan yang mengenakan celana jeans super pendek berwarna cokelat terang dan kaus putih kebesaran yang hampir menenggelamkan celana jeans itu, dengan handphone Agil yang tergenggam di tangannya.

Marrying Dear Teacher ✔ (Tersedia di Gramedia dan Shopee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang