24. Confession

57.1K 3.7K 265
                                    

   Seorang laki-laki dengan tubuh dipenuhi tattoo duduk di sofa yang berada dalam sebuah bangunan dengan segala macam pernak-pernik otomotif dan beberapa daun ganja kening juga ratusan gram heroin yang memadati pojok ruangan.

   Lelaki yang memegang pistol di tangan kirinya dengan tangan kanannya menaruh lintingan ganja kering ke pinggir asbak setelah dihisapnya, duduk manis memperhatikan penyiksaan seorang pria botak dengan jenggot panjang dan berat minimal di atas seratus kilogram.

   Rio, lelaki yang sedang menikmati pemandangan—atau lebih tepatnya penyiksaan—di depannya itu mulai merasa bosan dan menyuruh teman-temannya untuk berhenti memukulinya dengan pipa besi dan tongkat baseball.

   "Ada pesan-pesan terakhir?" tanya Rio yang kini sudah bangkit dan menempelkan ujung laras pistolnya tepat di kening lelaki bertubuh gemuk itu.

   Lelaki itu membuang ludah ke lantai, lebih tepatnya meludahkan darah segar yang cukup kental. "Lo bakal mati, cepat atau lambat orang-orang gue akan—"

   Dorr..

   "Hah? Apa lo bilang? Jangan mati dulu, lo belom selesai ngomong!" ucapnya sembari menyodok-nyodok perut lelaki gemuk yang kini sudah terbaring tak bernyawa berkat peluru yang menembus otaknya.

   Rio berdiri dan kembali ke tempat duduknya, mengisyaratkan agar teman-temannya mengurus mayat lelaki gemuk yang menjadi alasan mengapa selama ini pengiriman heroinnya selalu kurang. Jika dihitung-hitung, jumlah heroin yang orang itu curi dari Rio sudah mencapai dua puluh kilogram selama setahun terakhir.

   Ceklek..

   Pintu bangunan itu dibuka, sesosok wanita dengan backpacker, sweater hitam, skinny jeans dengan aksen belel dan juga sepatu ketsnya masuk lalu duduk di sebelah Rio. Dia mengambil alih lintingan ganja di tangan Rio, menghirupnya dalam satu kali hisapan panjang lalu menghembuskan asapnya secara perlahan ke udara.

   Wanita itu menatap Rio dengan ekspresi datarnya, mendapati Rio yang melihatnya dengan jengkel. "Bang, bagi duit."

   "Duit mulu, lo tau kan gue baru aja kecolongan dua puluh kilo?!" protes Rio kepada adik perempuan yang semalam diantar pulang oleh Agil itu.

   Wanita itu mengangguk. "Iya gue tau.. Bagi duit." ucapnya yang membuat Rio menatapnya sengit.

   "Lo bego apa gimana?" tanya Rio gantung sembari menempelkan ujung laras pistolnya kepada kepala Kyra. "Udah dibilang gue abis kecolongan, mau mati lo?!"

   "Ga mau, gue maunya duit."

   Rio pun mengacak rambutnya kesal dan merogoh empat lembar uang seratus ribuan dan memberikannya kepada Kyra. Setelah mendapat uang itu Kyra pergi meninggalkan Rio tanpa mengatakan apa-apa.

   Di luar bangunan terlihat Ben yang sedang memanaskan motor Kawasaki H-2 berwarna dark-silver metallic, motor yang memiliki mesin 1000cc bertipe Liquid-cooled  4-Stroke In-Line yang memiliki tenaga maksimum 147,2kW per 10.000 rpm yang baru saja didapatnya karena orang gemuk si pemilik motor itu baru saja mendapat lubang di kepalanya berkat peluru dari Rio.

   Ya, motor sport itu adalah milik si gendut yang ketahuan mencuri dari Rio, dan Rio memberikan motor itu kepada Ben dengan alasan dia kurang menyukai motor untuk dijadikan koleksinya.

   Ben yang tidak lolos pada tesnya di universitas pilihannya memilih untuk menganggur dulu satu tahun sebelum tes ulang di universitas lain, walau sebenarnya tidak sepenuhnya menganggur karena Ben juga ikut mengurus bisnis milik Rio. Kalian tau lah bisnis seperti apa.

   "Ben, anterin gue dong, udah telat nih." ucap Kyra yang langsung mendapat petsetujuan dari Ben. Akhirnya Ben pun mengantar Kyra ke kampus yang sama dengan Agil, walau di sini Kyra adalah seniornya.

Marrying Dear Teacher ✔ (Tersedia di Gramedia dan Shopee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang