Agil dan Amel baru saja keluar dari toko mainan, dengan sebuah robot berbentuk ultraman di tangan Amel mereka berjalan menuju tempat Agil memarkir mobilnya. Robot ultraman itu rencananya akan diberikan sebagai kado ulang tahun salah satu anak panti asuhan.
Agil tidak membawa mainan apapun karena di dalam bagasi mobil Agil sudah menyiapkan kotak berisikan PSP untuk anak itu.
Tapi sebuah mobil hitam yang sedari tadi sepertinya mengikuti mereka sangat menyita perhatian Agil.
Setelah Amel masuk, Agil langsung melajukan Audi R-8 nya menuju panti asuhan yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampus. Sesuai dugaan, mobil hitam tadi ikut berhenti agak jauh dari tempat Agil memarkir mobilnya. Agil sengaja membukakan Amel pintu dan berbisik di dekat wajahnya. "Lo sadar kan kita dinuntutin? Jangan liat kiri-kanan, atau malah belakang. Jalan aja terus sampe masuk ke dalam panti."
Agil melingkarkan satu tangannya di pundak Amel dan berjalan ke dalam panti asuhan. Sementara Amel sibuk mengucapkan selamat untuk si anak yang berulang tahun dan memberikan kado darinya juga dari Agil, Agil keluar dari pintu belakang dan berjalan memutar, berusaha tidak terlihat sampai akhirnya ia sampai di belakang mobil hitam yang sedari tadi membuntutinya.
Sepertinya orang-orang yang berada di dalam mobil itu tidak menyadari keberadaan Agil saat Agil mengambil gambar plat nomer belakang mobil itu dengan kamera ponselnya.
Setelah memastikan ia mengambil gambarnya, Agil mencabut salah satu pentil ban belakang mobil itu dan mengempeskannya sampai benar-benar tidak tersisa udara di sana.
Agil kembali ke panti asuhan dan berjalan dengan biasa bersama Amel masuk ke dalam mobil. Saat mobil Agil melaju meninggalkan panti asuhan, Agil tertawa melihat mobil itu terhenti saat baru saja digas.
"Emang itu siapa si?" tanya Amel yang terlihat khawatir menatap Agil.
Agil menoleh, mendapati wajah khawatir teman satu kelasnya yang terlihat, entahlah, terlalu imut untuk ukuran anak kuliahan. Agil mengacak rambutnya pelan. "Santai aja, paling cuman orang iseng." ucap Agil sembari menyunggingkan senyuman kepadanya.
Amel ikut tersenyum dan mengangguk.
Sepanjang jalan, Agil hanya tertawa kecil mendengar Amel yang mengoceh tentang apapun yang ingin ia katakan. Wanita yang saat pertama kali bertemu dengan Agil terlihat seperti bukan tipe yang banyak bicara, kini sangat bertolak belakang dengan kesan pertamanya. Sebenarnya Amel lebih cerewet dari dugaan Agil, mungkin wanita itu hanya cerewet pada orang-orang terdekatnya.
Mereka tiba di depan sebuah rumah dengan pagar yang terlihat sederhana namun apa yang terlihat sedang terparkir di dalam garasinya membuatnya tidak pantas dibilang sederhana. Toyota Alphard dan Mercedes-Benz S Class ditambah sebuah sepeda pemberian Agil waktu itu.
Amel melepas sabuk pengamannya. "Ga mau mampir dulu? Amel masih punya kue tart."
Agil menggeleng sambil tersenyum. "Gausah, ada yang mau gue urus. Lain kali aja. Salam buat bokap."
Bukannya Agil sok kenal dengan ayahnya Amel, hanya saja Agil sudah beberapa kali diundang untuk ikut makan malam di rumah Amel, mungkin berkat sepeda pemberian dari Agil. Sepertinya ayahnya tau barang seperti apa sepeda yang dibelikan Agil untuk Amel.
Setelah Amel turun dari mobil, Agil langsung melakukan mobilnya, berkutat dengan lalu lintas kota yang cukup padat sampai pada kediaman Rio Amendaniel.
Sepanjang jalan Agil masih mengingat-ingat tentang mobil hitam yang tadi membuntutinya.
Pikirannya hanya dua, kalau bukan Rudy ayahnya Oliv, mungkin saja Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Dear Teacher ✔ (Tersedia di Gramedia dan Shopee)
Fiksi Remaja#3 in TEEN FICTION (07-07-2017) Judul awal : Marrying Hot Teacher BUKU KETIGA [Ga perlu baca dua buku sebelumnya juga bisa ngikutin ceritanya] Agil Andika Pratama Bad boy, troublemaker, berjiwa bebas, hidup dalam aturannya sendir...