14. True Rival

70.7K 4.3K 203
                                    

   Besok adalah hari yang paling bersejarah dalam hidup Agil. Benar, besok adalah hari dimana ia akan menikah dengan Oliv. Kebahagiaan tentu saja memenuhi benak Agil, namun yang dilakukannya dari tiga jam lalu adalah duduk di atas genteng rumahnya sambil menikmati angin sepoi-sepi dan beberapa batang Marlboro merah.

   Memandangi burung-burung yang berterbangan pada sore hari ini, pejalan kaki yang melintas di depan rumahnya, kendaraan-kendaraan yang lewat, tetangga yang sedang menjemur beberapa pakaian dalam yang habis dicuci, semuanya terlihat dari atas sini. Entahlah, yang Agil pikirkan hanyalah mencari tempat yang antimainstream untuk merokok dan membayangkan hari bahagianya esok dengan Oliv sampai puas.

   Sampai sekarang Agil masih tersenyum-senyum sendiri jika mengingat besok adalah hari pernikahannya, dan giginya masih belum saja kering walau berkali-kali diterpa angin yang berhembus lumayan keras di atas genteng rumahnya itu.

   Drrtt.. Drrtt..

   Incoming calls, Rea

   "Kenapa?" tanya Agil sembari menghembuskan asap rokoknya.

   "Lo dimana sih bang? Dari tadi gue cariin lo gaada, padahal mobil sama motor lo ada di garasi" ucap Rea yang berjalan ke luar rumah dari pintu belakang, celangak-celunguk mencari keberadaan Agil

   "Gue di atas, ngapain nyari gue?"

   Rea mendongak dan langsung melotot. "Bang, ya ALLAH, lo ngapain nangkring di atas genteng gitu kayak monyet?! Lo mau mati? Kalo emang lo ga jadi mau nikah sama Oliv lo bilang aja, ga perlu pake cara ini juga!!!"

   "Bawel lo. Gue cuman mau ngerokok"

   "Gila lo ya! Turun cepet, ada yang nyariin lo dari tadi"

   "Siapa?"

   "Kak Gilang, anaknya om Danu"

   Ekspresi wajah Agil langsung berubah menjadi tidak tertarik sama sekali. "Bilang gue males ketemu"

   "Yaelah bocah banget si lo! Turun cepet atau gue laporin Oliv lo ngerokok di atas genteng"

   "Cepu banget si lo jadi adek, iya bentar gue turun"

   "Cepeta—" ucap Rea gantung karena sambungan sudah diputuskan oleh Agil. Agil menghisap kembali batang candunya sebelum mematikannya dan turun perlahan dengan menyururi jalannya naik tadi. Ternyata lebih susah turunnya dari pada naiknya.

   Setelah sampai bawah, Agil masuk ke dalam rumah dari pintu belakang dan berjalan ke ruang tamu dimana Gilang sudah duduk di sofa.

   Gilang menoleh saat mendengar langkah Agil. "Eh Agil, apa kab—"

   "Pergi lo, ga nerima pengemis di sini" ucap Agil dingin dengan ekspresi seriusnya.

   Gilang tersenyum dan bangkit, mendekat ke arah Agil dan menepuk-nepuk bahunya seakan menghilangkan debu di situ. Agil tidak merseponnya dan masih tetap menunjukan ekspresi dingin yang mengintimidasi.

   "Gue cuman mau ngucapin selamat aja buat lo yang besok mau nikah sama Oliv. Dulu kita pacaran lumayan lama sih, sekitar dua tahunan, katanya tante Berta si Oliv nangis kejer-kejer pas pulang dari pengadilan waktu kita cerai," ucap Gilang yang masih tidak digubris oleh Agil.

   "Yang mau gue bilang sama lo di sini, Oliv itu masih cinta sama gue, egonya aja yang kegedean karena sampe sekarang belum nerima gue. Gue bakal pastiin bakal bikin Oliv kembali jadi milik gue, karena lo cuman bocah ingusan yang berada di waktu dan tempat yang salah. Sedangkan gue, gue adalah cinta pertamanya Oliv. Tunggu aja, ga sampe seminggu pernikahan lo sama Oliv, dia bakal minta cerai dan gue pastiin dia akan balik lagi sama gue"

Marrying Dear Teacher ✔ (Tersedia di Gramedia dan Shopee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang