8. Another Mess

78.2K 4.4K 181
                                    

   Malam itu adalah malam yang berat bagi Agil maupun Rea. Ayahnya, Dharma Tri Atmadja baru saja pulang dari Abu Dhabi, dan malam harinya pria berusia empat puluh satu tahun itu sudah mendaratkan telapak tangannya di wajah Agil.

   Kalian masih ingat Rudy Pamungkas, ayah dari Olivia Larasati yang memiliki kerajaan bisnis di Indonesia dalam bidang perhotelan ternyata adalah mitra bisnis dari ayahnya Agil yang memiliki perusahaan minyak terbesar yang berlokasi di Abu Dhabi. Mereka berdua adalah teman akrab sewaktu duduk di bangku SMA dan hingga sekarang mereka saling bantu dalam hal bisnis. Setiap kali Dharma mengadakan proyek atau bahkan event besar-besaran, Rudy tidak pernah absen untuk membantu segala keperluan finansial, begitu juga sebaliknya.

   Dan tamparan keras di pipi Agil dari ayahnya disebabkan Rudy memberitahukan perilaku Agil yang sudah membuat anak buahnya babak belur, bahkan satu ada yang harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit kepada ayahnya. Dan yang lebih membuat Dharma tidak bisa menahan amarahnya adalah saat mengetahui itu semua dilakukan hanya untuk seorang janda bernama Olivia Larasati.

   Tentu saja, tidak akan ada orangtua di manapun yang akan senang mengetahui anaknya yang masih menginjak bangku SMA bermain-main dengan seorang janda, secantik apapun janda itu.

   "Kamu mau bikin malu papah? Apa ga cukup kelakuan kamu yang kayak berandalan di sekolah itu? Papah selama ini udah diam sama tingkah kamu yang kekanak-kanakan, sekarang kamu main-main sama janda?!" bentak Dharma kepada anak laki-lakinya yang menatap datar kepadanya.

   Agil—masih tanpa ekspresi—menatap balik sorot mata ayahnya yang penuh dengan amarah itu. Dia sedang tidak ingin beradu argumen dengan orangtuanya sendiri, biar bagaimanapun Agil tetap ingin menjadi contoh bagi adiknya dengan tidak menjadi anak yang durhaka yang selalu melawan omongan orangtua, karena Rea yang sedari tadi duduk di sofa harus melihat kejadian dimana kakak kesayangannya ditampar dengan sangat keras oleh ayahnya sendiri.

   "Maaf" ucap Agil datar tanpa ekspresi yang membuat emosi Dharma semakin meninggi.

   Plakk..

   Sebuah tamparan kembali mendarat di pipi Agil, namun lelaki itu tetap tidak menunjukan ekspresinya sama sekali. "Kamu kira kamu udah jadi jagoan, hah?! Kalo emang kamu mau jadi jagoan, buktiin sekarang!"

   "Maaf" ucap Agil yang tetap menatap lurus ke arah Dharma.

   Plakk...

   Tamparan ketiga, rona biru sudah tercetak jelas di pipi kiri Agil, namun anak itu tetap menatap lurus ke arah ayahnya yang baru saja pulang beberapa menit yang lalu.

   "Papah ga mau lihat kamu deket-deket sama janda itu lagi, kalau papah dengar sekali lagi kamu masih berhubungan sama janda itu, papah akan biarin kamu urus hidup kamu sendiri semaumu. Ingat itu baik-baik!"

   Dharma berbalik, hendak melangkah pergi namun perkataan Agil selanjutnya malah memperburuk keadaan.

   "Maaf.. Agil ga bisa"

   Dharma berbalik dan mencengkram kerah kaus putih Agil dan mengepalkan tangannya sekeras mungkin, menariknya ke belakang dan mendaratkannya dengan sangat keras di wajah Agil. Tiga kali. Dan setetes darah segar mengalir di sudut bibir Agil, membuat Rea tak kuasa menahan tangis.

   "Udah pah, udah.." rengek Rea sembari menarik-narik lengan Dharma dari belakang. Dharma yang sepertinya sudah kehilangan kendali atas emosinya mendorong Rea hingga tersungkur ke belakang. Rea yang menahan jatuh tubuhnya menggunakan tangannya berteriak histeris saat tangannya itu menyentuh lantai bersamaan dengan bunyi "krakk.." yang terdengar jelas.

Marrying Dear Teacher ✔ (Tersedia di Gramedia dan Shopee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang