7. True Color

86.5K 4.9K 339
                                    

   Bel jam istirahat berbunyi, membangunkan Agil dari tidurnya dan menghentikan jemari Ben yang tidak henti-hentinya bermain COC, menyerang base lawan dengan kombinasi pasukan Giant, Wall-Breaker, Wizard dan juga Pekka dengan tambahan Healing Spell dan juga Rage Spell untuk memenuhi penyimpanan Dark Elixirnya.

   Agil beranjak, menutup mulutnya saat menguap dan berjalan menuju bangku Sasa, perempuan itu masih saja sibuk menulis materi-materi mata pelajaran Ekonomi yang tertera di papan tulis.

   Agil duduk di sebelahnya dan kembali membaringkan kepalanya di atas meja, menghadap ke arah Sasa yang masih menggoreskan tinta pada buku tulisnya. Selain Murti, Sasa ternyata juga tergolong murid yang sangat pintar dalam bidang akademik.

   Sasa yang melihat Agil duduk di sebelahnya dan merebahkan kepalanya di atas meja tersenyum ke arah Agil. Sasa tau, saat jam istirahat begini Agil pasti ngidam roti bakar isi cokelat keju di kantin, namun lelaki itu lebih memilih untuk menunggu pacarnya selesai menyalin materi di papan tulis ketimbang memaksanya untuk pergi ke kantin.

   Bahkan kadang Agil rela tidak jadi pergi ke kantin karena Sasa yang mencatat terlalu banyak hingga jam istirahat habis.

   Setelah mereka saling melontarkan senyuman, Sasa kembali mencatat materi di papan tulis sementara Agil merebahkan kepalanya di Atas meja, masih menatap wajah serius Sasa yang kadang terlihat lucu bagi Agil.

   Setelah selesai, perempuan itu mengelus kepala Agil yang membangunkannya dari tidurnya. Agil membuka matanya, menatap perempuan yang membangunkannya dengan cara yang lembut, tersenyum lalu berdiri dan berjalan ke luar kelas dengan Sasa berjalan di sebelahnya.

   Tidak ada gandeng-gandengan tangan, Sasa yang memintanya, dan Agil juga tidak keberatan dengan hal itu, toh dia sendiri yang rugi tidak mau bergandengan tangan dengan seorang Agil.

   Di tengah perjalan mereka menuju kantin, Agil kembali berpapasan dengan Oliv. Sasa—seperti biasa—menyapa guru BP itu dengan sopan, namun hal yang selanjutnya Oliv lakukan membuat Sasa mengerutkan keningnya.

   Oliv mendekati Agil dan mengangkat kedua tangannya, menaruhnya di bagian bawah leher Agil dan mulai membenarkan dasi Agil. Sebenarnya dasinya tidak berantakan, hanya saja Agil yang sengaja memakainya dengan longgar. Oliv hanya menariknya sedikit ke atas, merapikan sedikit kerah seragamnya dan melenggang pergi sambil menahan senyuman penuh kemenangannya.

   Baik Agil maupun Sasa tidak menyadari bahwa Oliv tadi sedang mengobarkan bendera perang kepada Sasa yang berstatus sebagai pacarnya Agil sekarang. Semenjak kejadian Agil membawa Chila ke rumah sakit karena amandelnya yang tiba-tiba kambuh akibat makan es krim, Oliv menjadi yakin dengan Agil.

   Rasa tertarik Oliv sebenarnya mulai muncul saat Agil membelanya di depan ayahnya sendiri, disaat mantan suaminya hanya mencicit ketakutan, namun saat itu Oliv masih bimbang dengan apa yang dirasakannya kepada muridnya sendiri. Dan saat Agil mengantar Chila ke rumah sakit, Oliv menjadi satu langkah lebih yakin dengan perasaannya kepada Agil.

   Terlebih karena Chila yang sudah menyetujui jika Agil menjadi ayahnya secara lantang dan tegas saat mereka berada di rumah sakit.

   Agil masih terdiam menatap punggung Oliv saat guru BP super cantik itu melenggang pergi, sementara Sasa menatap Agil penuh keheranan. Menyadari dirinya sedang diperhatikan pacarnya, Agil kembali mengarahkan pandangannya kepada Sasa.

   Tanpa aba-aba maupun peringatan terlebih dahulu, Agil memegang kepala Sasa dengan kedua tangannya dan mengecup lembut keningnya, tepat di kerutan yang terbentuk di dahinya karena rasa bingung akibat perilaku Oliv kepada Agil sebelumnya.

Marrying Dear Teacher ✔ (Tersedia di Gramedia dan Shopee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang