Suasana masih sangat jauh dari kata kondusif baik bagi Agil maupun Oliv. Sudah hampir satu setengah jam mereka duduk bersebelahan di depan orangtua mereka masing-masing.
Agil memang belum sepenuhnya pulih dari pengaruh alkohol, tapi berkat siraman air es dari Oliv saat Agil melepaskan ciumannya membuatnya bisa berpikir jernih walau masih sekitar empat puluh persen sadar.
"Lo ngapain pake lupa alamat rumah gue segala si?" bisik Agil sepelan mungkin kepada wanita di sebelahnya yang sedari tadi menundukan kepalanya.
"Gue panik, maaf" balas Oliv lirih
"Gegara lo panik, gue jadi khilaf"
"Salah siapa nafsuan!"
"Salah lo" balas Agil yang membuat Oliv tadinya menundukan kepalanya kini menoleh ke samping, melihat lurus ke arah Agil dengan tatapan protesnya.
"Kok bisa salah gue?!" tegas Oliv yang berusaha sepelan mungkin
"Salahnya lo kelewat cantik gitu, gimana gue ga nafsuan coba"
Agil masih belum sepenuhnya sadar, ingat?
Oliv melotot dan Agil menyeringai, senyuman kembali mengembang di bibir Berta. Mereka semua berdiri di depan Agil dan Oliv.
Ya, mereka semua.
Rudy Pamungkas dan Alberta Manyoeang Larasati selaku kedua orangtua Oliv, begitu juga Dharma Tri Atmadja dan juga Nur Arumi Puspaningrum selaku kedua orang tua Agil. Sedangkan Rea yang ikut datang juga sedang memangku Chila dan ikut mengurus Pou-nya.
"Duh senengnya liat kalian berdua akur gitu" ucap Berta yang membuat Rudy semakin tidak suka.
Rudy hanya berdiam diri sedari tadi. Siapa sangka pengusaha kaya yang memiliki kecenderungan sifat selalu ingin menguasai bisa tunduk juga di depan isterinya, walau tidak ditampakannya secara terang-terangan.
Dharma yang sempat mendaratkan beberapa tamparan dan bogem mentah di wajah anaknya hanya untuk memberitahunya agar menjauhi Oliv tentu saja masih belum bisa menerima kenyataan ini.
"Papah udah gabisa mentolerir perlakuan kamu yang seperti ini!" tegas Dharma sambil menatap tajam Agil yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya, dan juga berusaha menggenggam tangan Oliv yang selalu ditangkis oleh Oliv.
Rea yang sedang memangku Chila menunjuk-nunjuk ke arah Agil seakan mengatakan "denger tuh"
"Pokoknya papah ga mau tau, kamu sebagai lelaki harus bisa mempertanggung jawabkan apa yang telah kamu perbuat. Secepatnya kamu harus menikahi Oliv!" titah Dharma yang mendapat anggukan dari Arumi, pelototan dari Rudy, dan Berta yang sepertinya sudah siap berjingkrak-jingkrak kegirangan.
Rea tersenyum, masih dengan memangku Chila yang mengangkat kedua tangannya. "Yeeee, Kak Rea jadi tantenya Chila dong!"
Walaupun Rea memang memiliki brother complex, Rea tetaplah Rea, seorang adik yang akan bahagia melihat kakak kesayangannya bahagia. Lagipula Rea masih bisa bermanja-manja dengan Agil walaupun Agil sudah menikah nanti, setidaknya begitu yang dipikirkannya.
Kesadaran Agil meningkat drastis, baik Agil maupun Oliv sama-sama membulatkan matanya.
"Kalo begitu urusan kita udah selesai disini. Masalah pernikahan tinggal gimana Arumi sama Berta yang urus" ucap Dharma yang lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumah Oliv, diikuti Arumi.
Rudy kembali mengajak Berta untuk berbicara empat mata, dan Rea masih memangku Chila dan memutuskan untuk pulang dengan Agil setelah ini.
Oliv beranjak dan pergi ke halaman belakang, Rea yang melihat itu langsung melototi Agil dan menyuruhnya untuk mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Dear Teacher ✔ (Tersedia di Gramedia dan Shopee)
Teen Fiction#3 in TEEN FICTION (07-07-2017) Judul awal : Marrying Hot Teacher BUKU KETIGA [Ga perlu baca dua buku sebelumnya juga bisa ngikutin ceritanya] Agil Andika Pratama Bad boy, troublemaker, berjiwa bebas, hidup dalam aturannya sendir...