Deru mesin V10 berkapasitas 5,2 liter dari mobil Hummer berwarna hitam terdengar dari depan resort tempat Oliv selama ini berada. Seorang laki-laki yang mengenakan sepatu Vans Classic Slip-On berwarna silver dengan balutan perpaduan busana casual dan street-wear turun dari pintu belakang mobil itu setelah lelaki yang satunya lagi dengan setelan high-end akhiran sepatu Pantofel ala milyuner dan banyak tattoo yang melekat do tubuhnya tubuhnya.
Si lelaki Vans berjalan di belakang lelaki Pantofel hingga sampai di depan sebuah kamar.
Victor—si lelaki Pantofel—membuka pintu dan mendapati Oliv yang sedang duduk menghadap jendela, membelakanginya sambil memeluk sebuah foto yang selalu ia pandangi setiap saat selama lima bulan terakhir ini. Tujuan Oliv adalah tidak dapat dicari oleh siapapun, jadi dia tidak pernah menggunakan ponsel.
"Oh lo udah balik? Gue kirain pesawat lo jatoh." ucap Oliv tanpa berbalik untuk melihat siapa yang datang. "Padahal gue udah mau bikinin lo acara pemakaman gitu Vic, eh taunya lo masih hidup. Gue kecewa Vic sama lo."
Victor tidak membalas perkataan Oliv dan malah melirik kepada lelaki yang berdiri di belakangnya, lelaki dengan tatapan sendu menatap lurus ke arah kursi roda yang diduduki Oliv.
Agil—si lelaki Vans—adalah lelaki yang sedang berusaha keras untuk tidak menangis melihat kondisi wanita yang dicintainya, lelaki itu menyadari apa yang sedang dialami oleh Oliv hanya dengan melihat kursi roda itu.
Victor menepuk-nepuk bahu Agil lalu pergi meninggalkannya yang masih terpaku di depan pintu.
Oliv bangkit dari tempat duduknya. "Pegel gue duduk mulu, gue ga mau pantat seksi gue jadi tepos gegara duduk terus. Gausah laporin dokter kalo gue bangkit dari kursi roda."
Agil hanya terdiam, bahkan Oliv dalam kondisi harus bermain kucing-kucingan dengan dokter hanya untuk bangkit dari kursi rodanya?
"Vic, lo ga mati tapi malah ga bisa ngomong? Gue lebih seneng lo kecelakaan beneran si daripada ngacangin gue kayak gini." tukas Oliv sambil menaruh foto Agil di meja dan berbalik.
"Eh kutil onta, kalo diajak ngomong tuh—"
Oliv terdiam saat melihat siapa yang berdiri di pintu. Bukan Victor sahabatnya, melainkan Agil, lelaki yang selama ini berusaha dihindarinya.
Agil berjalan ke arahnya, dengan mata merah berkat berusaha keras menahan tangis selama beberapa menit ke belakang, dirinya berjalan dengan perlahan menghampiri Oliv. Menggeser kursi roda itu ke samping dan berdiri di depan Oliv.
Oliv masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lelaki yang kini berdiri di hadapannya berhasil membuatnya melupakan bahwa ia sedang sakit, membuatnya lupa bahwa ia sedang bersembunyi, bahkan membuatnya lupa akan kondisinya yang masih harus memilih antara dirinya atau bayi yang berada di dalam kandungannya.
Lelaki itu tetap terlihat mempesona bahkan dengan kantung matanya yang terlihat jelas, rambut gondrong yang lebih acak-acakan dari biasanya dan urat-urat yang mulai terlihat karena lumayan banyak kehilangan berat badan.
Sorot matanya tetap saja membawa kehangatan yang Oliv rindukan selama ini, membawa rasa bahagia yang dapat mengusir semua kekhawatiran yang ia rasakan. Bahkan hanya dengan melihat matanya Oliv merasa sangat tenang, seakan semua beban hidupnya telah hilang dengan sendirinya.
Oliv mengangkat tangannya, menaruh telapak tangannya di pipi lelaki yang sangat dirindukannya untuk memastikan bahwa semua ini bukanlah mimpi. Bahwa ini adalah kenyataan, kenyataan yang bahkan lebih indah dari semua mimpi-mimpinya.
Saat itulah Agil tidak bisa menahan air matanya lebih lama lagi.
Tetes demi tetes mengalir keluar dari pelupuk matanya, membasahi telapak tangan Oliv yang masih setia mengelus pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Dear Teacher ✔ (Tersedia di Gramedia dan Shopee)
Teen Fiction#3 in TEEN FICTION (07-07-2017) Judul awal : Marrying Hot Teacher BUKU KETIGA [Ga perlu baca dua buku sebelumnya juga bisa ngikutin ceritanya] Agil Andika Pratama Bad boy, troublemaker, berjiwa bebas, hidup dalam aturannya sendir...