13. The Path That He Chose

76.1K 4.1K 381
                                    

   Dengan syall hitam berlogo knuckle dan bertuliskan BRIMAWA SQUAD yang terikat di wajah hingga menutupi hidung dan mulut mereka, beberapa tongkat baseball, gear motor, samurai, balok kayu, pipa besi, rantai, bahkan bom molotov yang terbuat dari bensin yang dimasukan ke dalam botol kaca dan diberi sumbu pada ujungnya, sekitar empat puluh dua siswa SMA Brimawa berkumpul di depan rumah Aji di belakang sekolah.

   Semuanya bersiap melakukan penyerangan kepada SMA St. José untuk membalas kekalahan mereka sebelumnya di kandang sendiri, dikarenakan banyak siswa yang biasa mengikuti ekatrakulikuler tawuran yang tidak datang ke sekolah. Namun sekarang, sekitar tiga puluh enam siswa yang menaruh respect terhadap Agil, ditambah enam orang alumni yang sudah lulus tahun lalu, mereka akan melakukan serangan balik.

   Agil adalah satu-satunya orang yang mengikat syall khas SMA Brimawa di lengan kanannya, bukannya di wajah. Hanya dialah yang menampakkan wajahnya, menandakan siapa yang menjadi leader pada penyerangan kali ini.

   Lelaki itu adalah orang yang paling tidak terima dengan kekalahan mereka sebelumnya di kandang sendiri. Dia tidak ingin ada rekor buruk seperti itu di sejarah geng SMA Brimawa, tidak selama masih ada Agil Andika Pratama.

   Semua sudah berkumpul dan sudah menyalakan motor masing-masing, siap untuk bertempur hingga satu hal yang menghentikan pergerakan mereka.

   Drrtt.. Drrtt..

   Sebuah panggilan masuk di ponsel Agil membuat rombongan pasukan itu mengurungkan niat mereka sejenak untuk pergi bertempur.

   Incoming calls, Wife

   "Asalamu'alaikum Cinta" ucap Agil sembari menempelkan layar ponsel di telinganya.

   "Lo dimana?" tanya Oliv dari seberang sana.

   "Di belakang sekolah, kenapa?"

   "Lo bolos lagi? Ngapain?"

   "Mau nyerang ke St. José sama anak-anak, ni udah mau berangkat"

   "HAH?! Mau nyari mati lo?! Balik ke sini cepet!"

   "Maaf sayang, gabisa. Nanti abis nyerang aku kesitu deh. Bye, love you"

   "AGIIIILLLL!!!!!!!"

   Agil memutuskan sambungan telponnya dan mulai melajukan motor Ducatinya menuju ke SMA St. José dengan Ben duduk di belakang Agil memegang tongkat baseball dan balasan motor lain sudah siap dengan senjata masing-masing.

   Setibanya di depan SMA St. José, mereka semua berjalan sangat lambat. Beberapa motor mulai melempari bagian depan sekolah dengan batu bahkan molotov buatan yang disulut api, membuat seisi sekolah itu panik. Ben yang duduk di belakang Agil berbicara menggunakan toa dengan sangat lantang.

   "BUAT KALIAN YANG MERASA PERNAH NYERANG KE BRIMAWA MINGGU LALU, KITA TUNGGU DI LAPANGAN BIASA. KALO DALAM WAKTU TIGA PULUH MENIT GA ADA YANG DATENG, KITA ANGGEP SEKOLAH KALIAN ISINYA BANCI KALENG SEMUA"

   Selesai Ben mengatakan itu, kami semua melajukan motor ke tempat yang sudah direncanakan. Diluar dugaan, tidak sampai tiga puluh menit ada sekitar empat puluh sampai lima puluh siswa berseragam St. José berjalan mendatangi kami dengan memegang senjata masing-masing, baik tumpul maupun tajam.

   Brimawa jelas kalah jumlah, namun Agil sendiri yang akan memastikan dia tidak akan menahan dirinya lagi, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

   Murid-murid Brimawa yang sudah menunggu telah siap dengan Agil berada beberapa langkah di depan, dan St. José dengan Ryan yang pacarnya pernah didekati oleh Randy berdiri beberapa langkah juga di depan barisan mereka.

Marrying Dear Teacher ✔ (Tersedia di Gramedia dan Shopee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang