22. The Real War Is Just About To Begin

58.4K 3.6K 222
                                    

   Hari terakhir ujian, seharusnya Agil merasa lega seperti murid-murid lain, namun yang dirasakannya adalah rasa kesal dengan sedikit bumbu amarah yang lumayan bergejolak dalam dadanya.

   Bagaimana tidak, besok adalah hari dimana ia harus menemani Oliv dan Chila untuk jalan bersama orang yang pernah mencoba membunuhnya.

   Hari ini Agil memang tidak diantar jemput oleh Oliv jadi dia melajukan langkahnya ke tempat dimana ia memarkir motor Ducati Streetfighter 848 miliknya di lahan parkir SMA Brimawa yang paling dekat dengan gerbang depan. Ben ikut bonceng di belakang karena Ben ingin main ke rumah Agil. Maksudnya rumah Oliv yang sekarang ditinggali oleh Agil, tapi apa bedanya? Toh mereka sudah menjadi keluarga yang sah.

   Baru saja Agil menyalakan motornya, ponsel Ben bergetar. Melihat sekilas siapa yang mengiriminya pesan sebelum akhirnya Ben menepuk pundak Agil dari belakang.

   "Gil, ke belakang sekolah dulu, penting" ucapnya sembari duduk di belakang Agil.

   "Kenapa?"

   "Udah jangan banyak tanya, ke belakang sekolah cepet"

   Agil sedang tidak ingin beradu argumen karena moodnya sedang tidak baik hari ini.

   Setibanya di belakang sekolah, terlihat banyak sekali siswa yang berkumpul, lebih didominasi oleh murid-murid kelas satu dan kelas dua yang seharusnya tidak masuk sekolah pada hari ini.

   Agil menghentikan motornya dan Aji, selaku orang yang menggantikan posisi Agil sebagai murid berandalan dengan pangkat tertinggi di SMA Brimawa maju dan mendekati Agil yang baru turun dari motornya.

   "Gil, ada yang nyari lo"

   "Siapa?" tanya Agil sembari sedikit mengacak rambutnya sendiri—kebiasaan Agil setiap sehabis membuka helmnya.

   "Gue" seorang murid kelas dua jurusan IPS maju dan berdiri tepat di depan Agil.

   "Kenalin, gue Danu dari sebelas IPS empat. Berhubung lo udah mau lulus, gue mau ngajak lo duel buat gantiin posisi lo sebagai leadernya SMA Brimawa tahun depan," ucapnya dengan menatap serius ke arah Agil. "Anak-anak yang di belakang gue ini udah pernah gue ajak duel, dan gue menang. Tapi tetep aja omong kosong kalo gue belum ngajak lo yang sebagai leader untuk duel."

   Ben maju. "Buat ngadepin curut songong kayak lo, gue aja cukup, ga usah sama Agil segala"

   "Ngga, gapapa" tukas Agil sembari menarik lengan Ben ke belakang. "Kalo emang dia yang minta, itung-itung udah lama gue ga jotos-jotosan di sekolah" lanjutnya sembari menaik-naikan alisnya yang membuat Ben memutar bola matanya dengan malas.

   Semuanya pun mengelilingi Agil dan Danu. Danu melontarkan pandangan merendahkan kepada Agil sembari meregangkan otot-otot tangan, leher dan kakinya, sementara Agil masih diam menatap datar ke arah Danu.

   Danu maju tanpa aba-aba, lelaki dengan gaya rambut klimis itu melayangkan pukulan ke arah wajah Agil, yang Agil lakukan adalah menunduk dan melancarkan pukulan kanan keras tepat di ulu hatinya, membuat Danu termundur dan jatuh berlutut memegangi perut bagian atasnya yang sudah pasti berdenyut itu.

   Melihatnya jatuh berlutut tentu saja membuat Agil langsung melayangkan tendangan menyamping tepat di kepalanya. Kaki Agil mengenai bagian samping kepalanya, tepatnya di sekitar area dekat telinganya dengan sangat keras. Semuanya juga tau bahwa syaraf telinga adalah titik pusat kesadaran, dan tendangan keras dari Agil sukses membuatnya oleng sesaat.

   Agil mundur, membuat gestur seakan menyuruh Danu untuk bangkit dan kembali melanjutkan pertarungan.

   Danu bangkit dan menerjang tubuh Agil, melingkarkan tangannya di pinggang Agil sembari menyeruduknya, membuat Agil terjerembab ke tanah dimana Danu berada di atasnya yang berusaha melayangkan beberapa pukulan asal-asalan kepada Agil.

Marrying Dear Teacher ✔ (Tersedia di Gramedia dan Shopee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang