37. A Man Who'll Never Give Up

40.9K 3.6K 206
                                    

   Gue tau alasan kalian udah jarang komentar dan vote, ga bikin down juga sih sebenernya karena mau vote dan comment itu kan haknya kalian, lagian gue juga tipe penulis yang nulis apa yang gue mau tulis, bukan nulis apa yang mau kalian baca.

   Alasannya simple, kalian itu nunggu part sweet-sweetan antara Agil sama Oliv, haha.

   So, gue kepikiran bikin scene ini, karena setelah ini keadaan akan menjadi lebih memanas antara Agil, Oliv dan juga Gilang.

   Tapi sekali lagi maaf, ini bukan tentang Agil sama Oliv.

   Penasaran antara Agil dengan siapa?

   So, cekidot~

***

   Bel jam istirahat berbunyi, seluruh murid SMA Brimawa menghambur keluar kelas dan langsung memadati koridor. Ada yang langsung meneruskan langkahnya ke kantin, ada yang sekedar nongkrong di sisi-sisi koridor.

   Agil, lelaki yang beberapa menit lalu baru saja kembali setelah mengikuti ekskul tawuran kini sedang merokok di halaman samping sekolah yang selalu sepi, halaman yang berada tepat di belakang bangunan perpustakaan yang tidak pernah dikunjungi oleh Agil dari awal ia menginjakkan kaki di SMA Brimawa ini.

   Dengan khidmat ia menghisap batang candunya, merasakan sedikit sensasi yang menenangkan di dalam paru-parunya sebelum menghembuskan asap nikotin ketenangan itu lewat pernafasannya.

   Tanpa sengaja Agil melirik ke dalam gedung perpustakaan, dimana Adik kesayangannya, Rea sedang membaca sebuah buku berukuran lumayan lebar di bangku yang berada tepat di sebelah jendela.

   Sepertinya Rea tidak menyadari keberadaan Agil saking seriusnya membaca.

   Agil tersenyum melihat kesungguhan adiknya itu dalam menuntut ilmu. Rambutnya yang diikat ke belakang dengan menyisakan sedikit anak rambutnya yang kadang turun menutupi pengelihatannya, membuat leher jenjangnya terekspos dengan indah.

   Sesekali gadis itu menyelipkan anak rambut yang jatuh menghalanginya membaca buku tebal itu ke belakang telinganya dan membalik lembar demi lembar buku tebal itu.

   Tak heran banyak kakak kelas yang mengidolakannya. Anak itu memang sangat menawan jika dilihat dari segala aspek.

   Baru saja Agil mau kembali menghisap batang candu yang sudah bertengger di antara jari telunjuk dan juga jari tengahnya itu saat tiba-tiba awan yang menghalangi sinar mentari bergeser, awan tebal berjenis kumulus itu pergi meninggalkan tempat asalnya membuat sinar mentari terasa sangat menyengat dengan spontan.

   Agil menghalangi sinar mentari yang menyorot wajahnya itu dengan tangannya, namun hal yang lebih mengganggunya dari sinar mentari adalah apa yang ia lihat dari jendela perpustakaan.

   Rea, perempuan yang mendapatkan tempat istimewa di hati Agil, adik yang sangat disayanginya kini mengenyritkan keningnya, menyipitkan matanya sembari terus membaca buku tebal itu.

   Agil dapat melihatnya dengan jelas, bulir-bulir keringat dengan cepat membasahi wajah cantiknya karena kepanasan.

   Agil tersenyum, ia langsung berjalan mendekati jendela perpustakaan.

   Lelaki itu berdiri membelakangi jendela dan bersandar di sana, membiarkan tubuhnya terkena sinar mentari yang entah mengapa sangat terik pada saat itu hanya untuk menghalangi sinarnya menyorot ke arah Rea.

   Rea menoleh ke arah jendela dan mendapati punggung kakaknya yang bersandar pada kaca jendela perpustakaan itu.

   Kepulan asap keluar dari pernafasan Agil yang membuat Rea mendengus dan memutar bola matanya dengan malas.

Marrying Dear Teacher ✔ (Tersedia di Gramedia dan Shopee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang