-Yang gak sider aku doain cepet ketemu oppa-
Meiza mendengus kesal saat mendapati kamar kakaknya yang kosong, jarang jarang kakaknya itu tidak memberi tahunya lebih dulu kalau dia akan berangkat kuliah pagi, dengan malas dia mendial nomor sang kakak.
"Bang kok lo jahat sih ninggalin gue." Setelah tersambung dengan nomor tujuan, Meiza langsung menghujani kakaknya dengan rengekan kesal.
"Sorry dek gue ada kuliah pagi, lo tau kan dosen gue selalu masuk 30 menit lebih cepet?" jawab suara disebrang.
"Lah terus gue sama siapa dong bang?"
"Sama Wonu aja sana."
"Ih gak enak tau, abang mah kaya gak tau Wonu aja."
"Gak enak apanya? Wonu enak kok dek."
"Abang jangan becanda ah, 15 menit lagi jam pertama dimulai bang."
"Naik angkot aja dek, lari lari lumayan olah raga pagi, udah dulu ya dek dosennya udah masuk, semangat!"
"Ih bang Seongwoo." Meiza menghentakkan kakinya, dia benar-benar kesal, namun disisi lain dia harus buru buru masuk sekolah.
Setelah memasang sepatunya dia berlari dengan cepat menuju keluar komplek, berharap akan ada angkot yang singgah disana, tapi nihil, sudah 5 menit dia menunggu angkot yang lewat tapi tidak menemukan apapun disana, hingga tatapannya beralih pada tukang ojek yang sedang tiduran dipangkalan.
"Bang bang!" Tukang ojek itu terlonjak kaget saat Meiza membangunkannya dengan heboh.
"Cepet bang anterin saya kesekolah."
"Kalem neng kalem."
"Gak bisa kalem ini bang, saya udah telat."
"Aduh nengnya bawel."
***
Dan disinilah gadis itu sekarang, memandangin gerbang sekolah yang ditutup secepat kilat oleh satpam sekolah bertepatan dengan gadis itu yang baru saja sampai disana, dia mendengus pasrah sambil berjalan menuju pagar untuk meminta belas kasih dari pak satpam.
"Pak-"
"Pak bukain dong pagarnya." ucapan Meiza terpotong oleh seorang laki-laki yang berdiri disampingnya sambil memegangi pagar, suaranya cukup keras hingga membuat pak satpam langsung bisa mendengarnya dari dalam pos.
"Kalau telat tunggu aja dulu di depan, nanti pas bel pergantian jam bunyi baru saya bukakan." Kepala pak satpam menyembul dari dalam pos, sementara Meiza terdiam memandangi makhluk disampingnya, itu Kang Daniel, kakak kelas yang sering membuatnya salah fokus.
"Gak telat pak, kita mau ngambil surat dispen buat sparring basket pagi ini."
Kita?
Meiza menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tidak ada siapa siapa disana, hanya ada dia dan Daniel, apa Daniel mencoba untuk mengajaknya bekerja sama?
Daniel memandangnya, dan membuat Meiza mau tidak mau tertangkap basah karena dari tadi gadis itu hanya memandangnya juga, dan mengabaikan suara pak satpam yang kini sudah berada didepan pagar sembari menenteng kunci pagar.
Daniel menyenggol lengan Meiza yang mengindahkan pertanyaan pak satpam karena terlalu fokus pada Daniel yang kini menatapnya dengan was was.
"I-iya?"
"Kamu ini kesambet? Ditanya kok gak nyaut." suara pak satpam membuatnya sedikit kaku.
"Ta-tadi bapak ngomong apa?" Daniel menatap Meiza dengan mulut yang setengan menganga, antara ingin tertawa dan merutuki gadis itu yang terlihat konyol untuk diajak bekerja sama.
"Tadi saya nanya beneran gak itu surat dispennya ketinggalan? Kenapa sampai ketinggalan disekolah? Kamu kan yang bertanggung jawab sebagai sekertaris."
Gue?
Sekertaris?
Meiza melongo sebentar saat dihujani pertanyaan oleh pak satpam, gadis itu benar benar bingung dengan keadaan saat ini, mari anggap saja kalau dari tadi Daniel mengatakan kalau Meiza adalah asisten dari club basket, dan dia tidak mendengarkannya karena terlalu fokus pada Daniel.
"I-iya pak bener kok, saya, saya" Gadis itu benar benar terlihat bodoh saat ini karena dengan sangat jelas sedang mencari alasan.
"Saya kemaren mau ngambil surat dispennya tapi saya lupa, pas saya udah sampai rumah langsung deh saya buru buru pergi lagi kesekolah, saya kemaren lari-lari lho pak, bayangin aja ya pak rumah saya itu jauh, 30 menit baru nyampe kalo jalan kaki, terus ya pak pas saya kesini ternyata ruang kelas udah ditutup, bayangin aja pak gimana lelahnya perjuangan saya, sampe kaki saya sakit pak." Meiza merocos cepat, membuat Daniel menatapnya takjub, gadis itu pantas di beri gelar drama queen - of the day.
***
"Ayo ambil surat dispennya terus pas istirahat kita kesekolah sebrang." setelah pak satpam membukakan pagar untuk mereka, Daniel merangkul pundak Meiza seolah olah mereka sudah lama dekat dan menggumam pelan untuk menghindari kecurigaan yang berkelanjutan dari pak satpam, mengindahkan jantung Meiza yang berdetak secara tak beraturan karena kontak fisik yang Daniel lakukan padanya, apalagi saat laki-laki itu berucap pelan dan terdengar lembut ditelinga Meiza.
Mati gue kak, mati.
Setelah cukup jauh atau lebih tepatnya kini mereka berada di koridor sekolah, Daniel melepaskan rangkulannya pada gadis itu, Meiza menatap Daniel lagi.
"Makasih ya kak." ucapnya pelan hampir tidak terdengar, membuat Daniel menunduk sembari mendekatkan telinganya didepan wajah Meiza, seketika gadis itu membeku, Daniel selalu membuatnya kehabisan kata kata dengan sangat mudah.
"Ma-makasih kak." Daniel tertawa kecil hingga membuat matanya hanya terlihat satu garis, dan itu benar benar terlihat manis dimata Meiza.
"Iya dek santai aja sama gue." ucapnya sambil mengusap lembut rambut Meiza membuat gadis itu lagi lagi di tendang keluar dari realita.
Lumpuh aku mas
"Udah sana lo masuk kelas." Dia melenggang meninggalkan gadis itu yang kini memandangi punggung Daniel yang perlahan menghilang dari balik koridor.
Meiza memegangi pipinya yang memerah, kalau saja saat ini pelajaran belum dimulai, dia akan berlari keliling lapangan karena sangat senang.
YOU ARE READING
Creep | Kang Daniel ✔
Fanfiction"Orang yang matanya sipit itu setia, gimana mau ngelirik yang lain, melek aja susah, kaya kak Daniel." "Emang kak Daniel bakal ngelirik lo?" [17/08/16] #80 in fanfiction ❤ [17/08/24] #9 in short story ❤