-Yang gak sider aku doain cepet ketemu oppa-
Meiza duduk diruang tunggu sebuah rumah sakit dengan wajah yang masih panik, sudah satu jam dia menunggu kabar dari dokter yang menangani Daniel di ruang UGD, matanya beralih pada Seungwoo, kakaknya, yang baru saja memasuki ruang tunggu dengan langkah yang tergesa gesa dan Meiza sedikit geram karena laki-laki itu baru saja datang setelah satu jam, entah apa yang dilakukan Seungwoo hingga membuatnya menunggu selama ini, pikir gadis itu.
"Abang kok lama banget sih?" Meiza berucap dengan nada kesal bercampur panik.
"Lo kaya gak tau jalanan macet aja, ngomong ngomong Daniel gimana? Kok bisa sampe kaya gini?"
"Masih belum tau, dokternya masih belum keluar dari tadi, gue takutnya kak Daniel harus dioperasi atau apa gitu."
"Ya pasti dioperasi lah, paling engga ginjalnya diangkat." Ucap Seungwoo dengan nada serius dan itu tentu saja membuat adiknya semakin ketakutan.
"Kenapa diangkat bang? Buat apa? Terus dia gak punya ginjal lagi?"
"Buat gue jual dipasar gelap kan ena gue jadi kaya." Sebuah pukulan yang cukup keras dari Meiza melayang di bahu Seungwoo, gadis itu jadi kesal karena Seungwoo yang bercanda diwaktu yang salah.
"Mending ginjal lo yang gue jual bang biar gue jadi anak tunggal, terus warisan mamah sama papah jatuh ketangan gue."
"Lagian lo ngomongnya kejauhan, ngomong ngomong lo udah nelpon mamahnya Daniel belum?"
"Belum lah, orang gue tau mamahnya aja enggak." Tepat setelah Meiza menjawab pertanyaan Seungwoo, seorang dokter keluar dari ruang UGD sembari membuka maskernya, refleks keduanya langsung menghampiri dokter itu.
"Dok gimana keadaan teman saya?" Tanya Meiza dengan wajah panik yang masih belum hilang.
"Apa kalian keluarga pasien?" Bukannya menjawab dokter itu malah balik bertanya.
"Bukan dok, tapi kami temannya, kami masih belum dapat menghubungi keluarganya, tapi kami akan berusaha mencari kontak keluarganya setelah tau bagaimana kondisi teman kami." Jawab Seungwoo cepat, lalu dokter itu menatap Seungwoo dan Meiza secara bergantian.
"Baiklah kalau begitu kalian ikut ke ruangan saya."
***
"Teman anda mengalami alergi terhadap stroberi, setiap dia mengkonsumsi stroberi atau sesuatu yang mengandung makanan tersebut, akan terjadi penolakan dari dalam tubuhnya yang mengakibatkan alergi dan membuatnya keracunan." Penjelasan dari dokter itu membuat Meiza semakin panik, dia bahkan mengigit bibitnya beberapa kali.
"Itu bahaya dok?"
"Tentu saja itu bahaya, tapi untungnya kalian dengan cepat membawa pasien ke rumah sakit, kalau tidak, pasien akan sulit untuk diselamatkan."
"Syukur kalo gitu dok, jadi sekarang kondisinya gimana dok?"
"Pasien sekarang berada dalam masa pemulihan, untungnya tidak ada traumatik namun dia masih dalam kondisi lemah dan butuh istirahat yang banyak."
"Apa kami boleh menemui teman kami dok?"
"Tentu saja, pasien berada di bangsal VIP, harap segera menghubungi keluarganya untuk mengurus biaya administrasi."
"Baik, makasih dok."
***
"Kak." Meiza memanggil Daniel tepat setelah gadis itu menutup kamar VIP tempat Daniel dirawat, sementara laki-laki itu terbaring lemah dengan infus yang menempel di tangan kanannya, matanya yang awalnya memandang kearah langit langit ruangan itu kini beralih kearah Meiza yang berdiri disampingnya.
"Maaf ya kak gara-gara aku kakak jadi gini, aku gak tau kalo kak Daniel bisa alergi sama Stroberi." Nada bicara gadis itu membuat Daniel terkekeh pelan.
"Iya gak papa, salah gue juga sih gak bilang dari awal." Suara laki-laki itu terdengar serak.
"Kakak gak marah?"
"Ngapain marah? Duduk dek jangan berdiri gitu."
"Kali aja marah hehe, iya kak" Meiza menarik bangku yang terdapat disampngnya, kini dia duduk sambil memandangi Daniel, laki-laki itu terlihat tampan dengan baju khas rumah sakit, kulitnya yang putih juga menambah ketampanannya.
"Sakit gak kak?" Gadis itu memegangi infus ditangan Daniel sebentar.
"Enggak juga." Jawab Daniel sambil memandangi tangannya yang di sentuh Meiza.
"Kakak bohong ah."
"Ngapain bohong dek, sakitan juga disunat."
"Kak Daniel ngawur." Meiza jadi salah tingkah mendengar candaan Daniel, sementara laki-laki itu hanya terkekeh kecil.
"Gak pulang dek? Ini udah malam lho."
"Nanti aja kak, nungguin bang Seungwoo dulu, tadi bang Seungwoo ke rumah kakak buat ngabarin sama orang tuanya kak Daniel kalo kakak masuk rumah sakit."
"Yaudah kalo gitu." Jawaban singkat dari Daniel membuat suasana kamar itu menjadi canggung, hanya ada suara pemanas ruangan dan pendeteksi jantung yang mendominasi, Meiza bingung harus berbicara apa karena memang tidak ada yang harus dibicarakan, lagipula dia tidak begitu dekat dengan Daniel, hanya sekedar suka, dan saling tau.
"Daniel?" Suara wanita paruh baya memecah keheningan mereka, wanita itu masuk bersama seorang pria paruh baya dengan wajah yang terlihat khawatir.
"Iya mah."
"Kamu kenapa kaya gini? Kan mamah udah bilang jangan makan makanan yang bikin kamu alergi." Daniel terkekeh kecil saat mendengar ocehan ibunya.
"Daniel gak papa kok mah, Daniel kan kuat, iyakan pah?" Ucapan Daniel dibalas pukulan pelan di pantatnya.
"Kamu ini ngeyel aja."
"Lah ini siapa? Cantiknya kaya mamah muda dulu, pacar kamu Niel?"
"Bu-bukan tante, saya adek kelasnya kak Daniel." Jawab Meiza dengan kaku sambil menggaruk tengkuknya.
"Calon pacar dong?"
"Papah mah bisa aja." Semua yang ada diruangan itu tertawa, kecuali Meiza yang terlihat malu.
"Nama kamu siapa sayang?" Tanya ibunya Daniel ramah.
"Meiza tante, tapi maaf ya tante kak Danielnya jadi gini gara gara aku kasih es krim stroberi, soalnya aku gak tau tante." Wajah Meiza takut takut melihat respon selanjutnya dari ibunya Daniel, dia sudah siap dimarahi oleh wanita itu.
"Gak papa nak, Danielnya kan udah baik baik aja iyakan Daniel?" Ibunya Daniel tertawa kecil sambil mengusap kepala Meiza pelan.
"Iya mah."
"Nah kan gak papa, kalo kamu memang masih merasa bersalah temenin Daniel disini aja sampai dia sembuh." Ucapan dari ayahnya Daniel membuat ibunya mengangguk setuju.
"Meiza kan juga sekolah kaya Daniel mah."
"Besokkan minggu Niel, kalo hari sekolah kan Meiza bisa jagain kamu pas pulang sekolah, iyakan nak?"
"I-iya tante."

YOU ARE READING
Creep | Kang Daniel ✔
Fanfikce"Orang yang matanya sipit itu setia, gimana mau ngelirik yang lain, melek aja susah, kaya kak Daniel." "Emang kak Daniel bakal ngelirik lo?" [17/08/16] #80 in fanfiction ❤ [17/08/24] #9 in short story ❤