"Let's go"
Liburan kali ini mereka pergi ke Bali. Hari libur kakak beradik nya masih panjang, masih sekitar 2 minggu lagi. Jadi mereka habiskan waktu di Bali selama seminggu.
Pukul delapan pagi, Vamella sudah siap dengan keluarga nya. Sang supir yang akan membawa mereka ke bandara itu senantiasa menyeret koper-koper majikan nya.
"Tau gak bang? Kemarin gue ketemu sama orang 'mindreader' loh" Vamella bercerita mengenai seseorang yang ia temui di bandara kemarin.
"Oh, really? Temen abang juga gitu. Jadi susah buat nyembunyiin apapun." Balas Dion. Vamella mengangguk angguk sepertinya jika ia menjadi seorang mindreader akan memudahkan bagi nya mengetahui apa pendapat orang tentang dirinya.
Selang beberapa menit, ia dan keluarga sampai di bandara dan melakukan check in. Dan kemudian mereka telah ada dalam pesawat. Vamella bersebelahan dengan Dion, di depan nya ada Carra dan Raphael.
Takk
Satu jitakan telah mendarat di kepala Dion. Mau tak mau ia mengadahkan wajahnya, dan ia membuka mulutnya ketika wajah sahabatnya yang nongol dari balik tempatnya.
"Heh Dion. Lo lupa kalo ada gue sama David? Lo yang ngajak tapi lo juga yang acuhin kita berdua. Sampe-sampe lo ninggalin pula" Cerocos cowok itu dengan muka sebal.
"Nah lo? Lo siapa? Kok bisa-bisa nya ikut sama si Dion. Pake pelet apa lo buat narik hati nya hah?" lanjutnya lagi ketika melihat Vamella yang menatap nya heran.
Takk
Dion membalas jitakan sahabatnya itu. Dan menatap nya dengan tajam, "Heh Marshall, dia itu adek gue." Ujarnya sembari menunjuk Vamella.
"Adek lo? Eh, sorry ya gue gak tau" Timpal Marshall dan meminta maaf kepada adik sahabat nya itu. Ia merutuki dirinya yang terlalu sok tahu.
"Huu makanya jangan asal ngomong lo ye, untung aja gue masih sabar. Kalo kagak? Abis lo sama gue" Cerocos Vamella tanpa melihat Marshall.
"Iya sorry sorry, gue kan kaga tau." Dion kembali ketempatnya setelah meminta maaf atas perlakuannya.
"Mampus lo." Timpal Dion seraya merapihkan rambut hitam kecoklatannya.
David terdiam, matanya sayu, dan wajahnya pucat pasi. Tak salah jika ia menerima tawaran temannya untuk berlibur ke Bali karena akan lebih baik dia menjauhi diri dari masalah keluarga nya untuk sesaat.
"Dav, lu bawa kamera kan? Entar jangan pelit pelit potoin gue ya, photographer" Pinta Dion sembari menoleh ke arah David.
Namun siempu nya hanya berdeham. Ia sibuk dengan memandangi isi dari tablet yang ia bawa. Liburan sekarang mungkin bisa membuatnya senang, meskipun ia harus meninggalkan keadaan rumah yang sangat kacau. Dengan begitu pikiran nya akan jernih kembali.
"Jutek amat sih" Cibir Vamella.
"Ya dia itu, emang begitu. Dia yang gue maksud mindreader itu loh" Dion berbalik membisik padanya. Vamella semakin penasaran dengan sosok sahabat abang nya itu. Ia ingin melihat bagaimana wajahnya, dan sifatnya seperti apa.
Vamella menatap kaca jendela yang menampilkan awan juga langit. Earphone menyumpal telinga nya dan memutar lagu yang ia suka. Terkadang bibirnya pun ikut menyanyikan bait dalam lagu nya itu.
***
Tepatnya pukul satu siang. Mereka menginjakkan kaki di resort ternama. Namun Vamella langsung beranjak pergi ke toilet. Ia mencuci muka nya yang terasa lengket. Dan melapisi bibirnya dengan lipbalm agar tidak terlihat pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Mind Reader
Teen Fiction"Coba baca pikiran aku sekarang Dav" David tersenyum tipis menanggapi gadis didepannya ini. Gadis yang berhasil membuat nya berubah, gadis yang selalu hadir menemaninya, gadis yang selalu ada untuk menyelesaikan apapun masalah dia. Dan gadis itu a...