Thirty Four

65 7 0
                                    

Pedihnya tanya yang tak terjawab
Mampu menjatuhkanku yang dikira tegar
Kau tepikan aku, kau renggut mimpi
Yang dulu kita ukir bersama
Seolah aku tak pernah jadi bagian besar dalam hari-harimu

Vamella tersenyum pada semua pengunjung yang hadir di cafe ini. Untuk pertama kalinya ia manggung bersama dengan band nya.


Lebih baik kita usai di sini
Sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya aku mudah menyerah, tapi bijaksana
Mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu, tapi tak selamanya

Dilihat nya David, sedang memainkan ponsel nya yang sesekali melihat ke arah dirinya.

Kau tepikan aku, kau renggut mimpi
Yang dulu kita ukir bersama
Seolah aku tak pernah jadi bagian besar dalam hari-harimu
Seolah janji dan kata-kata yang telah terucap kehilangan arti

Lebih baik kita usai di sini
Sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya aku mudah menyerah, tapi bijaksana
Mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu tapi tak selamanya

Tak akan jera kupercaya cinta
Manis dan pahitnya kan kuterima
Kini kisah kita akhiri dengan makna

Lebih baik kita usai di sini
Sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya aku mudah menyerah, tapi bijaksana
Mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu, tapi tak selamanya
Ku kan menanti...
Tapi tak selamanya...

Riuh suara tepuk tangan menggema di seluruh sudut penjuru ruangan ini saat The Grey telah mengakhiri lagu Usai Disini dari Raisa.

"Suara kamu bagus" Puji David saat Vamella menghampiri dirinya.

Gadis itu tersenyum lantas menyubit pipi David gemas, "Makasi sayang"

"Uhukk uhukkkk"

Vamella menoleh, "Apaan sih Ned, udah sono lo pulang"

Ned mengerucutkan bibirnya, "Iya iya dah padahal kemaren kemaren masih curhat sama gue, sekarang berasa gada masalah apapun ya lo"

David menatap heran, "Curhat apaan Ned?"

"Jadi katanya tuh dia ga suka kalo.. Awww sakit gila lo" Ringis Ned saat Vamella menginjak kaki nya tak berperasaan.

"Ngawur lo." Cerca Vamella lalu menarik lengan David. "Yu Dav"

David menepuk bahu Ned, "Lewat pc bisa?"

Ned tersenyum lebar, "So pasti bisa asal traktir".

David mengangguk mengiyakan "Asiap"

Vamella menggelengkan kepalanya. "Udah ayo ih"

****

Vamella menjilat es krim vanilla nya seraya memerhatikan wajah David yang terlihat gusar sejak tadi.

"Kenapa sih Dav? Daritadi muka lo ga nyante" Vamella menangkup wajah David.

David tersenyum sambil menoleh, "Eh, engga kok"

"Bohong" Vamella tersenyum kecut.  "Dav, pinjam hp lo"

"Buat apa?" Tanya David seraya memberikan ponsel nya. Vamella tak menjawab dan membuka aplikasi hijau di ponsel David.

Keisha

Dav, aku dibawa ke rs sama Dr Alvin

Dav, kamu bisa ke sini? Tolong

Aku tunggu ya,, Dav:))

"Kenapa ga bilang kalau Kasha di rumah sakit?" Vamella menatap serius David.

"Gue ga mau lo sedih lagi" Jawab David.

Vamella menepuk bahu David. "Dav, kan lo udah janji buat ngejaga dia. Seharusnya lo tepati janji lo. Dia lagi butuh lo, kesana sekarang Dav. Pastiin dia baik baik aja"

"Waktu itu gue marah karena gue belum tau sebab nya kan, sekarang gue udah tau dan lo ga perlu takut gue akan sedih atau gimana." Lanjut Vamella.

David masih terdiam.

"Pergilah Dav. Dia lebih butuh lo dibanding gue" Vamella tersenyum simpul.
"Makasih Mell. Gue sayang lo" David mengusap rambut Vamella lembut lalu meninggalkannya di taman sendirian. Waktu masih sore dan taman ini belum ramai.

Vamella menghela nafasnya. Apa yang ia lakukan sudah benar. Tidak perlu merasa sakit hati, yang menetap pasti akan kembali.

Gadis itu membuka ponsel nya ingin menelepon Dion.

***

"Jadi, lo udah tau tentang penyakit Keisha?" Tanya Dion.

Vamella menganggukkan kepalanya. "Ya, begitulah. Gue mau marah juga jadi ga enak pas tau si Kasha punya penyakit"

"Emang apa sih penyakit nya?"

Dion mengendikkan bahu nya. "Ga tau tuh, soalnya Keisha ga pernah mau cerita tentang itu"

"Apa mereka bakal tambah deket ya bang? Gue sih gapapa kalo masih batas wajar. Tapi, kalo sampe David lupain gue gara gara Kasha...." Vamella menjeda kalimatnya.

"Gue ga mau"

Dion mengusap rambut Vamella sekilas. "Udah ga usah terlalu dipikirin. Sekarang lo mau makan apa? Biar mampir dulu"

"Mau richeese aja" Jawab Vamella.

"Bang, kalian kan sekelas. Kasih tau gue ya kalo terjadi apa apa sama mereka berdua?" Pinta Vamella mengingat abang nya ini satu kelas dengan David dan Keisha.

Dion tersenyum. "Ashiap"

Tapi, gue ga janji.

"Waktu itu gue sempet rada kesel sama Kasha. Dia pernah kek ngelabrak gue gitu. Tapi, pas ada David beuhhh so manis dah tuh cewek ke gue" Vamella bercerita.

"Katanya gue itu cuma pemeran pengganti dia doang"

Dion tertawa. "Dan lo percaya?"

Vamella mengangguk. "Iyalah, soalnya kan gue dateng waktu mereka putus. Dan sekarang pemeran utama nya udah dateng. Apa gue harus pergi bang?"

"Yaelah Mell, lo ngomong apaan sih ngaco amat. Emang kalian main pilem apaan? Pake ada acara pemeran pemeran segala" Dion terkekeh.

Vamella ikut terkekeh. "Iya sih ya, kenapa gue harus kebawa emosi gini"

"Eh bang, gue sama Kasha cantik mana?" Tanya Vamella.

"Kalian berdua itu cantik. Tapi, cantikan gue"

***

Terimakasih tlah membaca MBMR

I hope you like it

My Beloved Mind ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang