"Papa bisa jelasin semua nak"
Mungkin kepercayaan yang telah rusak tidak bisa di perbaiki lagi. Mungkin, kesempatan kedua tidak akan datang kepada semua orang.
Bisa saja kembali seperti semula, namun nyata nya tidak semudah itu. Bisa saja memulai hidup baru dengan kehilangan satu anggota keluarga. Tetapi hati menjerit mengatakan tidak.
"Kemarin anda kemana saja? Di saat kami membutuhkan anda, dalam kondisi terpuruk" Ujar David seraya memegangi kedua pundak Andien.
"Itu semua tidak seperti apa yang kamu pikirkan David!" Andhika semakin mempertinggi volume suara nya.
"Apa?!" Bentak David. Ia menghela nafas sebentar lalu kembali berbicara. "Apa yang akan anda jelaskan?"
Andhika pun terdiam, bagaimana mungkin ia akan menjelaskan rahasia yang di tutup rapat selama ini?
Andien terus menangis dalam diam. Ia tak bisa berkata apa-apa, lidahnya terasa kelu. Hingga sepatah kata pun tidak bisa ia katakan.
"Bahkan anda tidak bisa menjelaskan semua nya" David tertawa sinis sembari menatap tajam Andhika. Cukup sudah ia menderita bersama Andien, ia harus berontak.
"Papa bisa jelaskan semua nya suatu saat nanti David" Lirih Andhika memandang putra nya dengan tampang memohon yang tersirat dalam wajahnya.
"Papa? Apakah anda masih pantas menggunakan gelar itu? Setelah sejak dua tahun silam, anda tidak pernah ada untuk kami."
Andika menghela nafasnya. "Nanti kamu akan mengetahui semua nya, meski bukan papa yang menjelaskan" Lalu melangkahkan kaki nya keluar rumah.
Dadanya terasa nyeri, langkah nya pun berubah gontai. Ia berusaha untuk menahan sakit yang kini semakin mendera nya, lalu pikirannya terpusat pada seseorang yang harus ia temui sekarang.
"RALAT, ANDA BUKAN PAPA SAYA, SEMENJAK ANDA LEBIH MEMENTINGKAN PEKERJAAN DI BANDING KAMI!" Bentak David seiring Andhika meninggalkan rumah.
Maafkan aku Andien, maafkan papa David. Kalian akan segera mengetahui semua nya.
***Semenjak dua tahun lalu, Andien menjadi sosok wanita yang tidak banyak bicara. Bahkan hari-hari nya ia habiskan dengan mengurung diri di kamar.
Akhirnya adalah air mata. Ketika mulut tidak bisa bicara, namun mata akan setia untuk mencurahkan apa yang dirasa.
Ia raih figura foto yang ada di nakas. Tangis nya memecah, ia ingin kembali seperti semula. Dimana tidak ada yang saling menyakiti, dan tidak ada yang saling menyalahkan.
Apa harus ia merelakan nya pergi? Seseorang yang sudah mengunci diri di lubuk hati nya. Seseorang yang selalu di tunggu kehadiran nya. Seseorang yang telah memberi nya kehidupan baru.
Namun apa yang kini ia rasakan tidak sesuai dengan janji manis yang selalu terlontar dari mulut seseorang.
Setelah dua tahun menghilang bak ditelan bumi. Sekarang pria itu datang dengan harapan memperbaiki kondisi. Namun ia tak bisa apa-apa, disaat putra nya sudah sangat membenci Andhika, papa nya sendiri.
Andien melempar foto itu ke sembarang arah, alhasil mengeluarkan bunyi pecahan kaca yang sangat nyaring.
Apa kamu sudah lupa? Lupa akan janji mu mas? Sekarang kamu datang, tanpa bisa menjelaskan semua ini. Apa yang kamu inginkan mas?
"Ma, apa yang mama lakukan" David yang baru masuk ke dalam kamarnya, langsung memeluk tubuh Andien dengan harapan ia akan lebih tenang.
"Maafin mama nak" Lirih Andien dengan isakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Mind Reader
Teen Fiction"Coba baca pikiran aku sekarang Dav" David tersenyum tipis menanggapi gadis didepannya ini. Gadis yang berhasil membuat nya berubah, gadis yang selalu hadir menemaninya, gadis yang selalu ada untuk menyelesaikan apapun masalah dia. Dan gadis itu a...