Masa orientasi siswa sudah di lalui. Dan kini Vamella masuk sekolah resmi sebagai siswi kelas 10 SMA Merah Putih.
Banyak tatapan memuji saat dirinya melewati koridor yang tampak ramai. Ia tersenyum saat ada yang menyapa nya. Banyak sekali, yang mencuri-curi pandang padanya. Apalagi kaum adam yang terpesona karena wajah cantik dan rambut pirang Vamella.
Dan ia telah menginjakkan kaki nya di kelas 10 IPA 3. Ia mengedarkan pandangan dan mendapati Nichole yang duduk di tengah barisan seraya melambaikan tangan nya.
"Lo lama amat. Gue kan nunggu lo" Sembur Nichole memasang wajah bete saat Vamella duduk di sampingnya. Nichole adalah teman baru nya saat pertama kali mereka memulai mos.
"Cie kangen nih? Pasti mau curhat" Vamella mencolek dagu teman nya. Biasanya jika Nichole memasang muka seperti ini, itu pasti akan cerita meskipun cerita yang di lontarkan tidak begitu penting.
Nichole beralih senyum. "Bener kata lo Mell. Gu-gue suka kak Gio"
"Jatuh cinta nih cerita nya?" Goda Vamella.
Nichole tak bersuara. Ia merasa miris, untuk melupakan seseorang ia harus mencoba mencintai orang lain. Ia tersenyum geli namun dipaksa kan.Disaat hati mencintai seseorang, disaat hati menjerit tidak ingin kehilangan, disaaat hati menetap pada seseorang. Tetapi hati dari seseorang itu tak akan ada untuknya.
Raga nya memang selalu untuk nya. Menemani nya hampir setiap hari, namun apa kabar dengan hati nya? Yang hanya menganggap ia sebatas sahabat dan tak lebih.
"Tuh kan malah senyum-senyum gak jelas lo" Ujar Vamella. Benar apa kata Nichole, Gio ganteng. Namun ia sama sekali tidak menyukai nya. Ia tak perduli, sangat tak perduli.
'Karena gue terlalu cinta, maka nya gue terluka'
***
Vamella baru saja menginjakkan kakinya di perpustakaan, untuk mengambil buku yang disuruh oleh gurunya.
Ia berjalan santai ke jajaran rak buku yang sangat tinggi. Setelah berputar-putar ia sama sekali tidak menemukan buku yang ia cari. "Mana sih tuh buku, nyusahin banget. Baru aja jadi buku udah ngerepotin orang, apalagi jadi manusia?"
"Ish tuh buku mana sih? Mata gue yang keganggu atau emang gak ada sih" Vamella menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal.
Saat mata nya memandang ke atas, ia tersenyum senang karena melihat buku itu yang ada di rak jajaran paling atas. Ia berjinjit untuk mengambil nya, namun tangan nya sama sekali tidak mencapai buku itu.
"Udah nemu eh malah ga nyampe. Emang bener tuh buku nyusahin banget"
Tanpa ia sadari, seorang cowok tengah tertawa geli saat melihat nya menggerutu sendiri. Dengan masih terkekeh, ia mendekati gadis itu. Tubuhnya jauh lebih tinggi daripada Vamella, dengan gaya cool nya ia meraih buku itu.
"Kayaknya lo butuh gue dihidup lo" Ujarnya membuat Vamella terdiam seribu bahasa. Ia menerima buku itu dengan tangan yang gemetar, lalu tersenyum sipu.
"Lo lucu ya kalo lagi blushing gitu" Vamella menggigit bibir bawahnya saat mendengar perkataan kakak kelas nya. Apa iya pipi nya sekarang memerah? Mungkin saja iya saat ini ekspresi wajahnya sangat konyol.
"Apaan sih lo? Rese" Vamella meninju lengan David membuat cowok itu meringis kecil. Namun jauh di lubuk hati nya yang sedang menjerit jerit.
"Kalo di liat-liat lo cantik ya."
Vamella mengerjapkan mata nya, apa iya sekarang dirinya sedang tidak salah mendengar? Apa iya itu memang asli keluar dari mulut seorang David? Ah hatinya sudah jungkir balik disitu juga.
"Kek bekicot" David menyunggingkan senyum nya, ia tertawa saat gadis itu menghilangkan senyum nya.
"Apa sih lu?" Lagi-lagi Vamella meninju lengan cowok di hadapan nya yang entah kenapa sangat menyebalkan saat ini. Bahkan cowok itu sudah membuat hati nya menjerit.
Gue gak mau kalau sampe hati gue terpaku di hati lo. Gue gak siap untuk terluka kalau misalnya emang lo nganggap gue cuma sebatas teman.
***
Hope you like it❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Mind Reader
Jugendliteratur"Coba baca pikiran aku sekarang Dav" David tersenyum tipis menanggapi gadis didepannya ini. Gadis yang berhasil membuat nya berubah, gadis yang selalu hadir menemaninya, gadis yang selalu ada untuk menyelesaikan apapun masalah dia. Dan gadis itu a...