"Kenapa kau tidak memberi tahu mereka saja?"
Pria paruh baya itu tersenyum miris, mungkin ini adalah hal paling bodoh yang ia lakukan. Dimana saat ia harus berjuang sendiri, tanpa mau bicara apapun kepada dua orang yang paling disayangnya.
Memang salah, ia tak mau membuat cemas orang yang disayang nya tetapi ia membuat dirinya dibenci oleh keluarga nya. Sekarang ia resah, keadaan nya semakin sulit dan dirinya pun makin lemah dari waktu ke waktu.
"Saya belum siap, mungkin nanti" Pria itu menjawab pertanyaan dari seseorang disebrang sana.
"Nanti kapan? Keadaan mu makin memburuk" Jawab lelaki itu dengan nada yang terdengar ditinggikan oleh Andhika dari sambungan telpon diponselnya.
"Sesegera mungkin" Andhika memutar knop pintu kamar apartment nya yang baru saja ia beli, karena memang ia tidak dapat tempat lagi dirumah itu, rumah dimana ia merasakan jatuh cinta luar biasa dari kedua orang yang yang menjadi semangat nya untuk berjuang hidup.
"Iya, kamu kapan menjalankan operasi itu?"
"Saya juga belum tahu Hans, belum ada pendonor yang cocok untuk saya" Pria itu merebahkan tubuhnya pada sofa.
"Ya sudah, istirahat lah" Andhika menyimpan ponsel nya ke nakas saat sambungan telpon nya sudah terputus. Kepala nya terasa nyeri sejak tadi, dada nya pun kembali sesak. Ia janji pada dirinya sendiri untuk segera lekas sembuh dan pulih agar bisa memperbaiki apa yang semakin kacau saat ini.
Ya, ia akan mengusahakan semua nya agar dapat kembali tempat dihati istrinya, agar dapat kembali merasakan rengkuhan kuat dari anaknya yang selalu ia banggakan. Karena David, anak satu-satunya. Anak lelaki luar biasa yang ia miliki, sekarang sudah menjadi pemuda yang bisa membuat ia tersenyum karena bakat David bisa menjuarai berbagai turnamen sepak bola baik antar pelajar maupun mewakili daerahnya.
Yang paling membuat ia senang adalah saat melihat David menerima piagam diatas podium meskipun hanya lewat siaran televisi.
Dan harapan terbesarnya adalah bisa melihat itu secara langsung, dan David dengan bangga menyebutkan bahwa ia adalah Papa terbaik yang ia miliki. Walaupun ia tahu, itu tidak akan pernah terjadi kalau dirinya masih dibenci oleh David dan Andien.
Sekarang tiba saatnya ia akan melawan semua yang membuat nya lemah lalu kembali menjadi hero untuk keluarganya seperti apa yang pernah David katakan padanya sewaktu kecil, "David's super dad"
Ya ia akan berjuang.
***
Hari ini sepulang sekolah, Vamella dan Nichole sepakat untuk mengerjakan tugas bersama mereka dirumah Nichole. Awalnya Vamella menolak untuk mengerjakan tugas hari ini karena tubuh nya lelah akibat pelajaran olahraga yang mengharuskannya menguras tenaga. Namun tetap saja tidak boleh ada penolakan dari Nichole, sebab hari ini adalah waktu senggang nya.
"Gue lemes Col" Vamella memegang lututnya ditengah-tengah koridor kelas 10. Rasanya ia ingin menampol wajah Nichole menggunakan bakiak karena sudah menggagalkan rencana nya untuk langsung pulang dan merebahkan tubuh diranjang kesayangannya.
"Lebay amat sih lu" Nichole menarik paksa lengan Vamella yang memang berjalan sangat lambat. Padahal ia juga sama berlari mengelilingi lapangan sebanyak 15 kali tapi ia tak selelah Vamella saat ini.
"Lagian kan masih bisa besok, sekarang gue capek banget Col" Ujar Vamella namun sama sekali tidak didengar oleh Nichole.
Vamella melepaskan cengkraman kuat tangan Nichole dari lengannya. "Lo duluan ke parkiran deh, gue benerin tali sepatu dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Mind Reader
Teen Fiction"Coba baca pikiran aku sekarang Dav" David tersenyum tipis menanggapi gadis didepannya ini. Gadis yang berhasil membuat nya berubah, gadis yang selalu hadir menemaninya, gadis yang selalu ada untuk menyelesaikan apapun masalah dia. Dan gadis itu a...