Thirty three

69 9 0
                                    

Rupanya masa lalu yang belum sepenuhnya ditinggalkan lebih menyakitkan daripada kedatangan seseorang yang asing atau baru.

Seperti hal nya yang dirasakan oleh Vamella, Keisha begitu memengaruhi hubungannya dengan David.

Ia tidak ingin membenci, tapi perlakuan David yang begitu peduli pada Keisha membuat ia mau tak mau harus menerima kedekatan mereka.

Dari mulai mengantarkan Keisha ke 'tempat biasa' yang sampai kini ia tidak tahu itu dimana dan tempat apa. David juga pernah membatalkan janji nya hanya untuk menemani Keisha.

"Woyyy lo diem mulu, kenapa sih?" Tanya Nichole sembari memainkan kuku cantiknya.

"Gue tuh ngerasa hampa"

"Alay lo ah!" Cerca Nichole melihat wajah melas temannya.

"Ya bayangin aja, gue sama David udah jarang banget barengan gara gara si medusa itu" Vamella mencebikkan bibirnya.

Nichole berbelas kasihan. "Sabar ya nak. Turut berduka cita"

"Lo pikir ada orang mati?!"

Cewek itu tertawa, "Lagian muka lo minta dibelas kasihanin"

"Sayang sayang kuuu"

Vamella dan Nichole sontak melihat ke ambang pintu kelas mendapati Ned yang tengah menyengir kuda seraya membawa minuman.

"Ini buat kalian" Katanya sembari duduk di hadapan kedua cewek itu.

Nichole tersenyum. "Ih tumben baik,"

Ned tersenyum angkuh. "Gue emang baik dari lahir"

Vamella meraih botol minum itu. "Makasih sayang"

"Jangan manggil dia gitu Mell, nanti dia galmon" Ucap Nichole.

"Halah bilang aja lo juga galmon kan sama Ned?" Tuduh Vamella sembari menodongkan pulpen ke wajah Nichole.

Nichole bergidik. "Ga banget! Udah ah gue mau ke Gio dulu"

"Heh mentang mentang punya pacar jadi lupa punya sahabat" Sindir Ned yang sama sekali tidak diindahkan oleh Nichole, gadis itu kini telah meninggalkan kelas nya.

Vamella menepuk bahu Ned. "Pulangnya jadi latihan?"

Ned mengangguk. "Yap, persiapan buat manggung di cafe entar."

Gadis itu tersenyum lantas mengangguk anggukan kepalanya. Kemudian ia meraih tangan Ned dan membawanya keluar dari kelas. "Temenin gue"

"Kemana?" Tanya Ned namun tak dijawab oleh Vamella hingga mereka sampai di depan pintu rooftop sekolah ini.

5 detik sebelum membuka pintu Vamella masih biasa saja.

3 detik sebelum membuka pintu, hatinya merasa tak enak.

Dan ketika ia membuka pintu itu, bagaikan bekas tusukan pisau yang diberi garam oleh pembuat lukanya, perih.

Ia buru buru menutup kembali pintu itu dan berlari menuruni anak tangga meninggalkan Ned yang masih kebingungan.

Vamella menghela nafasnya berulang kali, kekesalannya sudah memuncak sampai ubun ubun namun ia tidak tahu harus melampiaskannya pada siapa. Alhasil ia menendang pintu kelasnya.

Nichole yang sudah kembali ke kelas lantas menghampiri Vamella dengan panik.

"Kenapa lo?" Tanya nya.

"Eh? Engga ini ketendang" Alibi Vamella lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.

Teringat jelas dalam bayangannya, dimana mereka telah membuat hati nya terasa pedih.

My Beloved Mind ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang