Angin sore menemani mereka yang berjalan di pasir pantai depan villa. Keadaan nya pun tidak terlalu ramai. Suara ombak pantai yang tenang, kicauan burung yang damai, semakin mendamaikan suasana kali ini.
"Thank yaw" Walaupun pelan tetapi Vamella mendengarnya. David kini berjalan tepat di sampingnya dan entah sejak kapan. Bahkan saat ini, ia belum mengetahui jelas siapa nama cowok ini.
"Buat apa?" Tanya nya bingung. Hembusan angin yang cukup kencang membuat helaian-helaian rambut nya tertiup dan ia membiarkan nya.
"Karena udah buat hati gue merasa lebih tenang"
Vamella tertawa mendengarnya. "Maksud lo tenang apa hah? Emangnya gue ini lagu yang bisa buat hati orang tenang?"
David tersenyum, "Bocah."
"Idih make ngatain lu cacing kutu" Cibir Vamella sebal. Ia mengedarkan pandangannya mendapati Marshall dan Dion yang tengah asik bermain bola voli.
"Sana lo ikut main" Suruh Vamella pada David yang sedari tadi hanya tersenyum sambil memandangi dirinya.
"Gue tau lo bingung akan nama gue." David menghentikan langkah nya, membuat gadis itu juga ikut berhenti.
Ia mendorong helaian rambut Vamella ke belakang telinga. "David, David Assensio" Ujarnya menyebutkan nama lengkap. Vamella terkesiap dengan apa yang baru saja ia terima. Dan kini ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlihat gugup.
"Yeh gua kaga penasaran juga" Vamella mengalihkan tatapannya pada yang lain. Ia tak ingin David kembali membaca pikirannya. Lagipula ia sudah tau nama cowok itu dari Dion, abangnya.
"Kamu pandai menyembunyikan rasa"
Entah apa perasaan nya kini meletup-letup di hati nya. Namun yang pasti, ia belum pernah merasakan ini sebelum nya. Tapi ini sangat tak di sukai nya, pipi nya merona dan jantungnya berdegub hebat.
Setelah itu ia beruntung, karena David yang pergi entah kemana. Ia pun duduk di pasir dengan menekuk kedua kaki nya. Di pandangnya matahari yang mulai terbenam menghasilkan pemandangan sangat indah yang kerap di sebut 'sunset'.
"Buat lo" Ia menerima sebuah kelapa yang sudah di masukkan sedotan. Vamella tersenyum tipis dan menyeruput air kepala di dalam nya.
"Lo foto in gue dong"
Vamella memasang puppy eyes andalan nya. Dan ya ia berhasil membuat David mengangguk. Ia segera berdiri dan berpose konyol dengan sunset sebagai latarnya, David memotret gadis itu menggunakan kamera polaroid miliknya. Setelah ia rasa cukup, dirinya menghampiri gadis itu dan mengabadikan momen ini berdua.
Gadis itu melirik David sebentar. Ia bisa saja berpura-pura tidak menyukai kehadirannya, tapi hatinya sama sekali tidak.
***
"Itu suara apaaan sih Shall?"
Tepatnya dini hari, waktu menunjukkan pukul 01.31 namun mereka belum juga tidur karena sepakat untuk menonton pertandingan bola yang di tayangkan secara langsung di siaran tv swasta.
Marshall mendongak melihat sahabatnya itu. "Kayak lagi ada yang masak"
"Elah, siapa yang masak jam segini?" Dion bangkit dari rebahan nya dan keluar di ikuti oleh si rambut gondrong di belakang nya. Dion menengok ke arah dapur, lalu ia menghembuskan nafasnya lega ketika yang ia lihat adalah Vamella dan David.
"Kalian ngapain?" Tanya nya membuat kedua orang yang sedang asyik memasak itu menoleh ke arahnya.
"Begok lo! Masa nanya. Mereka kan lagi masak!" Umpat Marshall.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Mind Reader
Teen Fiction"Coba baca pikiran aku sekarang Dav" David tersenyum tipis menanggapi gadis didepannya ini. Gadis yang berhasil membuat nya berubah, gadis yang selalu hadir menemaninya, gadis yang selalu ada untuk menyelesaikan apapun masalah dia. Dan gadis itu a...