13 Juni 2017
Di hari cerah yang hangat, terlihat seorang wanita muda yang tengah berdiri di pinggir jalan dataran tinggi memandangi suasana kota yang ada di bawahnya. Angin yang bertiup seakan-akan mengajak rambut sebahunya itu bermain. Ia telah berdiri disana cukup lama, seperti tengah menunggu kedatangan seseorang.
Ia menghela nafas panjang, "Sudah lama, yah...." gumamnya.
28 Juni 2008
Di sebuah rumah kecil yang terletak di pinggir kota Seoul, terdapat keluarga kecil yang sederhana namun cukup bahagia. Setiap pagi, saat sang ibu membuatkan sarapan, mereka berkumpul di ruang makan berbalas cerita yang mengundang senyuman bahagia di wajah mereka.
Burung-burung yang berkicau hinggap di jendela rumah mereka turut menghiasi pagi yang indah itu seakan ada cerita yang ingin ia sampaikan juga. Rupanya, suara kicauan burung itu sampai di telinga gadis kecil berumur 13 tahun yang tengah asik berbagi cerita dengan ayah dan kakak laki-lakinya.
"Kak ... aku mendengar kicauan burung. Sepertinya mereka lapar, tolong beri mereka makan agar tetap hidup dan aku dapat mendengarkan kicauan indahnya setiap pagi," Ucapnya.
Kakaknya mengalihkan pandangannya pada burung-burung yang ada di luar jendela itu. "Baik, Tuan Putri Jeon Yeonhwa!" Balasnya cekikikan.
Anak lelaki yang berumur 17 tahun itu berdiri dari meja makan lalu berjalan menuju dapur mencari makanan untuk burung itu sesuai permintaan adik kecil kesayangannya.
"Anakku.. kau terlihat sangat cantik saat tersenyum seperti itu. Teruslah tersenyum seperti itu." Kata sang ayah.
Dengan tatapan kosong, gadis kecil itu lalu berkata, "Begitukah? Aku juga ingin melihat rupa cantik itu seperti apa, ayah. Aku pasti akan melihatnya, bukan?"
Dengan perasaan iba, sang ayah mengelus lembut rambut putri kecilnya. "Ya. Kau pasti akan melihatnya suatu saat nanti. Tunggulah...."
Gadis kecil itu tersenyum gembira. "Ayah, sampai saat itu tiba, aku mau ayah selalu berada di sisiku supaya aku bisa melihatmu tersenyum juga!"
"Tentu saja!" Balas sang ayah.
Sungguh percakapan indah antara ayah dan anak di pagi hari. Namun, itu hanya terjadi di setiap pagi hari saja, karena setelah sarapan, rumah itu kosong dan hanya ada Yeonhwa di dalamnya. Sang ayah dan ibu pergi bekerja hingga malam hari, sedangkan sang kakak bersekolah hingga petang.
Yeonhwa yang ditinggal sendirian di rumah itu, hanya bisa menunggu keluarganya pulang ke rumah hingga larut malam di dalam kamarnya yang kecil. Begitulah keseharian Yeonhwa yang dapat ia lakukan.
Kenapa mereka selalu membuatku menunggu lama? Aku rindu mendengar suara tawa mereka seperti pagi tadi.
Matahari telah terbenam dan hari semakin gelap. Di malam sepi dan sunyi itu, Yeonhwa mendengar suara langkah kaki seseorang yang sepertinya sedang berlari. Gadis kecil itu dengan cepat berjalan ke pintu masuk rumahnya. Ia berdiri di balik pintu itu dengan rasa penasarannya. Ia bertanya-tanya, siapakah yang akan datang membuka pintu rumahnya.
Orang itu pun membuka pintu dengan tergesa-gesa. "Yeonhwa!!" Teriaknya.
Itu adalah suara Jihoon, kakaknya. Yeonhwa tidak pernah mendengar suara Jihoon yang seperti ini. Nafasnya tidak beraturan akibat berlari dan suaranya juga menggambarkan kalau sepertinya Jihoon tengah panik atau mencemaskan sesuatu.
"Ada apa kak? Kenapa suara kakak seperti itu? Apa telah terjadi sesuatu pada kakak?" Tanya Yeonhwa khawatir.
"Kakak h h baik-baik h h saja...." ucapnya terputus-putus akibat berlari tadi.
"Lantas, kenapa kakak berteriak seperti tadi? Kau membuatku takut."
Jihoon tak bersuara lagi. Yang dapat Yeonhwa dengar hanyalah suara nafas Jihoon. Yeonhwa kemudian bepikir bahwa memang telah terjadi sesuatu.
Jihoon yang sedaritadi hanya berdiri di depan pintu dengan perlahan berjalan masuk ke rumah lalu memeluk adik kecilnya erat dengan kepalanya yang ia jatuhkan di bahu Yeonhwa.
Yeonhwa sangat bingung dengan sikap Jihoon yang seperti itu kepadanya. Sikap Jihoon yang tak pernah ia tunjukkan pada Yeonhwa. Tak lama Jihoon memeluknya, Yeonhwa merasakan pundak kirinya basah.
"Kak ... kakak menangis? Kenapa? Apa kakak terluka?" Ucap Yeonhwa yang hanya berdiri dengan ekspresi kosongnya merasakan air mata Jihoon yang terjatuh di pundaknya.
Suara desak tangis yang sangat keras dan air mata Jihoon yang mengalir sangat deras saat mendengar pertanyaan sang adik.
"Bukan.. Ayah...,"
"Ada apa dengan ayah?" Ucap Yeonhwa yang masih saja tanpa ekspresi.
"Ayah mengalami kecelakaan di gedung tempat ia bekerja. Besi yang ia tempati duduk saat mengelas tiba-tiba rubuh dan ayah terjatuh bersama dengan reruntuhan besi itu. Saat ini ayah sedang ada dirumah sakit. Kondisinya sangat kritis." Ucap Jihoon yang tak bisa menghentikan tangisnya sambil memeluk erat pinggang Yeonhwa.
Setelah mendengar kabar itu, Yeonhwa hanya diam. Ia tak kaget ataupun menangis.
"Tenanglah kak. Aku yakin ayah kuat. Ia pasti akan segera pulih, karena ia telah berjanji kepadaku akan memperlihatkan seyumannya hanya untukku suatu saat nanti." Ucap sang adik yang memegang erat lengan kakaknya yang masih memeluknya erat.
Yeonhwa menepuk-nepuk punggung kakaknya yang masih menangis untuk menghiburnya. Dan beberapa saat tanpa ia sadari, setetes air mata terjatuh ke pipi kanannya.
"Ayo kita ke rumah sakit. Ibu disana sendirian menunggu ayah," Ucap Jihoon yang melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.
Jihoon kemudian menggenggam tangan Yeonhwa dengan erat dan menariknya keluar rumah.
"Tunggu ... Kak ... Kau masih memakai seragam sekolah kan?" Ucap Yeonhwa yang berhenti di pintu rumahnya.
"Ya, aku masih memakainya. Kenapa?" Ucap Jihoon kebingungan.
"Sebaiknya kakak mengganti baju ... karena jika ayah telah sadar, ia tak suka melihatmu memakai seragam yang bau keringat itu." Ucap Yeonhwa yang tersenyum tipis kepada Jihoon.
Jihoon tersenyum melihat tingkah sang adik.
Kamu benar-benar wanita yang kuat. Maafkan jika kakakmu ini sangat lemah dan cengeng.
"Kamu benar ... tunggu aku disini, aku tak akan lama." Ucap Jihoon dengan cepat berlari ke kamarnya untuk mengganti bajunya.
Kyungpook National University Hospital
Sabtu, 28 Juni 2008
09 : 26 PM"Ibu!!" Teriak Jihoon dari ujung lorong melihat ibunya yang tengah duduk menundukkan kepala di kursi depan Ruang ICU. Mereka pun dengan cepat berlari mendekati ibunya.
"Ibu ... ibu, baik-baik saja?" Tanya Jihoon.
"Iya, ibu baik-baik saja. Duduklah."
Jihoon pun menuruti perkataan sang ibu lalu duduk disamping ibunya dan menarik Yeonhwa agar duduk disampingnya.
"Kenapa kau membawa adikmu kesini? Dia kan tak boleh keluar malam. Dan waktu keluar malam mu juga hampir habis." Ucap sang ibu yang masih saja menundukkan kepalanya.
"Kami punya alasan kuat untuk keluar malam ibu...."
Tiba-tiba, Dokter dari ruangan ICU itu keluar. Jihoon dan ibunya langsung berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan menuju dokter itu.
Ayah? Akankah kau menepati janjimu? Batin Yeonhwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
겨울날 [Winter Day] [MYG] [Complete]
Любовные романыYeonhwa, gadis yang sulit mengekspresikan emosinya dan memiliki pengetahuan terbatas. Ia berasal dari keluarga kecil yang sederhana serta bahagia. Namun, perekonomian keluarganya cukup buruk. Sampai suatu ketika, satu persatu keluarganya meninggalka...