That Promise

331 42 8
                                    

Dokter telah keluar dari Ruangan ICU itu.

"Dokter, bagaimana keadaan suami saya?" Tanya sang ibu di depan Dokter itu dengan wajah yang sangat putus asa.

"Dokter, saya mohon ... selamatkan ayah saya...." Ucap Jihoon.

"Maaf Nyonya ... sampai saat ini kondisi Tuan Jeon masih belum stabil ... kami akan berusaha semaksimal mungkin. Berdoalah kepada Tuhan untuk memberinya keajaiban. Kami hanya bisa mencoba melakukan yang terbaik untuk Tuan Jeon dan apakah dia bisa diselamatkan atau tidak, itu hanyalah Tuhan yang tahu. Kalau begitu, saya ingin ke ruang peralatan medis dulu, permisi."

Sang ibu menempelkan kepalanya di pintu Ruang ICU. Pikirannya campur aduk. Keputusasaan telah mengambil sebagian dirinya. Jihoon hanya bisa menenangkan ibunya yang tak bisa menerima kenyataan bahwa harapan hidup sang suami sangat kecil.

Yeonhwa masih duduk di kursi dengan ekspresi kosongnya mendengar semua yang mereka bicarakan.

Ayah ... Apa maksud dari suatu saat yang kau katakan kepadaku? Apakah itu artinya aku hanya akan melihatmu di mimpiku? Tuhan ... tolong selamatkan ayah. Jangan memanggilnya dulu. Ayah memiliki janji denganku. Kumohon.

"Sebaiknya kalian pulang saja. Kasihan adikmu. Ibu benar-benar tak apa." Ucap sang ibu yang melihat Yeonhwa duduk seorang diri di kursi tunggu.

"Baiklah ibu. Aku akan kesini lagi besok."

"Iya. Hati-hati di jalan. Jaga adikmu baik-baik."

"Iya bu. Kalau begitu, kami pulang."

Sesampainya di rumah, mereka duduk di sofa panjang yang ada di ruang keluarga. Suasana rumah sangat sepi dan sunyi. Hanya lampu di ruang itu yang menyala.

"Kak ... apa keajaiban itu benar-benar ada?"

"Ya. Keajaiban benar-benar ada jika Tuhan menginginkannya."

"Apakah Tuhan akan memberikan keajaiban untuk ayah yang memperjuangkan hidupnya?"

Jihoon yang sedaritadi menunduk langsung menatap adiknya. Ia benar-benar tak tahu harus berkata dan berbuat apa. Ia merasa sangat kasihan pada Yeonhwa yang harus menghadapi situasi yang seperti ini diumurnya yang sekarang.

"Kakak tak tahu. Tapi kakak juga berharap kalau Tuhan memberikan sedikit keajaiban untuk ayah."

10 : 30 PM

"Kring kring kring"

Telepon rumah itu berbunyi membuat kaget Jihoon dan Yeonhwa yang hampir terlelap di sofa.

"Halo. Disini keluarga Jeon-"

"Jihoon-a...."

"Ibu? Ada apa? Apa yang terjadi? Bagaimana keadaan ayah?"

Ibu ... katakan kalau ayah baik-baik saja. Batin Yeonhwa.

"Ayahmu ... ayahmu meninggal dunia...."

"I ... ibu...?"

Telefon yang Jihoon pegang terjatuh di lantai. Air mata Jihoon mengalir dengan deras. Ia menangis namun tak mengeluarkan suara karena tak ingin Yeonhwa mengetahuinya.

"Kak? Apa yang terjadi? Kenapa teleponnya jatuh di lantai?"

Jihoon hanya bisa diam. Ia tak tahu harus berkata apa pada sang adik.

"Kakak! Kenapa kakak tidak menjawabku?! Cepat katakan apa yang sedang terjadi!" Teriak Yeonhwa yang berdiri dari sofa lalu berjalan kearah Jihoon.

Saat Yeonhwa berada di depan Jihoon, ia mencengkram baju Jihoon dengan erat.

"Katakan kak!!"

"A ... ayah...." ucap Jihoon pelan.

Pikiran Yeonhwa kacau. Tubuhnya lemas sehingga tak bisa mencengkram baju Jihoon lagi. Kepalanya terjatuh di dada bidang Jihoon. Air matanya mulai mengalir sehingga baju yang di pakai Jihoon sangat basah karenanya. Ia tak mengeluarkan suara dan juga tak berekspresi, hanya air matanya saja yang menandakan emosinya saat ini. Hatinya benar-benar sakit.

Jihoon memeluk sang adik dengan erat. Untuk sedikit menenangkannya.

"Yeonhwa-ya ... Kakak akan melindungimu dan ibu. Kakak juga akan mencari pekerjaan untuk membantu ibu. Kau bisa mengandalkanku."

"Kak ... antarkan aku ke kamar. Aku mau tidur."

Jihoon mengantar sang adik ke kamarnya sesuai permintaannya. Ia membaringkan sang adik di tempat tidur. Jihoon lalu memakaikan sang adik selimut agar ia tak kedinginan.

Saat Jihoon beranjak keluar dari kamar, ia mendengar suara sang adik memanggil pelan namanya.

"Kak.." ucapnya yang terbaring membelakangi pintu kamar.

"Ada apa?"

"Aku akan selalu mempercayaimu."

"Iya...." jawabnya pelan dengan senyum tipis di wajahnya.

Yeonhwa yang terbaring mengenakan selimut itu menangis hingga membuat dadanya sakit. Wajahnya mengerut dan memerah. Matanya mulai membengkak.

Ayah ... kau mengingkari janjimu. Aku bahkan belum dapat melakukan banyak hal denganmu. Yang aku lakukan hanya selalu menyusahkanmu. Saat ini aku sangat merindukanmu. Kemana aku harus mencarimu jika aku merindukanmu. Aku membencimu karena kau tak menempati janjimu. Aku tak mengerti dengan perasaan ku saat ini.

겨울날 [Winter Day] [MYG] [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang