"kalian yang rukun. Baik baik ya disini. Kalau ada masalah selesaikan dengan kepala dingin. Dan Windy, kamu sudah menjadi seorang istri. Patuhi suami kamu dan jangan ceroboh" ujar Riska memberi petuah pada suami istri baru tersebut, terutama pada Windy.
Mereka dipindah paksakan oleh orangtuanya untuk menempati apartemen Rio. Sebenarnya bukan mereka yang terpaksa, tetapi Windy yang merasa demikian karena tidak mau pisah dengan orangtuanya. Sementara Rio terlihat biasa saja dan menurut saat orangtuanya memberitahu kabar ini. Bukankah suami istri sudah seharusnya mandiri? Pikirnya.
"Mah.. Windy masih mau tinggal sama mama." Rengek Windy pada mamanya. Ia tak malu untuk melakukannya di depan Rio dan mertuanya sekaligus.
"Hei sudah jadi istri orang gak baik ya masih ngerengek gitu" hibur Heru pada anak semata wayangnya itu.
"Papa mah gitu. Kak.. tinggal di rumah Windy aja ya" pinta Windy pada Rio. Sementara Rio yang bingung akan merespon bagaimana hanya bisa menggaruk tengkuknya.
"Gak boleh." Ucap Riska tegas.
Windy yang mendengarnya langsung mengerucutkan bibirnya. "Jadi anak sendiri di usir nih"
"Bukan begitu. Mama yakin kamu mengerti. Lagian kan dari sini ke rumah juga dekat sayang" ujar Riska menenangkan anaknya tersebut. Windy mulai menganggukkan kepalanya.
"Nah itu baru anak mama." Ujar Riska tersenyum dan mengelus rambut anaknya.
"Kalo Rio nakal bilang sama mama ya" timpal Ira yang juga mengantar pengantin baru itu ke apartemen Rio.
"Iya ma" jawab Windy dengan senyum. Rasa kehilangan karena harus pindah rumah sedikit terangkat karena ucapan mertuanya barusan.
"Mama mulai deh" keluh Rio.
"Papa harap kamu bisa jadi suami yang baik untuk istri kamu." Pesan Dimas pada anak bungsunya itu sebelum beranjak pergi.
"Iya pa" jawab Rio sambil menganggukkan kepalanya pertanda mengerti.
"Yasudah kalau begitu kami semua pulang. Inget suami istri itu harus saling percaya dan terbuka" pesan Ira sembari berpamitan pulang.
"Iya ma, hati hati" jawab keduanya lalu menyalami tangan orangtuanya sebelum semuanya pergi meninggalkan apartemen dan menyisakan mereka berdua.
🌷🌷🌷
Rio dan Windy mulai menata baju yang mereka bawa di dalam lemari. Rio yang selesai duluan beralih kearah dapur untuk memasak makan siang tanpa sepengetahuan Windy.
"Kak Rio ngapain?" Tanya Windy kaget saat ia memasuki dapur untuk mengambil air minum.
"Masak" jawab Rio fokus pada sentuhan terakhir ayam kecapnya itu.
Windy mendekati Rio untuk melihat masakannya itu.
"Dari bau sama bentuknya kayaknya enak, kak" ucap Windy antusias.
Rio hanya tertawa menanggapinya.
"Iyalah.. orang kamu tinggal makan doang" kekehnya.
"Hehe tau aja" jawab Windy kikuk karena kedoknya terungkap.
Setelah menunggu beberapa saat agar bumbunya meresap, barulah ayam tersebut matang dan siap untuk disantap.
"Lauknya ayam doang nih" ujar Rio sambil memindahkan ayam kecapnya dari wajan ke mangkuk.
"Gakpapa, ayok buruan makan kak udah laper inii" ucap Windy dengan penuh semangat. Ia mengambil nasi dan mengambil sepotong ayam, begitupun dengan Rio.
Windy menyuapkan sesendok nasi dan ayam tersebut, mengunyahnya.
"Enak banget kak" ucapnya sambil mengacungkan jempolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Fall in Love
Художественная прозаPernikahan yang dijalani dengan rasa kakak-adek zone. Apakah akan selamanya begitu? Semua berawal dari perjodohan yang dilakukan oleh orangtua mereka. Lantas apakah keduanya akan saling jatuh cinta? Highest Rank : #54 20/1/18 in General Fiction