Pagi yang indah bagi sepasang suami istri yang tengah tertidur saling berpelukan, mereka mengabaikan alarm yang sedang berdering nyaring seakan bisa memecahkan telinga. Namun lihat, kedua insan itu masih dapat tidur dengan nyenyak. Benar benar pasangan kebo.
Rio membuka matanya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah sosok Windy yang sedang tidur di dalam dekapannya. Ia tampak nyaman berada dalam dada bidangnya, Rio mengecup kepala Windy sejenak lalu mulai membangunkannya.
"Win, bangun" Ujar Rio lembut sembari mengelus pipi kanan Windy dengan ibu jarinya.
Tak ada respon dari Windy, malah Windy semakin merapatkan tubuhnya pada Rio.
Rio tersenyum sendiri dibuatnya, coba saja dari awal mereka sudah seperti ini. Betapa bahagianya Rio coba?
Rio masih terus mengelus pipi Windy dengan lembut, ia terlihat sangat begitu menikmati ciptaan Tuhan yang satu ini.
Windy menggeliat tidak nyaman saat mendapat perlakuan Rio, ia mengerjapkan matanya dan mau tidak mau ia bangun karena cahaya matahari yang merusak moodnya untuk kembali tidur.
"Hei, udah bangun?" Sapa Rio tatkala Windy mengucek matanya.
Windy hanya membalas dengan deheman singkat, nyawanya belum sepenuhnya terkumpul untuk sekedar menjawab sapaan Rio.
"Kakak apaan sih pagi - pagi udah senyum - senyum gitu?"
"Gak papa, seneng aja"
"Aneh" Desis Windy singkat.
"Aneh gini suami juga" Ucap Rio.
Windy tersenyum singkat lalu menutupinya dengan wajah datar, jujur ia masih malu jika berhadapan dengan Rio apalagi dengan rasa yang berbeda seperti sekarang ini.
"Win," Panggil Rio singkat.
"Kenapa?" Windy menoleh ke arah Rio yang sedang berbaring disampingnya.
"Tetep disamping kakak ya, whatever happen. Kakak sayang kamu." Ucap Rio dengan tampang seriusnya.
Windy tersenyum ke arah Rio, "harusnya Windy yang bilang gitu, makasih udah selalu ada di samping Windy selama ini." Ujar Windy tak kalah lembut.
Rio hanya membalasnya dengan senyuman yang mampu membuat perut Windy seperti ada kupu - kupu terbang.
"Bangun ya, masakin kakak" ujar Rio.
"Iya" tanpa banyak berkata - kata Windy segera turun dari ranjang lalu ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan segera ke dapur untuk memasak sarapan mereka.
"Kamu gak ngantor?" Tanya Rio disela sarapan mereka.
Windy tampak berfikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Gak di suruh ngantor kok sama papa. Yaudah di rumah aja" jawab Windy.
"Gak boleh gitu. Papa gak harus tiap hari ngehubungin kamu buat berangkat ngantor kan? Kan kamu gak tau sekarang di kantor lagi sibuk apa enggak, lagi butuh kamu apa enggak." Ujar Rio memberikan petuah kepada istrinya itu.
"Iyasih" jawab Windy singkat.
"CEO kok males - malesan" sindir Rio canda.
"Belom kali, kak." Jawab Windy sembari menggembungkan mulutnya.
"Ya kan calon"
"Hmm"
"Ceilah ngambek," goda Rio.
"Apaan sih, enggak deh." Kilah Windy.
Rio selesai dengan makannya, ia meletakkan sendoknya dan mulai menatap Windy serius, "nanti kamu boleh kok jadi CEO, atau juga ngantor tiap hari itu hak kamu. Kakak gak akan pernah ngelarang. Tapi inget, ada saat kamu kerja dan ada saat kamu bener - bener jadi istri buat kakak. Jadi, kakak harap kamu bisa bagi waktu dengan baik"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Fall in Love
General FictionPernikahan yang dijalani dengan rasa kakak-adek zone. Apakah akan selamanya begitu? Semua berawal dari perjodohan yang dilakukan oleh orangtua mereka. Lantas apakah keduanya akan saling jatuh cinta? Highest Rank : #54 20/1/18 in General Fiction