Wanita dengan perut yang terlihat sedikit membuncit terlihat sedang membeli beberapa buah-buahan di supermarket seorang diri. Ia tidak menyadari jika ada seseorang yang sedang memperhatikannya dari kejauhan. Tak lama kemudian setelah ia memasukkan beberapa apel ke dalam keranjang belanjaan lalu ia menuju ke kasir untuk dihitung berapa total belanjaannya dan membayarnya.
Orang yang memperhatikannya secara sengaja mengikuti mengantri dibelakangnya dengan keranjang belanjaan yang berisi barang asal comot alias tidak tahu apa yang ia beli.
"Semuanya 145.500, Mbak." Ujar kasir perempuan dengan senyum yang merekah.
Windy menyerahkan uang tunai senilai 150.000, setelah ia mendapatkan kembaliannya barulah ia keluar dari antrian itu berniat untuk pergi ke suatu tempat yang sudah ia anggap rumah keduanya.
Ia tak sengaja menangkap sosok Daniel yang tertangkap dalam pandangannya, "Daniel." Sapa Windy.
Ia ingat bagaimana dulu Daniel sempat mengancam Rio perihal Windy. Namun bukankah ia juga perlu menyapanya sebagai teman.
"Loh, Windy. Kebetulan banget ya kita ketemu disini." Ujar Daniel dengan senyum mengembang.
"Iya. Aku duluan, ya." Ujar Windy masih batas normal menyapa sebagai dua orang yang pernah kenal.
"Eh, tunggu lah. Gak ngobrol-ngobrol dulu." Ucap Daniel berusaha menahan Windy sembari menunggu kasir yang sedang menghitung berapa total belanjaannya.
Windy yang menangkap maksud lain dari Daniel sesegera mungkin berfikir bagaimana untuk meghindar.
"Maaf, Niel. Aku buru-buru." Selesai dengan itu Windy segera berbalik bermaksud pergi dari Daniel.
Daniel menahan lengan Windy sehingga mau tidak mau ia berbalik, dengan pandangan sedikit takut Windy melihat ke arah Daniel.
Bukannya membalas pandangan Windy, namun perhatian Daniel tertuju pada perut Windy yang mulai terlihat membuncit.
"Kamu?" Tanya Daniel dengan pandangan yang penuh dengan tanda tanya.
Windy tersenyum, ia mengelus perutnya pelan.
Kamu menyelamatkan mama sayang.
Tak lama kemudian Windy mengangguk mantap dengan senyum masih terukir di bibir manisnya.
Daniel seakan terkena hantaman yang besar. Ia pernah bilang pada Rio jika misal Rio tidak bisa menjaga Windy dengan baik maka ia akan datang untuk membahagiakan Windy. Namun sepertinya kesempatan itu semakin kecil mengingat Windy yang sedang mengandung anak Rio.
"Berapa bulan?" Tanya Daniel Getir.
"5 bulan."
Daniel tercengang. Berarti sudah lama ia tidak bertemu Windy mengingat ia terakhir bertemu wanita itu sebelum ia hamil. Atau mungkin saat itu dirinya saja yang belum sadar jika Windy hamil. Ah taulah.
Windy melepaskan cengkraman tangan Daniel saat pria itu sedang berfikir.
"Aku duluan, Niel."
Windy segera berlalu dari hadapan Daniel saat itu juga tanpa menunggu jawaban Daniel.
Baru beberapa langkah ia menjauh dari Daniel. Terdengar seruan dari pria itu. Windy pun berbalik, menunggu Daniel melanjutkan kata-katanya.
"Suami yang baik gak bakal ngebiarin istrinya belanja sendirian."
Deg.
Windy berbalik lagi, ia tak akan meladeni omongan Daniel lagi. Ucapan Daniel terlalu sakit untuk didengar. Ia salah, ia kira Daniel adalah orang yang baik nyatanya ia tak seperti yang ia bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Fall in Love
General FictionPernikahan yang dijalani dengan rasa kakak-adek zone. Apakah akan selamanya begitu? Semua berawal dari perjodohan yang dilakukan oleh orangtua mereka. Lantas apakah keduanya akan saling jatuh cinta? Highest Rank : #54 20/1/18 in General Fiction