11.

3.8K 152 6
                                    

Windy pov.

Istri. Haha, secepat ini ternyata aku menyandangnya sebagai status. Kami benar menikah, tapi tidak salah kan kami menjalaninya dengan rasa yang berbeda.

Salah? Tidak. Ini bukan kesepakatan, ini jalan keluar. Tau sendiri bagaimana singkatnya perkenalanku dengannya. Setidaknya benar kata mama, dia bukan pribadi yang buruk. Tidak seperti di novel novel yang akan menyiksa sang istri. Dia juga memberiku nafkah, yah walaupun aku sempat menolak. Tapi biarlah, uangku bisa kutabung untuk keperluan lain kan? Nonton konser mungkin? Haha

Windy pov end.

🐝🐝🐝

"Besok kakak gak usah di bangunin ya" ucap Rio disela sela kegiatannya memainkan game di hpnya.

Windy yang sudah bersiap untuk tidur pun bingung. "Lah emang kenapa, kak?"

Rio meletakkan hp nya di nakas lalu melihat ke arahnya.

"Nanti jam 1 mau nonton bola, sampek pagi mungkin" ucapnya ringan.

"Okedeh, Windy tidur dulu ya, kak" jawab Windy sambil menarik selimut sebatas lehernya bersiap untuk tidur.

"Iya," Rio pun meninggalkan kamar dan beralih ke depan tv.

Menunggu acara bolanya mulai, ia beraktivitas di dapur untuk membuat kopi.

Jam 4 subuh Rio kembali ke kamarnya setelah menonton bola. Ia menunaikan kewajibannya dulu sebagai muslim lalu naik ke ranjang untuk menuntaskan kantuknya.

Kring kring...

Jam weker di sebelah nakas berbunyi dengan nyaringnya.

05.00

Windy mengerjapkan matanya berusaha mengumpulkan kesadaran. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk memgambil wudhu lalu sholat shubuh.

Sementara Rio ia biarkan di kasur, ia tak berani untuk membangunkannya karena mengingat pesannya dari semalam.

Windy beralih pada dapur, ia memeriksa kulkas. Mencari apa saja yang bisa dimasak untuk sarapannya kali ini.

Setelah bergulat dengan bahan dan alat memasak, akhirnya tumis kangkung dan omelet tersaji di meja makan. Sederhana memang, ia malas untuk memasak hal yang rumit.

Beginilah sekarang, ia sarapan sendiri dan mencuci piring sendiri.

"Harusnya yang nyuci kak Rio nih, kan aku yang masak" ucapnya pada diri sendiri. Namun ia paling tak suka melihat hal yang berantakan. Jadilah ia mencucinya sendiri.

Selesai berberes dapur ia berniat untuk bersantai sambil menonton tv, namun yang dilihat membuat dirinya sedikit menahan marah.

"Sabar.. sabar" Windy mengelus dada.

Kulit kacang, bungkus snack dan cangkir kopi tumpah ruah di ruang tv. Belum lagi bantal sofa yang tak beraturan. Meskipun tak terlalu banyak namun sangat mencolok di mata.

"Hmm.. jadi ingin berkata kasar"

Setelah sedikit menekan emosinya ia mulai berguman, "bersihin gak ya? Bersihin aja kali ya, sakit mata nih liatnya."

"Eh tunggu, kalo dibersihin enak kak Rio dong. Trus kalo besok nonton lagi, brantakan lagi dan aku yang bersihin lagi" ucapnya lagi.

"Hahhh bodo amat, biar kak Rio aja yang bersihin" putusnya kemudian lalu kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Hari ini Windy akan membersihkan apartemen dan menata kembali barang barang yang mereka bawa. Kecuali tempat dimana Rio membuat kekacauan hasil begadangnya. Windy akan melewati bagian itu.

Let's Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang