45. Maternity

3.3K 99 23
                                    

Weekend kali ini yang mereka berdua lakukan hanyalah bermalas-malasan dengan Windy yang bersandar manja pada Rio. Sesekali ia memainkan hp nya untuk scrool instagram sembari melihat-lihat berita terbaru ataupun mampir ke lapak online shop yang pada akhirnya akan menunjukkan kepada Rio barang yang ia suka. Jika sudah begitu Windy pasti akan mengajukan pertanyaan seperti, "kak, bagus ya? Beli boleh?". Dan tidak ada yang bisa dilakukan Rio kecuali menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

Jika sudah seperti itu maka tunggu saja, paling 3 hari kemudian ada seseorang yang memencet bel apartemen mereka sembari membawa paket.

Padahal Rio sudah beberapa bilang, jika suka terhadap suatu barang tinggal beli saja. Baru kalau uangnya kurang bilang. Tapi Rio fine-fine saja sih, toh dengan begitu ia bisa tahu apa saja kesukaan istrinya itu.

"Kak, foto beginian yuk." Ujar Windy sembari menjulurkan hp nya.

Rio menoleh, mencerna apa yang dimaksud istrinya itu. Di layar hp nya terdapat foto laki-laki dan perempuan yang ia tidak kenal dan dengan pose yang terlihat begitu bahagia.

"Apaan nih?" Tanya Rio bingung.

"Ya kita kak, foto kayak gini."

"Kan udah banyak sayang, wisudanya kita sama pas pernikahan kan ada."

"Tapi pas itukan belum ada babynya kak." Terang Windy sembari merengut.

Foto yang Windy minta adalah foto maternity, foto-foto saat sang istri tengah mengandung dengan pose andalan sembari menunjukkan perut mereka.

"Kalo kayak gini fotonya mesti di studio sayang. Aku malu ah" jawab Rio sembari memberi tanggapan atas foto yang Windy tunjukkan, dimana foto tersebut menggunakan properti yang beragam.

"Yah kakak. Ini liat lagi deh bagus kan." Keukeuh Windy sembari menjulurkan hp nya kembali pada Rio.

Rio menerima saja hp itu, ia melihat foto yang dikemas dalam slider tersebut.

"Gak mau ah sayang, itu apaan lagi di foto terakhir perutnya keliatan gitu."

"Loh, kan biar keliatan perutnya kakak."

"Enggak sayang. Aku gak mau kulit perut kamu keliatan sama fotografernya. Yang motoin pasti cowok." Jawab Rio mulai tegas.

"Ya kan udah pasti profesional kak. Gak bakal jelalatan juga." Windy pun tak mau kalah dari Rio.

Rio diam.

"Lagian aku juga gak mau kali perutku keliatan gitu didepan orang lain, mau pake baju yang panjang aja kak. Yang penting ada fotonya gitu pas aku hamil." Ujar Windy sedikit terisak lalu beringsut kembali ke kamar.

"Sayaaaang." Panggil Rio.

Namun nihil, sudah tidak ada jawaban dari istrinya itu.

Rio Rio, kamu lupa apa kalo istrimu lagi hamil.

Rio menghela nafas panjang, mood ibu hamil memang naik turun. Namun entah setan darimana yang membuat ia menolak keinginan istrinya itu. Biasanya ia akan selalu bilang 'iya' saat istrinya meminta ini itu. Tak peduli itu hal yang sulit sekalipun.

Rio segera membuka lemari kecil yang berada di bawah tv. Ia mulai mencari peralatan fotografi yang ia punya dari ia kuliah dulu. Meskipun ia tidak pandai dalam memotret namun ia memilikinya untuk kelengkapan travelingnya. Karena memang sudah jarang dipakai saat ia mulai sibuk koas, ia tidak yakin jika semua itu masih bisa dipakai. Setelah mengecek tripod dan camera, beruntung keduanya masih berfungsi. Ia segera membawa barang-barang tersebut ke kamar menyusul istrinya yang lagi ngambek itu.




Let's Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang