15. Sorry

3.7K 128 6
                                    

Windy bersantai di samping kolam renang sendirian, menikmati angin siang dengan sedikit terik matahari.

"Loh anak mama kok disini, Rio mana?" Tanya Riska menghampirinya.

"Gak tau mah"

"Lah kok gak tau?" Tanya Riska balik. Feelingnya sebagai seorang ibu mengatakan jika ada yang tidak beres dengan putrinya itu.

Windy menghela nafas, tak mungkin ia bercerita pada mamanya perihal martabak sialan tapi enak itu.

"Padahal baru sebulan Windy pindah ya ma. Tapi berasa kayak udah lama banget" ucap Windy.

"Kamu harus biasain ya sayang, inget kamu udah punya keluarga sendiri sekarang" saran Riska.

Windy memeluk Riska dari samping. Komunikasi lewat telfon dirasa belum cukup untuk menuntaskan rindunya. Ia sedikit sibuk di kantor, makanya ia belum berkunjung sama sekali ke rumah orangtuanya tersebut.

"Kalian ada masalah?"

Windy mengangkat kepalanya dari pelukan Riska. Ia mengangkat alisnya.

Bagaimana mama bisa tau?, pikirnya.

"Kamu anak mama, mama tau kebiasaan kamu. Dan naluri mama berkata jika kalian sedang tidak baik-baik saja. Benar begitu hmm?" Ucap Riska pada Windy.

Windy terkesiap mendengarnya, ia ingin bercerita pada mamanya. Namun karena masalahnya sepele, jadi ia urungkan. Ia tak mau membebani pikiran Riska dengan sikap egoisnya.

Windy menganggukkan kepala, meskipun ia berniat untuk tidak menceritakannya. Namun ia akan memberi tahu jika benar sedang ada masalah diantara mereka.

"Mau cerita sama mama?" Tawar Riska lembut. Ia tau jika anaknya itu masih butuh bimbingan untuk menjadi istri yang baik.

"Gak usah ma, insyaallah Windy sama kak Rio bakal selesain masalah ini berdua. Mama tenang aja, hanya masalah sepele kok" ujar Windy dengan senyumnya.

Windy mengingat ucapan Rio jika masalah martabak itu tidak perlu dibawa ke rumah mamanya.

Riska tersenyum mendengarnya, ia merasa anaknya ini sudah mulai dewasa.

"Yasudah. Tapi inget harus cepet diselesain. Kalo kelamaan malah jadinya dosa." Saran Riska lagi,

"Iya ma. Nanti Windy coba bicara deh" ucap Windy.

"Kalo bisa sekarang kenapa harus nunggu nanti Win" ujar Riska pada anaknya itu.

"Iyadeh iya, Windy cari kak Rio nih." Ujar Windy sembari berdiri dan melangkahkan kakinya dengan sedikit hentakan.

Riska yang melihatnya sedikit tertawa,

"Baru aja di puji dewasa, sekarang malah kelihatan kayak anak kecil lagi. Windy Windy.." ujar Riska sambil menggeleng gelengkan kepala.

🐰🐰

Windy mencari Rio ke ruang keluarga, ia pikir pasti Rio sedang bersama Heru -papanya-.

Dan ternyata benar, mereka mengobrol ringan ditemani kopi hitam dan sepiring pisang goreng yang dibuat Windy dan mamanya tadi.

"Pah," sapa Windy pada papanya dulu lalu duduk disamping Heru.

"Gak kangen sama papa? Masak mama aja tadi yang dipeluk?" Ujar Heru padanya. Heru nampaknya tak malu menggoda anaknya itu meskipun disana ada menantunya.

"Kangen" ujar Windy manja dan memeluk papanya itu erat.

Setelah beberapa saat ada dipelukan papanya Windy ingat jika ia harus menyelesaikan aksi ngambeknya dengan Rio.

Let's Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang