Belum sempat Windy tertidur sepenuhnya, ia merasa jika Rio turun dari ranjang dan kembali ke kamar mandi.
Kak Rio kenapa sih?
Windy bangun dari berbaringnya dan menghidupkan lampu kamar.
Selang beberapa saat Rio kembali dari kamar mandi. Windy panik melihat perubahan Rio.
"Kakak kenapa?"
Wajah Rio begitu pucat ditambah keringat yang mengucur di pelipisnya.
Windy tidak tinggal diam, ia turun dari ranjang untuk mendekati Rio dan memeriksa suhu tubuhnya. Dan benar saja, badan Rio panas.
"Kakak kenapa?" Tanya Windy sekali lagi setelah ia membawa Rio untuk berbaring di ranjang.
"Gak papa kok" jawab Rio lemas.
"Gak papa apanya, kakak pucet gini" ucap Windy seraya mengelap keringat di pelipis Rio dengan telapak tangannya.
"Mules"
"Ha?"
Rio tidak berkata - kata lagi namun ia segera turun dari ranjang dan kembali ke kamar mandi. Windy yang semula bengong karena tingkah aneh Rio perlahan mulai sadar, ia segera beranjak ke dapur. Ia pikir segelas teh hangat sedikit dapat meredakan sakit perutnya.
Windy membawa segelas teh hangat ke dalam kamar, dilihatnya Rio sudah selesai dengan urusan kamar mandinya karena sekarang ia sudah berbaring kembali di ranjang.
"Minum ini dulu deh kak, siapa tahu bisa ngurangin sakit perutnya" ucap Windy saat menyodorkan gelas berisi teh hangat itu.
Rio menerima uluran gelas itu dan meminumnya perlahan bahkan sampai habis lalu menyerahkan kembali gelas kosong itu pada Windy.
"Kakak anget deh kayaknya" ucap Windy kembali memeriksa suhu tubuh Rio.
"Gak papa" jawab Rio sembari menjauhkan tangan Windy dari dahinya.
"Kakak dari kapan mules - mules gitu?" Tanya Windy cemas. Pasalnya wajah Rio yang biasanya segar sekarang tampak seperti mayat hidup. Terlebih ia yang ngirit ngomong sekarang ini.
"Semalem"
Kan. Jawabnya singkat kan?
Windy tidak memperdulikan jawaban Rio yang singkat - singkat itu. Toh meskipun jawabannya singkat namun tetap jelas kan?
"Tidur ya kak, besok kita ke dokter" ucap Windy membenarkan letak selimut Rio.
Rio hanya menganggukkan kepalanya dan mulai memejamkan matanya. Harapannya sekarang tidak ada lagi panggilan alam yang mengganggu tidurnya itu.
Dirasa Windy tidak kunjung naik ke ranjang, Rio membuka kembali matanya. Tidak ada Windy di kamar.
Ah paling di kamar mandi.
Pikir Rio tidak mau ambil pusing, ia kembali memejamkan matanya. Dan beberapa saat dirasa ada sebuah kain basah singgah di keningnya.
"Cepet sembuh, kak"
Rio masih mendengarnya dan hatinya kembali bergemuruh mendapat perhatian Windy seperti ini. Ia sebenarnya ingin sekali menggoda Windy namun karena kondisinya sekarang yang kurang sehat jadi ia urungkan. Lebih baik ia tidur siapa tahu besok rasa mules di perutnya sudah tidak terasa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Fall in Love
General FictionPernikahan yang dijalani dengan rasa kakak-adek zone. Apakah akan selamanya begitu? Semua berawal dari perjodohan yang dilakukan oleh orangtua mereka. Lantas apakah keduanya akan saling jatuh cinta? Highest Rank : #54 20/1/18 in General Fiction